Ngopidiyyah

Ngopidiyyah Belajar agama, sejarah, politik, gak bikin bosan ! di ngopidiyyah semuanya asyik dengan meme lucu.
(1)

Dalam Islam, istilahnya kāfir. Akar katanya berarti “menutup.” Netral sebenarnya: hanya menunjuk pada orang yang menutup...
11/09/2025

Dalam Islam, istilahnya kāfir. Akar katanya berarti “menutup.” Netral sebenarnya: hanya menunjuk pada orang yang menutup diri dari iman. Bahkan dalam bahasa Arab lama, kata ini dipakai untuk petani yang “menutupi benih dengan tanah.” Jadi bukan hinaan, melainkan penanda posisi keyakinan.

Dalam Kristen, istilah untuk non-penganut lebih keras: gentile atau pagan. Bahkan ada perumpamaan kunarion yang berarti “anjing kecil,” gambaran yang jelas merendahkan orang di luar kelompoknya.

Dalam Hindu, sebutannya mleccha yang berarti “barbar, biadab,” atau nāstika, penolak Weda. Istilah ini menegaskan bahwa siapa pun yang tidak tunduk pada kitab suci dianggap rendah dan tidak beradab.

Dalam Buddha, dipakai istilah tīrthika atau micchādiṭṭhi “pengikut jalan sesat.” Artinya, semua ajaran di luar Buddha dipandang keliru dan berbahaya.

Dalam Yahudi, bahkan lebih keras. Penyembah berhala disebut ‘avodah zarah (עֲבוֹדָה זָרָה), artinya “penyembahan najis.” Dalam sebagian tafsir Talmud, orang non-Yahudi kerap disamakan dengan “anjing” atau makhluk najis yang tidak selevel dengan Yahudi.

Kalau semua istilah ini dibandingkan, justru kāfir dalam Islam terlihat paling lunak. Ia tidak membawa konotasi binatang, kebiadaban, atau kenajisan. Ia hanya menandai satu hal sederhana: orang itu menolak iman.

Di tengah dunia modern, masih ada suara-suara sumbang yang mencoba meragukan kewujudan tokoh-tokoh agama. Ada yang menga...
10/09/2025

Di tengah dunia modern, masih ada suara-suara sumbang yang mencoba meragukan kewujudan tokoh-tokoh agama. Ada yang mengatakan, “Apa benar Muhammad itu pernah ada? Bukankah bisa jadi hanya tokoh rekaan?”

Pertanyaan ini wajar jika kita menengok pada nasib tokoh-tokoh besar lain. Sejarawan tahu bahwa Yesus Kristus, Siddharta Gautama, dan Konfusius memang pernah hidup, tetapi bukti sejarah tentang mereka muncul terlambat, ratusan tahun setelah wafatnya. Justru di sinilah letak kebanggaan kita sebagai Muslim: Nabi Muhammad ﷺ adalah tokoh sejarah yang paling kuat bukti keberadaannya.

Bukti Penyebutan Nabi Muhammad ﷺ dalam Sumber Asing

Yang mengejutkan, penyebutan Nabi Muhammad ﷺ tidak hanya datang dari sumber Islam, tetapi juga dari catatan non-Muslim yang sezaman atau hampir sezaman:

1. Fragment on the Arab Conquests (637 M)

Catatan ringkas berbahasa Suryani pada manuskrip Injil Matius & Injil Markus. Ditulis 4–5 tahun saja setelah wafat Nabi Muhammad ﷺ.

2. Thomas the Presbyter, Chronicle of 640 M

Sejarah dunia yang ditulis seorang pendeta Kristen Jacobite. Menyebut Nabi 7–8 tahun setelah wafat beliau.

3. Pseudo-Sebeos, History of Armenia (± 660-an M)

Catatan sejarah Armenia yang dikaitkan dengan Uskup Sebeos. Ditulis sekitar 30 tahun setelah wafat Nabi ﷺ.

Artinya, dalam kurun waktu kurang dari satu generasi setelah wafat Nabi Muhammad ﷺ, sudah ada catatan tertulis dari kalangan non-Muslim yang mengakui keberadaan beliau. Dari perspektif sejarah, ini adalah rekaman yang sangat kuat dan nyaris tidak dimiliki tokoh agama lain.

Perbandingan dengan Tokoh Lain

Yesus Kristus (c. 4 SM – 33 M)
Disebut oleh Flavius Josephus dalam Antiquities of the Jews (± 93 M).
➝ Jarak: ±60 tahun setelah wafatnya.

Konfusius (c. 551 SM – 479 SM)
Disebut oleh Zhuang Zhou dalam Zhuangzi (c. 340–286 SM).
➝ Jarak: ±140 tahun setelah wafatnya.

Siddharta Gautama (c. 480 SM – 400 SM)
Disebut dalam prasasti Ashoka (Lumbini Pillar, ± 249 SM).
➝ Jarak: ±160 tahun setelah wafatnya.

Krishna ( 3200–3100 SM,)

Sumber Hindu: Mahabharata dan Bhagavad Gita (disusun antara abad ke-5 SM hingga 4 M).
Kesimp**an: Tidak ada catatan sejarah sezaman. Sumber tertulis muncul ribuan tahun setelah tokoh tersebut diyakini hidup.

Zarathustra (1000–600 SM)

Sumber: Gathas (bagian dari Avesta), disusun jauh setelah masa hidupnya,
➝ Jarak: diperkirakan ± 500 tahun kemudian.

