Pepatah Ulama syalafi

  • Home
  • Pepatah Ulama syalafi

Pepatah Ulama syalafi Mari bersama belajar untuk saling mengingatkan dan sama mengajarkan nya tuntutlah ilmu pengetahuan Agama Islam dari buaian hingga ke liang lahat

WEJANGAN ABAH ANOM 'QS'Apabila sedang mengikuti suatu manaqib, maka harus seperti sedang wukuf di Arofah. Arti wukuf ada...
04/08/2025

WEJANGAN ABAH ANOM 'QS'

Apabila sedang mengikuti suatu manaqib, maka harus seperti sedang wukuf di Arofah.

Arti wukuf adalah DIAM. ( Wukuf ber'arti berhenti, walau sejenak). Diamnya 7 indra dari anggota badan, yaitu: Telinga tidak mendengarkan suara kecuali suara dari bacaan bacaan yang dibacakan dalam manaqib, mata di pejamkan, Hidung bernafas keluar dan masuknya harus di iringi dengan dzikir khofi.
Mulut tidak bersuara, kecuali ketika sedang membacakan bacaan bacaan dalam manaqib.
Tangan tidak memegang kecuali alat alat manaqib.
Perut tidak diisi oleh makanan atau minuman ketika sedang berjalan acara manaqib.
Kaki dalam posisi diam, baik dengan duduk atapun berdiri.

Dan yang paling utama adalah Hati harus dalam bertawajuh ( berdzikir kepada Allah SWT).

Di tempat wukuf, Allah menyiapkan situasi dan kondisi yang dapat mengantar pikiran dan jiwa agar lebih ter'arah kepada pencapaian kesempurnaan kita sebagai makhluk dwi dimensi, Makhluk yang diciptakan Allah dari debu tanah dan Ruh ilahi, tapi bukan untuk menetap di dunia, melainkan membangunnya guna mengekalkan kita di akhirat.
Maka seperti itulah keadaan kita saat mengikuti manaqib.

Dalam sebuah hadis riwayat ad-dailami dalam kitab Musnad Al-Firdaus di riwayatkan dari Sayyidina Mu'adz bin Jabal ra :

ذكر الانبياء من العبادة وذكر الصالحين كفارة وذكر الموت صدقة وذكر القبر يقر بكم من الجنة.

Mengingat para Nabi adalah ibadah, mengingat orang orang shaleh adalah kafarat/tebusan ( bagi dosa), mengingat mati adalah sedekah dan mengingat kubur, mendekatkan kalian kepada surga.

Imam as-Suyuthi dalam al-Jami ash- Shaghir dan Iman al-Munawi dalam Faidh al-Qadir mengatakan hadits ini dha'if ( bisa diamalkan sebagai fadhail al- amal).

قال سفيان بن عيينة رحمه الله تعالى: عند ذكر الصا لحين تنزل الرحمة

Imam Sufyan bin'Uyainah ra. Mengatakan: ketika disebut sebut orang orang yang sholeh maka turunlah rahmat.

Wallahu a'lam.

Tidak perlu lebih hebat dari orang lain. Cukup lebih baik dari diri kita yang kemarin. Hidup bukan tentang siapa yang te...
04/08/2025

Tidak perlu lebih hebat dari orang lain. Cukup lebih baik dari diri kita yang kemarin.

Hidup bukan tentang siapa yang terbaik, Tapi tentang siapa yang berbuat baik dan tidak pura-pura baik.

LIMA SIFAT SALBIYAH(Sifat Allah yang menafikan segala kekurangan dari-Nya)1. Qidam (قديم)  Dahulu tanpa permulaan.Allah ...
03/08/2025

LIMA SIFAT SALBIYAH
(Sifat Allah yang menafikan segala kekurangan dari-Nya)

1. Qidam (قديم) Dahulu tanpa permulaan.
Allah ada sebelum segala sesuatu. Mustahil bagi-Nya sifat huduts (baru). Setiap makhluk adalah baru, sedangkan Allah adalah Dzat yang Wujud-Nya berdiri sendiri, Yang Mengawalkan dan Yang Mengakhiri seluruh makhluk.
Dalil: "Huwal awwalu wal ākhiru." (QS. Al-Hadid: 3).📚

2. Baqa (بقاء) Kekal abadi.
Allah mustahil fana (binasa), sebab kerusakan hanya berlaku pada makhluk. Allah tetap ada tanpa akhir.
Dalil: "Kullu syai’in hālikun illā wajhah" (QS. Al-Qashash: 88).📚

3. Mukhalafatu lil-hawadits (مخالفة للحوادث) Berbeda dengan semua makhluk.
Allah tidak menyerupai apapun. "Laisa kamitslihi syai’un" (QS. Asy-Syura: 11).📚 Andaikan Dzat Allah dapat dibayangkan atau terlintas dalam pikiran, berarti yang terbayang itu adalah makhluk, bukan Allah.

