
24/04/2025
Menembus Batas: Jejak Langkah Polwan Muda dari Kalimantan Utara di Misi Perdamaian PBB
Tanjung Selor — Langit Kalimantan Utara menyimpan cerita tentang seorang perempuan muda yang tak sekadar mengayunkan langkah sebagai anggota kepolisian, namun juga sebagai duta perdamaian dunia. Dia adalah IPDA Gia Iftita Saviera, lulusan Akademi Kepolisian 2022 asal Situbondo, yang kini bersiap menjalankan tugas mulia di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Terpilih sebagai bagian dari Satgas Garbha Formed Police Unit (FPU) 7, Gia akan mengemban misi perdamaian di Republik Afrika Tengah. Misi ini tak sekadar menuntut keberanian, tapi juga keteguhan hati dan jiwa pengabdian tanpa batas.
“Saya bersyukur dan bangga. Ini bukan hanya tentang saya, tapi juga tentang bagaimana Polwan Indonesia bisa turut serta menjaga perdamaian dunia,” ujar Gia dalam sebuah wawancara dengan penuh semangat.
Dari Borneo ke Afrika
Perjalanan Gia dimulai dari Polda Kalimantan Utara. Awalnya bertugas sebagai Pamin Ditsamapta, ia kemudian berpindah ke Polresta Bulungan sebagai Ps Kanit V Harda, hingga akhirnya dipercaya memimpin Unit IV PPA Satreskrim. Kiprahnya yang konsisten, membuat Gia mencuri perhatian dan dipercaya mengikuti pelatihan intensif untuk bergabung dalam pasukan PBB.
Di tengah latihan fisik dan mental yang ketat, Gia tak hanya mempersiapkan diri secara teknis. Ia juga menguatkan mentalitas untuk hidup di lingkungan dengan konflik berkepanjangan, budaya yang berbeda, dan fasilitas serba terbatas.
“Ini adalah tantangan besar, tapi juga kehormatan. Saya yakin, dengan persiapan yang matang dan dukungan dari rekan-rekan, saya bisa memberikan yang terbaik,” katanya.
Perempuan di Garda Depan
Kehadiran Gia dalam pasukan perdamaian internasional bukan hanya simbol keterlibatan Indonesia dalam perdamaian global, melainkan juga bukti nyata peran perempuan dalam keamanan dunia. Sebagai Polwan, Gia membawa wajah Indonesia yang ramah, tangguh, dan peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Kiprah Gia menjadi inspirasi. Ia menunjukkan bahwa menjadi perempuan bukan penghalang untuk berada di garda depan — bahkan di tengah konflik dan risiko tinggi.
(Bersambung di komentar)