Bandingkan dengan Muhammad ﷺ yang sudah disebut kurang dari 5 tahun setelah wafatnya. Fakta ini menjadikan beliau tokoh keagamaan dengan rekam sejarah paling dekat dan paling dapat diverifikasi.

Mengapa Ini Penting?

Di era modern, ketika sebagian orang mulai menganggap agama hanya dongeng dan tokoh-tokohnya sebagai fiksi, data sejarah ini menjadi tamparan telak:

Nabi Muhammad ﷺ bukan legenda yang ditulis ratusan tahun kemudian.

Beliau adalah sosok nyata, yang namanya sudah dicatat musuh maupun kawan dalam rentang usia para sahabat yang masih hidup.

Tidak ada ruang bagi skeptisisme ilmiah untuk meragukan kewujudan beliau.

Renungan untuk Umat Islam

Maka, kita sebagai Muslim seharusnya semakin berbangga. Nabi kita bukan sekadar tokoh spiritual, tetapi juga tokoh sejarah dunia yang paling jelas jejaknya. Beliau hadir sebagai manusia nyata, tercatat dalam naskah sejarah, diakui oleh lawan maupun kawan.

Berbeda dengan tokoh-tokoh lain yang harus menunggu ratusan tahun hingga “disahkan” sejarah, Muhammad ﷺ sudah hidup dalam catatan sezamannya. Inilah salah satu bukti bahwa risalah Islam bukan mitos, melainkan realitas sejarah yang kokoh.

———————
Follow Ngopidiyyah agar kamu tidak ketinggalan postingan menarik lainnya.

Masyarakat adalah Cermin PemimpinnyaAda pepatah Arab:“Masyarakat mengikuti agama para penguasa mereka.”Coba lihat hari i...
07/09/2025

Masyarakat adalah Cermin Pemimpinnya

Ada pepatah Arab:
“Masyarakat mengikuti agama para penguasa mereka.”

Coba lihat hari ini.
Kenapa rakyat kita lebih sibuk dengan hiburan, gosip, pesta, dan sensasi ketimbang ilmu dan Qur’an?
Karena wajah rakyat selalu mencerminkan wajah pemimpinnya.

Sejarah Membuktikan

Masa Hajjaj bin Yusuf
Ia memerintah dengan tirani: gantung, cambuk, dan penjara.
Setiap pagi rakyat saling bertanya:
“Siapa yang dibunuh kemarin? Siapa yang digantung? Siapa yang dicambuk?”
Teror penguasa melahirkan masyarakat penuh ketakutan.

Masa Walid bin Abdul-Malik
Ia gemar membangun gedung megah, kanal, dan pabrik.
Maka rakyat pun ikut sibuk membangun, menggali, menanam, dan bekerja.

Masa Sulaiman bin Abdul-Malik
Ia mencintai makanan lezat dan musik.
Maka rakyat pun larut dalam pesta, penyanyi, dan perayaan.

Masa Umar bin Abdul Aziz
Inilah titik balik peradaban.
Beliau bukan hanya pemimpin zuhud, tapi juga seorang khalifah intelektual.
Beliau mendukung penghimpunan hadis, memperluas akses pendidikan, dan membangkitkan budaya menulis serta diskusi.

Di masanya, rakyat tidak lagi membicarakan pesta.
Mereka bertanya:
“Berapa banyak Qur’an yang kau hafal?”
“Berapa kali kau shalat malam?”
“Berapa hari kau berpuasa bulan ini?”
“Kapan kau menuntaskan kitab A, B, C?”

Semangat Qur’an dan ilmu menular dari seorang pemimpin ke seluruh masyarakat.

Cermin Hari Ini

Bandingkan dengan zaman kita.
Ketika rumah-rumah DPR dijarah, hampir tak ada buku yang ditemukan di dalamnya.
Kenapa? Karena memang tradisi intelektual tidak hidup di sana.

Lalu bagaimana rakyat bisa haus ilmu, jika wakil-wakilnya sendiri tidak menaruh perhatian pada ilmu?
Wajar kalau masyarakat ikut-ikutan: lebih sibuk dengan hiburan ketimbang Qur’an atau buku.

Ketika sebagian kursi DPR diisi oleh mantan artis, lulusan SMA yang kariernya hanya di panggung hiburan, bagaimana mungkin rakyatnya haus ilmu pengetahuan? Bagaimana mungkin generasi muda memimpikan meneliti nuklir, kalau wakilnya saja tak paham dasar-dasarnya?

Maka wajar kalau yang ramai di masyarakat bukan diskusi sains, bukan debat soal buku, bukan obrolan tentang Qur’an tetapi soal siapa artis yang menikah, siapa yang cerai, dan siapa yang trending di TikTok.

Inilah hukum sosial yang diucapkan orang Arab dulu:
“Masyarakat mengikuti agama para penguasanya.”
Kalau penguasanya sibuk pesta, rakyat ikut pesta. Kalau penguasanya cinta Qur’an, rakyat ikut cinta Qur’an.

Renungan

Sahabatku, masyarakat tidak pernah melampaui pemimpinnya.
Jika pemimpin cinta hiburan, rakyat pun ikut hanyut.
Jika pemimpin cinta Qur’an dan ilmu, rakyat pun tertular semangat yang sama.