4. Qiyamuhu binafsihi (قيامه بنفسه) Berdiri sendiri.
Allah ada karena Dzat-Nya sendiri, tidak bergantung kepada apapun, bahkan tidak butuh kepada sifat-Nya sendiri. Dialah Al-Qayyum, yang menopang seluruh alam.
Dalil: "Allahu shamad" (QS. Al-Ikhlas: 2).📚

5. Wahdaniyah (وحدانية) Esa dalam Dzat, sifat, dan perbuatan.
Allah mustahil ta‘addud (berbilang). "Qul huwallahu ahad" (QS. Al-Ikhlas: 1).📚 Ke-Esa-an Allah berbeda dengan “satu” dalam hitungan. Tidak bisa disebut satu atau banyak, namun Wujud-Nya ada secara mutlak, tunggal, dan tidak terbilang.

--Semoga bermanfaat

BIOGRAFI SINGKAT SYEKH  MASDUQI AL- LASIMYSyekh Masduqi Al-Lasimy lahir sekitar tahun 1908 M di Desa Soditan Kecamatan L...
03/08/2025

BIOGRAFI SINGKAT SYEKH MASDUQI AL- LASIMY

Syekh Masduqi Al-Lasimy lahir sekitar tahun 1908 M di Desa Soditan Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Sulaiman dengan Hj. Nyai Khadijah (Qolmini).

Dari jalur ayah nasab beliau bersambung ke asy-Syaikh as-Sayyid Mutamakkin Kajen Pati yang bersambung ke Raden Achmad Rahmatullah (Sunan Ampel).
Syekh Masduqi Al-Lasimy termasuk runtutan pewaris Tanah Jawa setelah kurun Syekh KH. Asnawi Banten yang dikenal sebagai simbol Tombak Mangku Mulyo (Quthbul Jawi). Simbol tersebut merupakan warisan dari asy-Syaikh Subakir, orang pertama pembabat Tanah Jawa.

WAFAT

Syekh Masduqi Al-Lasimy wafat pada tahun 1975 M, tepatnya tanggal 17 Jumadil Akhir tahun 1396 H. Jenazah beliau disemayamkan di Pondok Pesantren al-Ishlah Lasem. Sejak tahun itu Ponpes al-Ishlah diteruskan oleh putranya, KH. Hakim Masduqi, yang dilahirkan sekitar tahun 1942 M. Di usia yang sangat muda, 12 tahun, KH. Hakim sudah mengajarkan kitab Jam’ al-Jawami’.

KELUARGA

Sep**ang dari Mekkah beliau bertemu dengan Syekh KH. Sayyid Dahlan, salah satu masyayikh di Pekalongan. Dari pertemuan tersebut, akhirnya Syekh KH. Sayyid Dahlan menikahkan putrinya, Nyai Hj. Ma’rifah dengan Syekh Masduqi Al-Lasimy.

PENDIDIKAN

Sejak usia dini Syekh Masduqi Al-Lasimy dididik oleh ayahandanya sendiri. Kemudian ketika menginjak usia remaja atas petunjuk sang ayah dan pamannya, KH. Thayyib, beliau melanjutkan jenjang pendidikannya di Pondok Pesantren Tremas yang diasuh oleh Syekh KH. Dimyathi bin Abdullah yang merupakan adik dari Syekh KH. Mahfudz bin Abdullah (murid dari pengarang kitab I’anah ath-Thalibin) yang makamnya ada di Mekkah.

Beliau menimba ilmu selama 11 tahun dengan rincian 3 tahun belajar dan 8 tahun mengajar, yang salah satu dari sekian banyak muridnya di Tremas adalah KH. Hamid Pasuruan. Kemudian Beliau melanjutkan pendidikannya pada Syekh KH. Masyhud Pacitan.

Usai belajar dari Pondok Tremas, Syekh Masduqi Al-Lasimy melanjutkan pendidikannya ke Tanah Suci Mekkah al-Mukarramah selama 6 tahun. Di sana beliau belajar kepada Syekh Umar Hamdan al-Maghrabi dan Syaikh Muhammad Ali al-Maliki al-Hasani al-Maghrabi.
Di sana beliau dipercaya menjadi pengajar di Haramain. Murid-murid beliau semasa mengajar di Haramain banyak yang dari Indonesia, diantaranya KH. Bisri Musthafa Rembang dan KH. Masyhuri Rejoso Jombang.

