23/07/2025
NAMA YANG MENULISKAN TAKDIRNYA
oleh: Herry Tjahjono
Mereka menamainya Leonardo, sebuah nama yang berarti keberanian. Singa yang berani! Dan semesta seperti telah menuliskan takdirnya sejak bayi itu menarik napas pertamanya di dunia. Tanggal 20 Juli 2025, laut Talise menatap kapal Barcelona 5 yang terbakar. Kapal yang seharusnya membawa mereka pulang, tapi berubah menjadi ujian hidup dan mati. Di atas dek yang sesak dan penuh kepanikan,
seorang ayah bernama Yongki Papalapu berdiri diam dalam gentingnya waktu. Yongki memandang tiga orang paling dicintainya: istrinya, mertuanya, dan anak laki-laki yang baru saja belajar tersenyum.
Hanya ada dua pelampung, namun ada empat nyawa. Maka hanya tersedia dua pilihan. Dan lelaki ini tak memilih dirinya sendiri.
Ia pasangkan pelampung itu kepada istri dan mertuanya–dengan tenang–nyaris seperti sebuah ritual pengorbanan. Lalu Yongki menggend**g Leonardo kecil erat-erat, bayi kebanggaannya, seperti menggenggam hidup itu sendiri. Dari jendela kapal setinggi enam meter, ia melompat. Bukan melompat ke laut semata-mata, tetapi ke ketidakpastian yang siap menelan siapa pun.
Namun cinta membuatnya bertahan. Dengan satu tangan menggenggam bayi mungil, mengangkatnya tinggi agar tak tersapu air laut, serta doa dan harapan:
Selamatkan anakku, ya Tuhan. Selamatlah engkau, Nak.
Sepotong pecahan sterefoam diraihnya, dijadikannya rakit penyelamat, lalu doanya menjadi dayung yang tak terlihat. Ayah itu tidak hanya melindungi anaknya dari ombak, tapi juga dari ketakutan, kehilangan, dan luka yang mungkin tak terlihat.
Dan kelak Leonardo akan tumbuh, meski mungkin lupa wajah laut yang nyaris merenggutnya. Lalu ketika "singa pemberani" ini sudah cukup dewasa untuk mengerti, ia akan paham:
Bahwa sebelum ia bisa berjalan, seorang lelaki yang dipanggilnya ayah– telah berenang untuknya– mempertaruhkan segalanya, demi dirinya. Dan dari sana, ia akan belajar:
Bahwa menjadi lelaki bukan soal kekuatan, tapi tentang keberanian untuk mencintai tanpa syarat. Tentang keberanian untuk menjadi pahlawan bagi orang-orang tercinta, tanpa berharap pujian apapun dari dunia.