Umar bin Abdul Aziz adalah bukti nyata bahwa seorang pemimpin bisa mengubah arah peradaban:
dari pesta menuju Qur’an,
dari kelalaian menuju ilmu,
dari kemewahan menuju keadilan.

Maka renungkanlah:
pemimpin seperti apa yang sedang kita ikuti hari ini?

📖 Sumber: Nawādir min at-Tārīkh 1/182

Muṣ‘ab bin ‘Umair رضي الله عنه — Pemuda yang Menjual Dunia untuk AkhiratPernahkah kamu membayangkan… ada seorang pemuda ...
06/09/2025

Muṣ‘ab bin ‘Umair رضي الله عنه — Pemuda yang Menjual Dunia untuk Akhirat

Pernahkah kamu membayangkan… ada seorang pemuda yang punya segalanya ketampanan, kekayaan, kehormatan, pop**aritas namun akhirnya meninggal hanya dengan selembar kain kafan yang tak cukup menutup tubuhnya?

Itulah kisah Muṣ‘ab bin ‘Umair رضي الله عنه. Seorang pemuda Makkah yang kisah hidupnya membuat Rasulullah ﷺ menangis.

Dari Pemuda Paling Kaya…

Di Makkah, nama Muṣ‘ab bin ‘Umair sudah menjadi legenda. Ia anak orang kaya Quraisy, penampilannya selalu paling rapi, wajahnya tampan, tubuhnya harum oleh minyak wangi termahal. Orang-orang bisa tahu kalau Muṣ‘ab lewat, hanya dari jejak aroma wanginya.

Ia adalah pemuda idola: ditinggikan oleh kaumnya, diimpikan oleh para gadis, dan ditakuti oleh para pesaing.

Kalau kita hidup di zaman itu, mungkin Muṣ‘ab adalah sosok “influencer” dengan wajah tampan, mobil mewah, baju branded, dan semua orang ingin mendekat kepadanya.

… Menjadi Pemuda Paling Menderita

Tapi semua berubah ketika ia mendengar dakwah Nabi Muhammad ﷺ. Hatinya tersentuh, imannya bangkit. Ia pun masuk Islam secara sembunyi-sembunyi.

Keputusannya membuat keluarganya murka. Ibunya yang dulu sangat memanjakannya, justru memutus semua fasilitas. Rumah mewah, pakaian indah, perhiasan, dan harta semuanya dicabut darinya.

Dari pemuda terkaya, ia berubah menjadi pemuda yang tak punya apa-apa kecuali iman dalam hatinya.

Demi imannya, Muṣ‘ab bin ‘Umair رضي الله عنه Ia ikut berhijrah ke Ḥabasyah, menyeberangi lautan penuh derita. Pemuda yang dulu harum kasturi, kini tubuhnya basah oleh keringat dan asin air laut, kulitnya terbakar terik matahari.

Kembali ke Makkah, ia masih berjuang sembunyi-sembunyi bersama Rasulullah ﷺ, hingga akhirnya hijrah lagi ke Madinah. Panas padang pasir, angin kering, lapar, dan haus terus mengikis tubuhnya.

Kulit yang dulu putih halus kini kering, pecah-pecah, mengelupas. Wajah yang dulu berseri kini letih karena pengorbanan. Sa‘d bin Abī Waqqāṣ رضي الله عنه berkata dengan mata berkaca-kaca:

Sa‘d bin Abī Waqqāṣ رضي الله عنه pernah berkata tentang Muṣ‘ab:

لَقَدْ رَأَيْتُ مُصْعَبَ بْنَ عُمَيْرٍ وَإِنَّهُ لَمُجْتَهِدٌ فِي الْإِسْلَامِ جُهْدًا شَدِيدًا، حَتَّى رَأَيْتُ جِلْدَهُ يَتَحَشَّفُ تَحَشُّفَ جِلْدِ الْحَيَّةِ

“Sungguh aku pernah melihat Muṣ‘ab bin ‘Umair, ia menderita begitu keras dalam Islam, hingga kulitnya mengelupas sebagaimana kulit ular.”¹

Ya Allah… bukankah ini perubahan yang memilukan? Dari sorotan decak kagum para wanita Quraisy, kini ia menjadi sorotan iba dan haru para sahabat karena penderitaannya. Dulu dipuji karena ketampanan, kini dihormati karena pengorbanan.

Rasulullah ﷺ Menangis

Suatu hari, Muṣ‘ab datang menemui Rasulullah ﷺ di masjid. Ia mengenakan pakaian lusuh penuh tambalan. Wajahnya tampak letih, tubuhnya kurus.

Rasulullah ﷺ menunduk, lalu meneteslah air mata beliau. Beliau ingat dulu Muṣ‘ab hidup penuh kemewahan, kini ia memilih jalan Allah meski penuh derita.

Rasulullah ﷺ lalu berkata kepada para sahabat:

كَيْفَ بِكُمْ إِذَا غَدَا أَحَدُكُمْ فِي حُلَّةٍ وَرَاحَ فِي حُلَّةٍ، وَوُضِعَتْ بَيْنَ يَدَيْهِ صَحْفَةٌ وَرُفِعَتْ أُخْرَى، وَسُتِّرْتُمْ بُيُوتَكُمْ كَمَا تُسْتَرُ الْكَعْبَةُ؟

“Bagaimana keadaan kalian nanti, ketika pagi kalian memakai pakaian baru, sore pun memakai pakaian baru, makanan berganti terus di hadapan kalian, dan rumah-rumah kalian dihiasi sebagaimana Ka‘bah dihiasi?”²

Para sahabat menjawab, “Tentu saat itu kami lebih baik, ya Rasulullah, sebab kami bisa beribadah tenang tanpa sibuk mencari nafkah.”