Syekh Masduqi Al-Lasimy mendapat gelar asy-Syaikh karena termasuk salah satu ulama Indonesia yang mengajar di Masjidil Haram. Pada waktu itu sebutan Syekh dimiliki oleh 3 orang ulama, yaitu Syekh Masduqi Al-Lasimy, Syekh Mahfudz at-Tremasi (kakak kandung Syekh Dimyathi) dan Syekh Yasin al-Faddani.

MENDIRIKAN PESANTREN

Setelah beberapa tahun tinggal di Pekalongan, beliau kembali lagi ke Lasem atas permintaan warga Lasem. Di Lasem Syekh Masduqi Al-Lasimy mendirikan Pondok Pesantren al-Ishlah pada tahun 1950 M. Banyak orang berdatangan dari berbagai penjuru untuk menimba ilmu darinya, diantaranya dari Jawa, Madura, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi.

Sebelum adanya bangunan Ponpes al-Ishlah, tanah yang akan dijadikan pesantren tersebut merupakan tempat judi, pelacuran dan tempat pembantaian PKI.

Jauh-jauh hari sebelum Syaikh Mashduqi dilahirkan, pejabat desa setempat mengeluh kepada Sayyid Abdurrahman (Mbah Sareman) ulama asal Tuban yang tinggal di Lasem yang terkenal kewaliannya-dengan mengatakan, “Mbah, bagaimana tempat itu koq dibuat sarang maksiat?”
Kemudian Mbah Sareman mengatakan, “Akan ada Macan (harimau) Putih dari barat melewati sungai yang akan menempati tempat itu. Dan tanah itu akan menjadi tempat (produksi) ulama di Tanah Jawa.”

Yang dimaksud dengan “Macan Putih” adalah Syekh Masduqi Al-Lasimy dan yang dimaksud “sungai” adalah Sungai Bagan yang terletak ± 700 m sebelah barat tanah Ponpes al-Ishlah.

MURID-MURID

Diantara santri-santri Syekh Masduqi Al-Lasimy adalah

KH. Ishomuddin Pati

KH. Nur Rahmat Pati

KH. Salim Madura

KH. Mahrus Aly Lirboyo

KH. Zayadi Probolinggo

KH. Abdullah Faqih Langitan

KH. Miftahul Akhyar Surabaya

KH. Jazim Nur Pasuruan

KH. Mukhtar Luthfi Nganjuk

KH. Imam Daroini Nganjuk

KH. Zuhdi Hariri Pekalongan

KH. Taufiqurrahman Pekalongan

KH. Abdul Ghani Cirebon

KH. Abdul Mu’thi Magelang

KH. Abdullah Schal Bangkalan

KH. Mashduqi Cirebon

KH. Makhtum Hannan Cirebon

KH. Syaerozi Cirebon

TELADAN

Kisah berikut disarikan dari tulisan Gus M. Robert Azmi dari penuturan Kiai Mukhtar Luthfi dan KH. Imam Daroini (keduanya adik kandung Pendiri PP. Al-Fattah KH. Nahrawi ZAM) Nganjuk yang merupakan murid dari Syekh Masduqi Al-Lasimy, mulai dari sisi ketawadhu’an, wira’i, tawakkal dan kesemangatan dalam mengajar.

Suatu ketika ada santri yang sowan Syekh Masduqi Al-Lasimy. Karena saking hormatnya, santri tersebut ingin mencium tangan Syekh Masduqi Al-Lasimy bolak-balik. Namun yang mengejutkan beliau langsung menampik, dan berkata, “Awakmu marai ndeder racun nang atiku! (Apakah engkau ingin menumbuhkan bibit racun di hatiku)?” Kemudian beliau melanjutkan, “Masduqi kuwi sopo?” Akhirnya santri tersebut mengurungkan niatnya.

Sebuah hal lumrah bagi santri yang p**ang ke rumah karena kangen dengan kampung halaman, dan merupakan kesunnahan untuk membawa oleh-oleh pada ulama. Namun tidak semua oleh-oleh diterima oleh Mbah Mashduqi.

Beliau sering bertanya pada santri yang membawa oleh-oleh, “Iki jajan tekan ngendi (Oleh-oleh ini dari mana)?” Jika si santri menjawab dari orangtuanya, maka Syekh Masduqi Al-Lasimy berucap “Alhamdulillah…”
Namun jika oleh-olehnya bukan dari rumah, Syekh Masduqi Al-Lasimy akan berkata, “Haram! Awakmu disangoni Bapak-Ibumu dingge sangu mondok, ora dingge nukokke jajan aku (Haram! Kamu dikasih uang Ayah-Ibumu untuk uang saku mondok, bukan untuk membelikanku oleh-oleh).”

