18/06/2018
JANJI BUSUK "POLITISASI SEPAKBOLA" LEBIH BUSUK DIBANDING KOTORAN TINJA.
“Saya ingin bangun Persipasi. Bisa main di LIga 1. Sama seperti Persib atau Persija,” ungkapnya Nur Supriyanto, Calon Walikota Bekasi Nomer Urut 2.
http://bekasimaju***com/nur-supriyanto-bertekad-bangkitkan-persipasi/
Ucapan bernada harapan, dibalut sebuah komitmen dan janji itu terlontar sekitar 2 bulan yang lalu, oleh Nur Supriyanto, Anggota Dewan DPRD Jawa Barat 3 Periode, sekaligus calon Walikota Bekasi periode 2018 - 2023, ketika Persipasi Kota Bekasi memaksakan ikut Liga 3, kasta ke-3 (amatir) Liga Indonesia musim 2018.
Namun sayang, ucapan Nur hanya berlandaskan nafsu, nafsu meraup suara, meraup simpati dari mereka yang sudah skeptis terhadap gejolak prestasi Persipasi.
Semua itu terbukti, setelah nama Persipasi Kota Bekasi tidak ada dalam daftar peserta putaran ke-2 Liga 3 Asprov Jawa Barat.
Usut punya usut ternyata Nur Supriyanto kecewa dengan manajemen Persipasi saat ini (Engkus Prihatin dan kolega).
Hal pertama yang dilontarkan Nur Supriyanto adalah tidak adanya transparansi dalam pengelolaan Persipasi Kota Bekasi pada putaran pertama Liga 3.
Dan yang kedua, keikut sertaan Persipasi di putaran kedua kalah prioritas dibanding persiapan pilkada 27 Juni nanti.
Karena anggaran puluhan juta yang telah dikeluarkan Nur Supriyanto tidak dikelola secara transparan dan masih banyak pengeluaran yang harus disiapkan guna persiapan pilkadalahlah menjadi alasan Nur Supriyanto menutup buku "bantuannya" terhadap Persipasi, hingga pada akhirnya Persipasi menjadi pecundang, mengakhiri perang sebelum perang itu di mulai.
Pedih memang, melihat kondisi Persipasi saat ini.
Seharusnya, sebelum sesumbar ingin menjadikan Persipasi menjadi klub hebat di Indonesia, sejajar dengan klub-klub papan atas Liga 1, Nur Supriyanto melakukan pemetaan permasalahaan dalam tubuh Persipasi.
Sehingga tindakan-tindakan preventif yang tepat guna mengobati Persipasi dapat dilakukan. Tidak melakukannya berdasarkan nafsu semata.
Permasalahaan bukan hanya semata stadion Patriot yang "digembok", sebagai mana yang selalu disuarakan untuk menyerang lawan politiknya, jauh lebih besar dari itu.
Bobroknya tatakelola atau SDM yang mengaku sebagai empunya Persipasi itu sendiri saat ini, toh Pak Nur juga sudah merasakan kan? ga sanggupkan menghadapinya?
Kalau memang dari hati nurani Nur Supriyanto memang ingin membuat dan membantu Persipasi Kota Bekasi berjaya, seharusnya yang dilakukan Nur Supriyanto itu adalah hal fundamental yaitu akuisisi Persipasi, lalu rombak dan ganti manajemen dengan orang-orang pilihan Nur Supriyanto, yang "katanya" orang-orang baik.
Nyatanya? tidak! Nur Supriyanto hanya memberi susu mentah, cara instan, cepat, murah dan mudah untuk meraup simpati dan berharap suara.
Jelaslah hal yang mustahil Nur Supriyanto mau mengakuisisi Persipasi saat ini, toh Persipasi telah digawangi oleh Engkus Prihatin cs dengan harga Miliaran Rupiah. Harga awal yang dibuka 4M jika ingin memboyong Persipasi, tapi bisa nego-nego sedikit, sampai 1,5M an lah. Itu informasi yang kami dapat.
Orang gila mana yang mau mengakuisisi klub Liga 3 (amatir) liga paling dasar dengan harga 20% saham di salah satu klub papan atas liga 1? orang gila mana?
Terbukti, Nur Supriyanto masih waras, sejalan dengan kepentingan "sesaat"nya meraup simpati dan suara dari mereka pecinta Persipasi, yang menurut data survei, jumlah fans Persipasi adalah 60% dari total warga Muhammadyah di Kota Bekasi saat ini.
Jadi, sudahlah masalah kita bukan sebatas stadion yang "digembok". Pengelolaan stadion patriot saat ini sudah jelas, ada tarif sewa yang dikenakan kepada siapapun yang ingin menggunakan stadion.
Seperti halnya klub-klub Liga 1 yang menyewa stadion mereka sendiri, kecuali Bali United yang sudah terikat kontrak puluhan tahun dengan Pemprov Bali dalam penggunaan dan pengelolaan stadion.
Permasalahan utama adalah, pada SDM yang bobrok, tidak akuntabel, tidak memahami sepakbola industri secara utuh.
Solusi dari kami, bikin Persipasi seperti Parma. Dipailitkan, "dibubarkan" lalu dibuild dari 0, dari awal, dengan orang-orang fresh, berpengalaman, memahami permasalahan, dan pastinya cinta terhadap Persipasi.
Dan satu lagi, STOP POLITIASI PERSIPASI!