Namun Rasulullah ﷺ berkata tegas:

بَلْ أَنْتُمُ الْيَوْمَ خَيْرٌ مِنْكُمْ يَوْمَئِذٍ

“Tidak! Demi Allah, keadaan kalian hari ini lebih baik daripada keadaan kalian nanti.”³

🌹 Beliau tahu, ketika harta berlimpah, iman sering kali justru melemah.

Syahid di Medan Uḥud

Puncak pengorbanan Muṣ‘ab terjadi di Perang Uḥud. Rasulullah ﷺ menunjuknya sebagai pembawa panji Islam. Ia maju tanpa gentar.

Musuh menebas tangan kanannya panji ia pegang dengan tangan kiri. Tangan kirinya pun ditebas ia dekap panji itu dengan dadanya sambil membaca:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ
(QS. Āli ‘Imrān: 144)

Hingga akhirnya tubuhnya roboh. Ia gugur, panji Islam tetap tegak di sisinya.

Ketika perang usai, para sahabat mencari kafan untuknya. Tapi hanya ada selembar kain pendek. Jika menutup kepalanya, kakinya terbuka. Jika menutup kakinya, kepalanya terbuka. Rasulullah ﷺ berkata:

غَطُّوا بِهَا رَأْسَهُ، وَاجْعَلُوا عَلَى رِجْلَيْهِ مِنَ الْإِذْخِرِ

“Tutuplah kepalanya dengan kain itu, dan letakkan rumput di kakinya.”⁴

Itulah akhir hidup Muṣ‘ab bin ‘Umair رضي الله عنه. Dari pemuda yang dulu punya segalanya, ia wafat hanya dengan selembar kain yang bahkan tak cukup untuk mengafani jasadnya.

Renungan untuk Kita

Sahabatku, lihatlah… Rasulullah ﷺ sampai menangis melihat pengorbanannya. Padahal kalau ia mau, Muṣ‘ab bisa kembali ke ibunya, hidup nyaman, bergelimang harta. Tapi ia memilih Allah.

Lalu kita bandingkan dengan diri kita hari ini…

Ada yang mundur dari dakwah hanya karena takut kehilangan teman.

Ada yang tidak berani hijrah karena takut diputus pacar.

Ada yang sudah tahu kebenaran, tapi ragu jadi mualaf karena khawatir ditolak keluarga.

Ada yang rela meninggalkan shalat hanya karena pekerjaan atau sibuk mengejar uang.

Ujian Muṣ‘ab jauh lebih berat: ia benar-benar ditolak ibunya, ia benar-benar kehilangan harta, ia benar-benar sendirian. Tapi ia tetap teguh. Sedangkan kita? Ujian kita jauh lebih ringan, namun sering kali iman kita justru yang lebih rapuh.

Sahabatku, kalau Muṣ‘ab bisa memilih Allah di atas segalanya padahal dunia dan keluarganya menentang apa alasan kita masih ragu?

Catatan Kaki

1. Ibnu al-Atsīr, Asad al-Ghābah fī Ma‘rifat al-Ṣaḥābah, jilid 5, hlm. 182.
2. Al-Tirmiżī, Sunan al-Tirmiżī, Kitab al-Zuhd, hadis no. 2479; disahihkan oleh al-Albānī dalam Ṣaḥīḥ al-Tirmiżī.
3. Ahmad bin Ḥanbal, Musnad Aḥmad, Musnad ‘Alī bin Abī Ṭālib, hadis tentang Muṣ‘ab bin ‘Umair, no. 618.
4. Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Kitab al-Maghāzī, bab Perang Uḥud.

————

Follow Ngopidiyyah untuk kisah menarik selanjutnya

05/09/2025

Ini nyata. Masjid dapat dana pemerintah Rp150 juta. Tapi ketika dicairkan? 40% dipotong calo (partai). Yang masuk ke kas masjid jelas jauh dari nominal asli, tapi di laporan tetap dicatat penuh. Akhirnya pengurus terpaksa memalsukan laporan, biar terlihat normal.

Artinya, bantuan pemerintah ternyata tidak gratis.

Dan kasus semacam ini tidak jarang. Pesantren, yayasan Islam, bahkan lembaga yang seharusnya suci dari praktik curang, ikut terjebak. Alasan klasik yang sering terdengar:

“Daripada diambil orang lain yang nggak jelas, mending kita ambil.”

Tapi pola pikir seperti itu justru memperkuat lingkaran setan korupsi. Secara tak langsung, kita menjadi bagian dari sistem yang merugikan negara. Ujung-ujungnya, lembaga Islam sendiri ikut ternoda, reputasinya rusak, dan martabatnya tercoreng.

Katakan “TIDAK.”
Untuk segala bentuk bantuan Pemerintah !

Menolak ikut praktik curang lebih mulia daripada terlihat untung sesaat. Dengan menolak, Anda menjaga martabat lembaga Islam, dan menunjukkan cinta sejati pada negeri.

Dan anda yang menolak ikut permainan curang ini, terimakasih.

anda benar benar nasionalis sejati, anda sudah berkontribusi terhadap negara, pejuang kejujuran, yang menjaga agama, lembaga dan negara dari korupsi.