Waktu mengaji Syekh Masduqi Al-Lasimy sering bercerita, “Aku kuwi anake bakul beras, budal mondok adol pitik, tak tukokne rokok, tak dol nang santri Tremas (Aku hanyalah anak pedagang beras, pergi mondok dengan menjual ayam, kemudian uangnya aku belikan rokok, dan kujual ke santri Tremas).”

Dalam kesempatan lain, waktu beliau ngaji, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Spontan santri yang mengikuti ngaji semburat melarikan diri. Dengan tersenyum beliau berkata, “Santri, santri, koq wedi karo rohmate Pengeran.” Kemudian beliau dengan tidak tergesa-gesa meninggalkan tempat pengajian dengan berpayungkan sajadah beliau.

Pernah suatu ketika Kiai Mukhtar Luthfi mengikuti pengajian Tafsir Jalalain yang dikhatamkan hanya sebulan Ramadhan saja. Di tengah penat yang mendera dan kantuk yang sangat, banyak santri yang tertidur. Tiba-tiba Syekh Masduqi Al-Lasimy menggebrak meja, “Bruaaakkk… Setane mlayu, setane mlayu,” diiringi tawa renyah beliau dan santri yang gelagapan bangun tidur.

Begitu p**a sewaktu Syekh Masduqi Al-Lasimy menyemangati para santri agar tidak cepat puas dengan ilmu yang didapatkannya, beliau dawuh, “Nahwu-shorofmu kuwi opo? Urung enek sak kuku irengku (Ilmu nahwu-sharafmu seberapa sih? Belum ada secuil kuku hitamku).”
Sebagai ulama yang ahli fiqih, nahwu, sharaf, tasawwuf dan banyak fan lainnya, sangatlah wajar apabila waktu mengaji Mbah Mashduqi mengoreksi kitab yang dibacanya. Syahdan, waktu itu beliau sedang membaca kitab Siraj ath-Thalibin karangan Syaikh Ihsan Jampes Kediri, yang sekarang menjadi salah satu mata pelajaran di Universitas Al-Azhar Kairo. Mbah Mashduqi sering berkata, “Iki keliru!” sambil langsung mencoret lafadz kitab tersebut dengan pena yang beliau bawa.

Kabar ini terdengar oleh Mbah Mat Jipang, salah seorang ulama Kediri yang sangat terkenal kecerdasannya sehingga masyarakat sekitar menjulukinya dengan Mbah Jipang, kepanjangan dari ngaji gampang. Mendengar itu, Mbah Jipang langsung berangkat ke Pondok Lasem dengan menyamar sebagai orang desa. Kemudian beliau bertamu ke Ndalem Syekh Masduqi Al-Lasimy.

Setelah dipersilakan masuk, terjadilah adu argumen yang sangat tajam dan lama. Saking lamanya, debat antara Syekh Masduqi Al-Lasimy dan Mbah Mat Jipang terjadi beberapa hari. Istirahat hanya saat waktu shalat dan waktu istirahat malam. Singkat cerita setelah debat usai, Syekh Masduqi Al-Lasimy mengakui keilmuan Mbah Jipang dan membenarkan Siraj ath-Thalibin yang disalahkannya.
Pada kesempatan lain, Mbah Mashduqi berkata pada santri yang mengaji, “Aku kalah karo wong Kediri.” Latar belakang Mbah Mashduqi menyalahkan beberapa lafadz kitab tersebut adalah karena kehati-hatian beliau. Terbukti, selang beberapa waktu beliau berkata, “Syariat kuwi koyok dalan nang pinggir kali, nek minggir-minggir iso gampang kecemplung, sing aman nang tengah wae (Syariat itu ibarat jalan yang berada di pinggiran sungai, kalau terlalu ke pinggir akan mudah tergelincir, yang aman berjalan di tengah saja).”

KARYA-KARYA

Syekh Masduqi Al-Lasimy sangat terkenal kealimannya. Beliau termasuk ulama yang produktif menulis, hasil karyanya banyak dari beberapa fan ilmu. Setiap beliau mengaji suatu kitab, pasti diterangkan secara panjang lebar seakan mensyarahi kitab tersebut.
Di usia 17 tahun beliau menyusun karya tulis dalam fan ilmu tauhid berbentuk sya’ir yang dinamai “Nadzam Ibn al-Lasimiy”. Kemudian kitab tersebut disyarahi pada usia 40 tahun dan diberi nama “adz-Dzakhair al-Mufidah” yang sudah tersebar di berbagai penjuru negeri seperti Bangladesh, Mekkah dan Yaman. Karya tulis lainnya berjudul “Ghayat al-Maram fi Ahadits al-Ahkam” yang berhubungan dengan hadits-hadits Rasulullah Saw.

