15/10/2025
Haji Syahputra: Tembok Pertahanan dari Lamahala Jaya
Media Sportiva NTT
Kota Kupang, 15 Oktober 2025
Dalam dunia sepak bola, ada pemain yang menonjol karena teknik dan kelincahannya, ada p**a yang dikenal karena ketegasan dan jiwa kepemimpinannya di lapangan. Haji Syahputra, pemain bernomor punggung 4 milik Perselaya Lamahala Jaya, adalah sosok yang memadukan keduanya dalam satu tubuh yang kokoh di jantung pertahanan. Ia bukan sekadar pemain belakang, ia adalah dinding kokoh yang menjaga harga diri timnya dengan sepenuh hati.
Perjalanan Haji dimulai jauh sebelum sorak penonton mengenal namanya. “Sejak SD kelas 6 pada tahun 2010,” kenangnya, “saya sudah bermain untuk tim Persib Waiburak di tarkam. Posisi saya waktu itu bek kanan.” Dari lapangan tanah Keluwain, tempat bola dan debu berpadu menjadi guru pertama, semangat sepak bola mulai tumbuh dalam dirinya. Tak ada stadion megah, tak ada sorotan kamera, hanya cinta murni pada permainan ini yang menuntunnya melangkah.
Ketertarikannya menjadi pemain bertahan bukan tanpa alasan. Ia mengaku, inspirasi terbesarnya datang dari darah daging sendiri. “Paman kandung saya adalah pelatih kepala Persib Waiburak. Dari beliaulah saya belajar arti tanggung jawab, disiplin, dan cinta pada permainan. Saya sering ikut menemaninya melatih para abang-abang senior, dari situ jiwa saya terbentuk.” Tapi Haji tak berhenti di sana.
Tahun 2013 menjadi titik balik, saat Perselaya Lamahala Jaya membuka pintu baginya. “Saya berterima kasih kepada tim Perselaya yang merekrut saya dan memberi saya harapan untuk berkembang sampai sekarang.”
Sebelum berseragam biru Perselaya, Haji memulai kariernya bersama Persib Waiburak klub kecil yang menjadi batu pijakan awal sebelum menapaki panggung yang lebih besar. Dari sanalah ia belajar bahwa menjadi pemain bola bukan sekadar menendang bola, melainkan menjaga nama baik dan semangat sebuah kampung.
Ketika ditanya momen paling berkesan dalam perjalanan kariernya, senyum tipis muncul di wajahnya. “Menjuarai Liga 1 bersama tim Perselaya Lamahala,” jawabnya singkat tapi penuh makna. Setiap peluh, setiap benturan, dan setiap kali dirinya menahan bola lawan di ujung napas terakhir pertandingan, terbayar lunas di momen itu.
Sebagai seorang pemain bertahan, Haji memahami bahwa kekuatan sejati bukan hanya pada otot, tetapi juga pada ketenangan jiwa. “Menurut saya yang paling penting untuk seorang pemain bertahan adalah stamina, fokus, ketenangan, daya juang, dan jam terbang,” ujarnya mantap. “Dan yang tak kalah penting, mengikuti instruksi pelatih.”
Kini, di bawah bimbingan coach Argo Ratuloly, Haji Syahputra terus mempersiapkan diri bersama Perselaya untuk turnamen Lazarus Laiskodat Cup 2. Baginya, setiap pertandingan bukan cuma laga melainkan panggilan hati untuk menjaga kehormatan Lamahala Jaya di tanah orang.
Di tengah hiruk pikuk dunia sepak bola modern, Haji tetap menjadi cermin dari kesetiaan dan pengabdian. Dari lapangan Keluwain yang berdebu hingga turnamen bergengsi di Pulau Semau, langkahnya tak pernah surut. Karena bagi Haji Syahputra, sepak bola bukan tentang permainan, ia adalah perjalanan hidup yang ia jaga dengan sepenuh cinta.
(Sportiva NTT)