04/09/2025

Tubuh yang biasanya gagah, kini terbaring lemah hanya karena demam.
Mobil yang mewah tak lagi terasa nikmat dikendarai.
Uang yang melimpah tak bisa membeli selera makan.
Makanan mahal pun hambar di lidah yang dicabut rasanya oleh Allah.
Rumah yang luas seakan berubah menjadi ruang sempit,
hanya karena kita tak kuasa bergerak menahan sakit.

Itu baru sekadar demam.
Hanya demam, tapi sudah cukup meruntuhkan keangkuhan manusia.
Belum penyakit yang lebih berat,
belum lagi hari ketika ajal benar-benar menjemput.

Sejarah pun telah berulang kali membuktikan:
Aleksander Agung, Sulaiman al-Qanuni, Napoleon, hingga Genghis Khan
penguasa besar yang mengguncang dunia, akhirnya sama saja:
rebah di ranjang sakit, lalu mati tanpa daya.

Engkau bisa usahakan mengabadikan hartamu,
tapi tidak dengan umurmu.
Tabungan bisa diwariskan, rumah bisa ditinggalkan,
tetapi hidupmu tetap akan berakhir di liang lahat.

Engkau bisa rawat wajahmu dengan perawatan kecantikan,
engkau bisa sembunyikan keriput dengan make-up,
engkau bisa sembunyikan uban dengan cat rambut.
Namun waktu tetap akan menelanjangimu.

Lihatlah para artis yang dulu dipuja karena kecantikannya,
yang wajahnya terpampang di layar kaca,
yang dielu-elukan karena ketampanan dan pesonanya.
Kini mereka menua, keriput, renta, dan kehilangan daya tariknya.
Tak ada satupun yang bisa menghentikan perjalanan waktu.

Lalu apa yang masih bisa kita sombongkan?
Sejatinya manusia hanyalah makhluk rapuh.
Kekuatan hanyalah titipan, harta hanyalah sementara, kekuasaan hanyalah ujian.

Hari ini mungkin engkau kuat, berlari tanpa lelah.
Tapi esok atau lusa, tubuhmu akan goyah, punggungmu akan membungkuk, kakimu gemetar tak mampu lagi berdiri.
Rambut yang hitam akan memutih, kulit yang kencang akan mengeriput, nafas yang panjang akan tersengal.
Dan akhirnya engkau terbaring, menunggu maut menjemput, hingga jasadmu dingin di dalam tanah.

Allah telah berfirman:
وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَـٰنُ ضَعِيفٗا
“Dan manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS. An-Nisā’:28)

Itulah ujung perjalanan: tua, renta, lalu mati.
Manusia sejatinya lemah, dan hanya Allah-lah yang Mahakuat.
Maka kembalilah kepada-Nya, sebelum kelemahan itu menelanjangimu.

ILMU PENTING TAK DI AJARKAN SEKOLAHAda satu fakta pahit: orang-orang super kaya, baik lokal pribumi maupun Tionghoa, mau...
31/08/2025

ILMU PENTING TAK DI AJARKAN SEKOLAH

Ada satu fakta pahit: orang-orang super kaya, baik lokal pribumi maupun Tionghoa, mau dia pejabat mau dia pengusaha mereka ternyata tidak pernah benar-benar peduli Indonesia merdeka atau tidak. Jepang datang, mereka melobi Jepang. Belanda kembali, mereka melobi Belanda. Republik berdiri, mereka melobi Republik. Selama uang mereka aman, bisnis berjalan, dan hidup nyaman, mereka tidak peduli siapa penguasanya.

Kontras dengan londo ireng yang dijadikan budak oleh Belanda. Mereka terdiri dari orang orang yang tak punya modal untuk melobi penguasa, sehingga untuk meraup keuntungan tubuh dan tenaga merekalah yang dikuras habis untuk melayani penjajah.

Pekerjaan Londo ireng inilah yang paling sengsara, mereka harus bentrok bahkan berdarah-darah membela penjajah. Untuk sesuap nasi.

Sementara itu, para pemilik modal justru nyaman menjadi kaki tangan kolonial. Mereka tak perlu keluar tenaga untuk cari makan. Mereka Ada yang menjadi penyedia logistik, ada yang menjadi penghubung perdagangan, bahkan ada yang sekadar menjadi “catering” untuk makan pekerja rodi kebutuhan penjajah dan dari situ mereka meraup keuntungan.
Kan nggak mungkin orang orang kaya itu ikut turun langsung megang cangkul menggali parit.

Ketika terjadi kerusuhan atau invasi militer, kelompok ini tidak berjuang mempertahankan tanah airnya, melainkan menyelamatkan diri dengan menyewa kapal dan pergi ke negeri lain.

Karena itu, bila direnungkan, kemerdekaan sejatinya adalah milik rakyat bawah.
Merekalah yang mengangkat senjata, kehilangan tanah, dan mengorbankan keluarganya.
Merekalah yang dipaksa kerja rodi, diperas keringat dan tenaganya demi kepentingan penjajah.

Sedangkan elite sejak dulu hingga kini tetap sama.
“Ngapain toh demo, mending kerja biar kaya.”
“Ngapain toh lawan penguasa, toh keadaan juga begini-begini saja.”