Ada seorang sufi dari kalangan tokoh tasawuf yang bernama Syeikh Abdul Aziz Ad-dabagh. Beliau dalam kalangan tokoh tasaw...
03/08/2025

Ada seorang sufi dari kalangan tokoh tasawuf yang bernama Syeikh Abdul Aziz Ad-dabagh. Beliau dalam kalangan tokoh tasawuf termasuk ulama kelas atas, wali min auliyaillah, ahli ibadah.

Suatu ketika malaikat melihat namanya di lembaran kitab lauhil mahfudz ada dalam deretan penghuni neraka. Melihat hal tersebut malaikat merasa kasihan dan mendatangi Abdul Aziz Ad-dabagh.

Malaikat berkata: wahai Abdul Aziz untuk apa engkau ibadah sampai segitunya sedangkan aku lihat namamu di lembaran lauhil mahfudz engkau adalah penghuni neraka. Mau ibadah gimana pun engkau tetap akan masuk neraka.

Kemudian Abdul Aziz menjawab: wahai malaikat, surga dan neraka bukan urusanku, aku diciptakan oleh Allah swt hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Sebagaimana Allah swt berfirman, tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu. Mau aku masuk surga atau neraka itu hakNya Allah swt.

Subhanallah, benar-benar ikhlas dalam beribadah.
Kemudian malaikat kembali ke lauhil mahfudz dan dilihat namanya dirubah oleh Allah swt menjadi penghuni surga. Sebab Allah berhak menetapkan kitabullah.

Lantas malaikat kembali menemui Abdul Aziz dan berkata: wahai Abdul Aziz ada kabar gembira, baru saja aku melihat namamu oleh Allah dirubah menjadi penghuni surga.

Abdul Aziz menjawab: Alhamdulillah, tapi sekali lagi malaikat, surga dan neraka bukan urusanku, aku beribadah hanya untuk menggapai ridhoNya Allah swt, kalau Allah swt ridho aku di neraka, ya itulah tujuanku.

Malaikat pun takjub dengan keikhlasan Abdul Aziz dalam beribadah dan berkata: wahai Abdul Aziz, ikhlasmu inilah yang membuat Allah ridho dan merubah namamu menjadi penghuni surga.

Lantas Abdul Aziz bertanya kepada malaikat: kalau ikhlasku tadi yang membuat Allah ridho kepadaku, lalu kira-kira dosa apa yang membuat Allah swt murka kepadaku sehingga aku menjadi penghuni neraka?

Kemudian malaikat bercerita: engkau ingat ketika engkau masih kecil ketika umurmu sekitar 15 tahunan, engkau ingat ketika engkau tidur di kamar tidurmu, kemudian engkau mendengar suara langkah kaki ibumu menuju tempat tidurmu untuk menyuruhmu membeli sesuatu di pasar? Karena engkau mendengar suara langkah kaki ibumu menuju kamarmu, lalu engkau pura-pura tidur padahal engkau sudah bangun agar engkau tidak disuruh pergi ke pasar. Ketika ibumu membuka pintu kamarmu dan melihatmu masih tidur, ibumu merasa kasihan dan tidak jadi menyuruhmu ke pasar. Sebab engkau bohongi ibumu Allah swt murka dan menjadikan namamu sebagai penghuni neraka.

Mendengar cerita dari malaikat, Abdul Aziz pun beristighfar memohon ampun kepada Allah swt.

Semenjak kejadian tersebur Abdul Aziz Ad-dabagh disisa umurnya tidak pernah berceramah kecuali tentang berbakti kepada orang tua. Setiap orang yang datang kepada beliau selalu diwasiatkan untuk berbakti kepada orang tuanya.

Mari kita renungkan sejenak!

Padahal beliau hanya pura-pura tidur, lalu bagaimana yang sampai membentak ibunya?

Bagaimana yang sampai memasamkan wajahnya kepada ibunya?

Yang mengeraskan suaranya di depan ibunya?

Yang sampai tidak memberi nafkah?

Dan bahkan yang sampai membuat menangis ibunya, bagaimana kira-kira nasibnya?

Mari kita belajar bersama-sama untuk lebih berbakti kepada orang tua kita baik yang masih hidup ataupun yang telah wafat.

Jangan meremehkan dosa kecil dikhawatirkan disitu ada murkaNya Allah swt.