Begitulah logika mereka. Wajar saja, sebab orang-orang kaya semacam itu tidak pernah merasakan beratnya hidup rakyat kecil. Mereka tidak tahu bagaimana rasanya harga beras yang kian mahal, atau sembako yang terus melambung. Semua kesulitan itu hanya menimpa rakyat bawah, sementara mereka tetap nyaman di balik kekayaannya.

Artinya apa ?

Bagi mereka, penjajah atau pribumi sama saja selama kekayaan terjaga, tidak ada bedanya. Dampaknya lahir Sikap dari ideologi egois yang hanya peduli pada diri sendiri.

Tapi jiwa kebangsaan sejati tidak lahir dari perut kenyang, melainkan dari hati yang rela berkorban. Rakyat kecil yang ditindas, diperas, dan dirampas haknya merekalah yang benar-benar tahu arti merdeka.

Maka, definisi kemerdekaan sejatinya hanya dimiliki oleh orang-orang miskin yang berani bersuara dan melawan ketidakadilan, serta orang-orang kaya yang rela menginfakkan hartanya dan mewakafkan jiwanya untuk perjuangan.

Bukan milik mereka yang bodoh, apatis, dan cuek bebek terhadap nasib bangsanya. Sebab kemerdekaan lahir dari pengorbanan, bukan dari ketidakpedulian.

Itulah sebabnya, sampai hari ini pun pertanyaan menyakitkan masih menggema:

Jika benar kita sudah merdeka, mengapa rakyat belum juga sejahtera?
Mengapa hasil panen petani dibiarkan terbuang sia-sia, padahal impor terus dibuka?
Mengapa pajak justru semakin mencekik, sedangkan DPR tak terbebani pajak sedikit pun?

Maka, kita perlu merubah definisi merdeka.
Merdeka bukan sekadar siapa pemimpinnya, atau bendera apa yang berkibar di istana.
Merdeka sejati adalah ketika rakyat bisa hidup layak, petani menikmati hasil panennya, buruh tidak lagi ditindas, dan pajak tidak lagi menjadi beban yang mencekik.

Kemarin viral video Affan Kurniawan, pengemudi ojek online, tewas dilindas rantis Brimob saat bekerja. Video detik-detik...
30/08/2025

Kemarin viral video Affan Kurniawan, pengemudi ojek online, tewas dilindas rantis Brimob saat bekerja. Video detik-detiknya viral, banyak mendapat simpati, Amarah rakyat membara, demo besar pecah menuntut keadilan.

Namun tragedi lain, di KM 50, diperlakukan berbeda. 7 Desember 2020, enam anggota laskar mengawal Habib R untuk kepengajian. Di Tol Jakarta-Cikampek, mobil mereka dihadang aparat. Satu mobil dihancurkan tembakan, semua penumpang tewas. Saat itu aparat Kepolisian mengumumkan kalau “Insiden ini itu Baku Tembak.” Bukan murni “Penyerangan”

Sehingga publik tak bersimpati; apalagi mengingat stigma organisasi mereka kala itu, banyak yang mencap mereka “teroris” atau “perusuh.”

Yang membedakan kasus laskar KM 50 dari kasus Ojol adalah bukti yang tersedia. Untuk laskar KM 50, tidak ada rekaman video yang jelas karena semua CCTV kata Polisi “Rusak Serempak” ingat ya, CCTV Toll Kebetulan “Rusak.”. Tapi bukan berarti nggak ada bukti sama sekali….

Jurnalis Tempo kemudian melakukan investigasi mendalam dan membuat dokumenter hampir satu jam, mengungkap berbagai kejanggalan:
1. Semua CCTV di lokasi rusak, menimbulkan dugaan penghilangan bukti.
2. Rekaman telepon yang masih tersambung dan terekam membuktikan jelas bahwa anggota laskar diserang, bukan menyerang.

3. Luka korban lebih dari satu tembakan, dan diduga ditembak dengan jarak dekat.
4. Kesaksian saksi lain yang berhasil diwawancara Tempo menunjukkan bahwa mobil korban ditembaki secara membabi buta, bukan sebagai respons terpaksa. Keterangan saksi sebelum korban ditendangi, korban merintih “Ampunnnn pak…..!””””

https://youtu.be/KzLIIDyAX9U?si=kQymi60Q5SZIamnI

Meski hasil investigasi Tempo cukup kuat, publik tetap sulit bersimpati karena tidak ada rekaman video yang menampilkan aksi penembakan secara langsung. Bandingkan dengan kasus Affan, di mana video kecelakaan terekam jelas publik langsung marah dan menuntut keadilan. Seandainya kejadian ojol tak ada yang merekam, kemungkinan besar ia juga bisa dicap “pendemo anarkis” atau “bawa sajam,” “menyerang aparat” dan sekenrio basi CCTV rusak kemungkinan terjadi. Untungnya, masyarakat sudah merekam dan menyebarkan sendiri ke media, sehingga nasib difitnah seperti km 50 tak terjadi.

Disaat kondisi seperti ini.
Sang Habib pun berdoa dengan diamini ribuan jamaahnya sembari sembab air mata duka

“Ya Allah maka bikin susah hidupnya, seretkan rejekinya, jangan berkahi nafkahnya, ign sembuhkan penyakitnya, biar dpt penyakit yang belum ada obatnya, biar susah jalan hidupnya, biar dipecat dari tempat kerjaanya, biar ditinggal lari bininya biar lakinya kawin lagi,biar anak2nya ngelawan sama dia, biar anak2nya hidup ga bahagia, biar gk dapat anak yg sholihin dan sholiha, biar hidupnya hancur hancuran, gk ada berkah, susah tiap hari, sedih tiap hari, gundah gulana tiap hari..”

Doa ini kini mulai terjawab nyata kemudian:

Ipda Elwira Priyadi Zendrato, salah satu pelaku, meninggal dunia tragis akibat kecelakaan tunggal pada 23 Maret 2021.

Majelis hakim yang membebaskan aparat juga jatuh satu per satu:

Meski sebagian doa telah dijawab, masih ada pelaku yang bebas, tertawa lepas seolah hukum tak menyentuh mereka. Tapi ketahuilah: doa orang yang terdzalimi selalu sampai ke hadapan Allah. Dan karena keadilan belum ditegakkan, Allah mencabut barokah dari mereka.

Akibatnya, ratusan kasus terus terbongkar—mulai dari suap, kriminalitas, penyiksaan sesama, hingga pengkhianatan moral dan pelecehan yang tak terbayangkan, bahkan hingga menghamili generasi muda yang seharusnya dilindungi. Kejahatan ini terus berlanjut, satu per satu menyingkap wajah asli institusi yang kehilangan nurani.

Masyarakat semakin gelap mata, kehilangan rasa hormat, dan kepercayaan terhadap institusi yang seharusnya melindungi mereka. Doa para korban dan keluarga terus mengetuk langit, menuntut pertanggungjawaban. Dan percayalah: kebenaran, sekeras apapun disembunyikan, suatu saat pasti akan terungkap.

——————-

Follow Ngopidiyyah untuk postingan menarik lainnya.

30/08/2025

Bagaimana Hukumnya Mengambil Barang Orang Mendzalimi Harta kita ?

Dibolehkan.

Jika seseorang dizalimi haknya (misalnya hartanya diambil, gajinya tidak dibayar, atau korupsi uang rakyat), maka ia boleh mengambil kembali dari harta orang zalim itu, sesuai kadar haknya, meskipun TANPA IZIN HAKIM DI PENGADILAN. (min ghayri idzni al-ḥākim)

1. Atsar Ibnu Sirīn – “Jika ia mengambil sesuatu darimu, maka ambillah yang semisalnya.” bolehnya membalas zalim dengan kadar yang sama (Mas’alah azh-Zhafar).

Contoh:
Seorang pedagang menipu rekannya dengan mengambil 5 karung beras miliknya tanpa membayar.
Ketika korban menemukan gudang si pedagang, ia mencuri (mengambil) kembali 5 karung beras yang sama.
Hal ini dibolehkan, karena ia hanya mengambil kembali haknya.

2. Hadis Hindun binti ‘Utbah (istri Abu Sufyan)

Dasar: Nabi ﷺ memberi izin Hindun untuk mengambil dari harta suaminya sesuai kebutuhannya karena Abu Sufyan pelit menahan nafkah.

Contoh:
Seorang suami kaya raya, tetapi menahan nafkah istrinya sehingga ia dan anak-anaknya kelaparan.
Sang istri boleh mengambil uang atau makanan dari harta suaminya tanpa sepengetahuannya, sesuai kadar kebutuhan keluarga sehari-hari.
Tidak boleh berlebihan, hanya sebatas nafkah yang wajib.

3. Hadis ‘Uqbah bin ‘Āmir

Dalam Bab Qishash al-Mazhlūm, Imam Bukhari juga menyebut hadis Uqbah bin Amir yang intinya membolehkan orang dizalimi mengambil haknya sendiri.

Dalam riwayat lain, Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. tidak menjatuhkan hukuman potong tangan kepada seorang budak yang mencuri harta tuannya, karena ternyata sang tuan tidak memberikan hak nafkah yang semestinya kepada budaknya. Dengan kata lain, pencurian itu terjadi akibat kezhaliman tuannya sendiri.

Sumber lengkap

قوله : ( باب قصاص المظلوم إذا وجد مال ظالمه ) أي هل يأخذ منه بقدر الذي له ولو بغير حكم حاكم ؟ وهي المسألة المعروفة بمسألة الظفر وقد جنح المصنف إلى اختياره ولهذا أورد أثر ابن سيرين على عادته في الترجيح بالآثار .

قوله : ( وقال ابن سيرين يقاصه ) هو بالتشديد ، وأصله يقاصصه ( وقرأ ) أي ابن سيرين وإن عاقبتم فعاقبوا الآية ، وهذا وصله عبد بن حميد في تفسيره من طريق خالد الحذاء عنه بلفظ " إن أخذ أحد منك شيئا فخذ مثله " ثم أورد فيه المصنف حديثين .

أحدهما : حديث عائشة في قصة هند بنت عتبة وفيه أذن النبي - صلى الله عليه وسلم - لها بالأخذ من مال زوجها بقدر حاجتها وسيأتي الكلام عليه مستوفى في كتاب النفقات إن شاء الله تعالى قال ابن بطال : حديث هند دال على جواز أخذ صاحب الحق من مال من لم يوفه أو جحده قدر حقه .

قوله فيه ( رجل مسيك ) بكسر الميم والتشديد للأكثر قاله عياض ، قال : وفي رواية كثير من أهل الإتقان بالفتح والتخفيف ، وقيده بعضهم بالوجهين ، وقال ابن الأثير : المشهور في كتب اللغة الفتح والتخفيف والمشهور عند المحدثين الكسر والتشديد والله أعلم . ثانيهما : حديث عقبة بن عامر .