Jika tangan kita masih sulit untuk berbuat baik padanya, maka ringankanlah lisan kita untuk senantiasa mendoakan kedua orang tua kita.

Semoga Allah swt mengampuni semua dosa-dosa orang tua kita. Aamiin 🤲🏻🤲🏻🤲🏻

اللَّـﮬـُمَّ صـَلِِّ ؏َـلٰے سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ؏َـلٰے اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ

PENGALAMAN ZIARAH WALI SONGO BERSAMA PANGERSA ABAH ANOM QSHaji Mas'ud adalah adik kandung Haji Amin Abdullah; wakil talq...
03/08/2025

PENGALAMAN ZIARAH WALI SONGO BERSAMA PANGERSA ABAH ANOM QS

Haji Mas'ud adalah adik kandung Haji Amin Abdullah; wakil talqin TQN Suryalaya dari Cilegon. Sejak thn 1990 Haji Mas'ud menyupiri mobil Haji Amin bolak balik dari Cilegon ke Pontren Suryalaya..

Namun setiap kali Haji Mas'ud diminta utk ikut talqin dzikir di Suryalaya oleh Haji Amin. Maka Haji Mas'ud selalu menolak dgn alasan, "Kan kata Pangersa Abah juga gak boleh dipaksa.."

Sehingga pd thn 2000 akhirnya Haji Mas'ud mendapat hidayah mengambil talqin dzikir. Kemudian diamalkan dgn sungguh-sungguh oleh Haji Mas'ud sampai ia merasakan suatu keberkahan dzikrullah. Termasuk pd thn 2002 terbuka jalan pintu rezekinya yg berlimpah hingga saat ini..

Pd thn 2006 ketika Haji Amin Abdullah sedang berkunjung ke Pontren Suryalaya. Ternyata Pangersa Abah Anom QS serta keluarganya sedang bersiap akan berangkat ziarah Wali Songo. Maka Haji Amin langsung menelepon Haji Mas'ud agar menyusul ke Pontren Suryalaya..

Ketika itu sebenarnya dua puteri Haji Mas'ud sedang sakit panas tinggi. Namun Haji Mas'ud menguatkan tekadnya krn ingin ikut berziarah bersama Pangersa Abah. Ketika Haji Mas'ud & keluarga tiba di Suryalaya, ternyata Pangersa Abah & rombongan baru saja berangkat..

Haji Mas'ud segera mengejar rombongan Pangersa Abah menuju Cirebon. Ternyata Haji Mas'ud masih mendapatkan kesempatan berziarah di makam Sunan Gunung Jati & makam Syaikh Tholhah bersama Pangersa Abah. Baru kali ini Haji Mas'ud merasakan ziarah yg paling berkesan krn nikmatnya berdzikir bersama Pangersa Abah..

Namun pd saat yg sama sakit kedua putrinya ternyata semakin parah. Ketika malam harinya tiba di Semarang, Haji Mas'ud hendak memas**an kedua putrinya utk rawat inap di rumah sakit. Tapi sebelumnya Haji Mas'ud mau minta izin terlebih dahulu kpd Pangersa Abah melalui Haji Baban putra beliau. Ketika itu Haji Baban langsung berkata: "Insya Allah besok sembuh.."

Ternyata pd esok paginya kedua putri Haji Mas'ud benar-benar sembuh kembali sehat wal afiat. Sehingga Haji Mas'ud tdk merasa galau lagi dlm mengikuti perjalanan ziarah Wali Songo bersama Pangersa Abah. Haji Mas'ud merasakan nikmatnya berziarah kpd para Wali Allah dgn terbawa oleh Wali Allah yg agung pd masanya. Alhamdulillaah..

Wallaahu a'lam

“Ilmu itu seperti binatang buruan, dan tulisan adalah ikatannya. Oleh karena itu, ikatlah buruanmu dengan tulisan.” (Ima...
03/08/2025

“Ilmu itu seperti binatang buruan, dan tulisan adalah ikatannya. Oleh karena itu, ikatlah buruanmu dengan tulisan.” (Imam Syafi’i)

Menulis adalah cara untuk mempertahankan dan mengabadikan ilmu.

Ibnu Hajar al-Asqalani (Fath al-Bari) berkata, “Ilmu itu butuh dicatat, sebab apa yang tidak dicatat lebih rentan hilang dan terlupakan.

Melalui tulisan, ilmu akan terus tersimpan dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.”

Pendapat ‘agak laen’ dari Albert Einstein, “Kertas itu untuk menulis hal-hal yang kita butuhkan untuk mengingat. Sedang otak kita digunakan untuk berpikir.”