Ibn Hajar al-Asqalany, Fathul Bari: Syarah Shahih Bukhari, Jilid 5, Hlm. 129.

Banyak orang menganggap UUD 1945 adalah konstitusi yang sakral. Tidak boleh disentuh, tidak boleh dilanggar, seakan-akan...
30/08/2025

Banyak orang menganggap UUD 1945 adalah konstitusi yang sakral. Tidak boleh disentuh, tidak boleh dilanggar, seakan-akan ia berdiri sebagai hukum yang paling suci.

Namun sejarah menunjukkan sebaliknya. UUD 1945 ternyata pernah diobrak-abrik sendiri oleh penguasa dan para elit politik. Mereka mengaku sebagai “penjaga konstitusi”, tetapi justru tangan merekalah yang pertama-tama merobek aturan dasar itu.

Mari kita lihat contohnya.

Dalam UUD 1945, Pasal 7 dengan jelas menyatakan:

“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali.”

Artinya sederhana: jabatan presiden dibatasi lima tahun, dan setelah itu harus dipilih ulang. Tidak ada istilah “presiden seumur hidup”.

Tetapi pada tahun 1963, MPRS justru mengeluarkan Tap MPRS No. III/MPRS/1963 yang menetapkan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup.
Padahal UUD 1945 masih berlaku.

UUD 1945 berkata: lima tahun.
MPRS berkata: seumur hidup.

Dan Soekarno menerimanya dengan senang hati. Ia tidak menolak. Ia tidak berkata: “Saya tunduk pada konstitusi.” Ia justru memanfaatkan keputusan itu untuk memperkuat kekuasaan, sambil menyingkirkan siapa pun yang dianggap lawan politik.

DPR-GR dan MPRS yang semestinya menjadi wakil rakyat, berubah menjadi sekadar kump**an orang pilihan Soekarno: dari PNI, PKI, dan organisasi massa binaannya sendiri. Sementara itu, partai Islam seperti Masyumi dibubarkan. Tokoh-tokoh Islam dicap “anti-Pancasila” dan “anti-UUD 1945”.

Ironis, bukan? Mereka yang berusaha konsisten dengan konstitusi justru dituduh pengkhianat. Sedangkan rezim yang terang-terangan melanggar UUD 1945 malah memposisikan diri sebagai “penjaga Pancasila”.

Tapi sejarah selalu memberi pelajaran. Kekuasaan yang dibangun di atas penyimpangan,

SELAMA 22 TAHUN BERKUASA
akhirnya runtuh juga.,

posisi Soekarno makin terjepit. Dan pada 17 Oktober 1952, Istana Negara di Kudeta, Tank-Tank militer dan pasukan bersenjata mengepung istana. Di tahun depannya, Soekarno panik, sidang ditunda, ia segera meninggalkan istana dan terbang ke Bogor. kemudian ia menandatangani Supersemar, memberi kewenangan kepada Soeharto “mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu untuk mengembalikan keamanan dan ketertiban”.

Dari titik itu, kekuasaan Soekarno benar-benar di ujung tanduk.

DPR-GR yang dulu ia bentuk, kini justru menuntut pertanggungjawabannya.

MPRS yang dulu menetapkannya sebagai Presiden Seumur Hidup, justru pada Sidang Istimewa 1967 mencabut mandatnya.

Soeharto kemudian diangkat sebagai Pejabat Presiden, lalu tahun 1968 resmi menjadi Presiden RI.

Soekarno jatuh bukan karena mekanisme demokrasi lima tahunan sebagaimana diatur UUD 1945, tapi lewat kudeta politik dengan moncong tank di halaman istana.

Dan akhir hidup Soekarno tragis. Dari seorang “Presiden seumur hidup”, ia berakhir sebagai tahanan dan tak dibolehkan keluar rumah. Ia jatuh sakit, hidup dalam pengawasan, bahkan mengeluh ditangani oleh “dokter anjing” yang tidak ia percayai. Tahun 1970, ia wafat dalam keadaan terasing, dengan STATUS TAHANAN POLITIK jauh dari kejayaan yang dulu ia banggakan.

Sejarah ini menunjukkan satu hal:
Mereka menuduh Islam anti-Pancasila, padahal justru merekalah pelanggar konstitusi terbesar.
Mereka menuduh umat Islam pengkhianat UUD 1945, padahal mereka sendiri yang pertama kali mengkhianatinya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الَّذِي يَرْفَعُ الْمُلُوكَ وَيَضَعُهُمْ
(رواه الطبراني)

Artinya:
“Sesungguhnya Allah-lah yang meninggikan para raja, dan Dia p**a yang menjatuhkan mereka.” (HR. al-Ṭabarānī)

Catatan kaki:
Cindy Adams, Soekarno Penyambung Lidah Rakyat

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Gramedia Pustaka Utama: 2003) 221

Slamet Sutrisno, Kontroversi dan Rekonstruksi Sejarah (Media Pressindo: 2003), 13

Baskara T. Wardaya, Membongkar Supersemar Dari CIA Hingga Kudeta Merangkak Melawan B**g Karno (Galangpress Publisher:2007) 255

Address

Yogyakarta City

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Ngopidiyyah posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share