Sekarang medianya bisa komputer, tablet atau ponsel, dll.
Yuk, bersemangat, karena Al-Khatib al-Baghdadi (Taqyid al-Ilm) berkata, “Menulis adalah bagian dari ibadah dalam menuntut ilmu.”

Kisah Sufistik tentang Anak Muda: Pemuda yang Mengikuti Jejak Wali 👳🏻‍♀️________Di sebuah desa kecil di pinggiran Khuras...
31/07/2025

Kisah Sufistik tentang Anak Muda: Pemuda yang Mengikuti Jejak Wali 👳🏻‍♀️
________

Di sebuah desa kecil di pinggiran Khurasan, hidup seorang anak muda bernama Ziyad. Ia dikenal pendiam dan tidak menonjol di antara teman-teman sebayanya. Ziyad bukan ahli ilmu, bukan p**a dari keluarga yang kaya. Namun hatinya gelisah, merasa dunia ini seperti kabut yang menutupi makna sejati dari hidup. Ia sering menyendiri, memandang langit malam, dan bertanya dalam hati, "Apa maksud semua ini? Untuk apa aku diciptakan?"

Hingga pada suatu malam, ia mendengar seorang tua berceramah di masjid desa tentang seorang wali besar bernama Ibrahim bin Adham. Sang wali, kata orang tua itu, dahulu adalah raja, namun meninggalkan istana demi mencari Allah. "Ia mendengar suara dari atap istananya," cerita si tua, "'Wahai Ibrahim, engkau tidak diciptakan untuk bermain-main. Bangun dan temukan tujuan hidupmu.' Maka sejak itu ia tinggalkan semuanya."

Ziyad tersentak.

Sejak malam itu, hidupnya berubah. Ia mulai bangun malam, berwudhu dengan air sumur yang dingin, dan berdiri di bawah langit yang sunyi. Ia tidak tahu bagaimana berzikir seperti para sufi, tapi ia memanggil nama Tuhan dengan hati yang hancur dan penuh kerinduan: "Ya Allah, tunjukkan aku jalan-Mu. Aku tidak tahu apa-apa."

Suatu malam ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat seorang tua berjubah putih datang mendekat, lalu menyentuh dadanya sambil berkata: "Wahai anak muda, Tuhan tidak melihat seberapa banyak ilmumu, tapi seberapa jujur engkau mencari-Nya. Teruskan pencarianmu. Jangan menoleh ke belakang."

Esoknya, Ziyad pun meninggalkan desa. Ia tidak tahu ke mana harus pergi. Ia hanya mengikuti arah angin dan suara hatinya. Di kota Nishapur, ia bertemu seorang sufi miskin yang mengajarinya zikir, diam, dan sabar. Dari sana, ia mulai membersihkan jiwanya dari riya, amarah, dan cinta dunia.

Bertahun-tahun kemudian, orang-orang mulai mengenal Ziyad sebagai "Pemuda Langit", karena wajahnya selalu tenang, seperti memandang sesuatu yang tak terlihat oleh mata dunia. Ia tidak banyak bicara, namun jika ia menatapmu, engkau merasa seolah sedang ditatap oleh hatimu sendiri.

Suatu hari seorang murid bertanya, "Guru, kapan engkau mulai menjadi sufi?"

Ziyad menjawab sambil tersenyum, "Bukan aku yang menjadi sufi. Aku hanya seorang anak muda yang lelah menunggu makna dari dunia, lalu memutuskan mencari-Nya. Yang terjadi setelah itu bukan aku yang berjalan, tapi Dia yang menarikku."

-------- ❤️💙

Pelajaran Sufistik dari Kisah Ini:

Kisah Ziyad mencerminkan bahwa jalan tasawuf bukan hanya milik orang tua, para ulama besar, atau mereka yang telah selesai dengan urusan dunia. Justru seringkali, jiwa muda—yang masih mentah dan jujur dalam pencarian—lebih mudah disentuh oleh hakikat ilahiah. Dalam tasawuf, yang utama bukanlah usia atau kehebatan ilmu, tapi kesungguhan hati dalam mencari Tuhan.

Sebagaimana kata Imam al-Ghazali:
"Jika engkau tidak menemukan Tuhan di usia muda, maka engkau hanya akan menemukan penyesalan di usia tua."

Maka, wahai para pemuda, jika jiwamu gelisah karena dunia ini terasa kosong, mungkin itu adalah panggilan dari-Nya. Jangan abaikan. Mungkin, engkau pun akan menjadi Ziyad zaman ini.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumiddin nya menjelaskan bahwa :فإن غذاء القلب العلم والحكمة، وبهما حياته"Karena sesu...
31/07/2025

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumiddin nya menjelaskan bahwa :
فإن غذاء القلب العلم والحكمة، وبهما حياته
"Karena sesungguhnya ilmu & hikmah itu adalah asupan hati (sarapane ati : bahasa kitab). Sebab keduanya, hati hidup."
Menurut Imam Al-Ghazali, manusia itu terbagi manjadi 2.
Yaitu tubuh yang berupa materi kasar & ruh yang berupa materi yang lembut (j***m lathif). Seperti layaknya tubuh manusia yang membutuhkan makanan berupa nasi, roti, dll, ruh & hati manusia pun juga membutuhkan asupan makanan yang berupa ilmu, dzikir, dil.
Jasad akan mati jika tidak pernah diberi makan, hati & ruh pun juga akan mati jika tidak diberi makan. Sayangnya banyak orang yang hanya memperhatikan jasadnya yang bersifat sementara daripada ruh yang bersifat abadi. Banyak para jasad kekenyangan, sedangkan ruh nya merintih kelaparan.
bila jasad sakit maka tubuh gak nafsu makan,,,begitu p**a bila ruh sakit gk ingin ibadah/dzikir 🥲

Referensi :
Ihya' Ulumiddin juz 1 hal 8 baris 26.

"Yen kepingin duwe anak alim ojo hasud marang wong alim".Itulah salah satu dawuh Syaikhina Muhammad Najih Maimoen Hafidl...
31/07/2025

"Yen kepingin duwe anak alim ojo hasud marang wong alim".

Itulah salah satu dawuh Syaikhina Muhammad Najih Maimoen Hafidlohullohu Ta'ala.

Dalam satu satu Mauidlohnya, Gus Rojih Ubab Maimoen pernah menyampaikan sebuah nasihat yang menyentuh:

Orang-orang Madinah, yaitu kaum Anshar, itu bisa punya keturunan yang alim-alim dan sholeh-sholeh karena hati mereka selamat. Mereka tidak iri, tidak hasud, dan tidak dengki kepada kaum Muhajirin yang datang dari Makkah.

Hati yang bersih dari dengki itu ternyata membawa keberkahan sampai ke anak cucu.

Begitu juga dulu orang Jawa. Banyak dari mereka yang keturunannya menjadi ulama, orang-orang sholeh, karena hati mereka juga bersih. Mereka menerima dengan lapang dada para pendatang yang datang dengan membawa iman—ada yang dari Maghrib (Maroko), dari Yaman, dan dari Persia.

Mereka tidak merasa terganggu, tidak merasa terancam, apalagi dengki. Justru mereka menghormati dan memuliakan para pendatang yang membawa dakwah Islam.

Tapi…

Kalau sekarang orang Jawa mulai muncul rasa iri, hasud, dan dengki kepada para pendatang yang beriman, apalagi kepada keturunan Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wasallam, maka jangan berharap akan lahir keturunan yang alim dan sholeh seperti dulu.

Jagalah hati. Bersihkan dari rasa tidak s**a kepada sesama orang beriman, apalagi kepada dzurriyah (keturunan) Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wasallam.

Makanya, sering-seringlah berdoa seperti yang diajarkan dalam Al-Qur'an:

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah lebih dahulu beriman. Dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami rasa dengki terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

يقول جل ثناؤه: ولا يجدون في صدورهم حاجة مما أوتوا

أي لا يجد الذين تبوأوا الدار والإيمان وهم الأنصار في صدورهم حسدا مما أوتي المهاجرون

Wis pokoké intiné ngono…
Jagalah hati kita, biar anak cucu kita mendapat keberkahan dari hati yang bersih.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاتهAhmad Dahlan memiliki nama kecil Muhammad Darwis. Ia adalah anak keempat dari tujuh bersa...
31/07/2025

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ahmad Dahlan memiliki nama kecil Muhammad Darwis. Ia adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dan termasuk keturunan dari Mulana Malik Ibrahin yaitu adalah salah seorang terkemuka di antara para walisongo, yaitu pelopor dari penyebaran agama Islam di Jawa.

Ketika memasuki usia ke 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi melaksanakan ibadah haji dan tinggal selama lima tahun di Mekkah. Pada lima tahun periode tersebut, Ahmad Dahlum pun mulai berinteraksi dengan para pemikir pembaharu dalam agama Islam, seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Al Afghani hingga Ibnu Taimiyah. Usai p**ang dari Mekkah di tahun 1888, ia kemudian mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan.

30/07/2025

Address


Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Pepatah Ulama syalafi posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Pepatah Ulama syalafi:

Shortcuts

  • Address
  • Telephone
  • Alerts
  • Contact The Business
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share