06/09/2025
Muṣ‘ab bin ‘Umair رضي الله عنه — Pemuda yang Menjual Dunia untuk Akhirat
Pernahkah kamu membayangkan… ada seorang pemuda yang punya segalanya ketampanan, kekayaan, kehormatan, pop**aritas namun akhirnya meninggal hanya dengan selembar kain kafan yang tak cukup menutup tubuhnya?
Itulah kisah Muṣ‘ab bin ‘Umair رضي الله عنه. Seorang pemuda Makkah yang kisah hidupnya membuat Rasulullah ﷺ menangis.
Dari Pemuda Paling Kaya…
Di Makkah, nama Muṣ‘ab bin ‘Umair sudah menjadi legenda. Ia anak orang kaya Quraisy, penampilannya selalu paling rapi, wajahnya tampan, tubuhnya harum oleh minyak wangi termahal. Orang-orang bisa tahu kalau Muṣ‘ab lewat, hanya dari jejak aroma wanginya.
Ia adalah pemuda idola: ditinggikan oleh kaumnya, diimpikan oleh para gadis, dan ditakuti oleh para pesaing.
Kalau kita hidup di zaman itu, mungkin Muṣ‘ab adalah sosok “influencer” dengan wajah tampan, mobil mewah, baju branded, dan semua orang ingin mendekat kepadanya.
… Menjadi Pemuda Paling Menderita
Tapi semua berubah ketika ia mendengar dakwah Nabi Muhammad ﷺ. Hatinya tersentuh, imannya bangkit. Ia pun masuk Islam secara sembunyi-sembunyi.
Keputusannya membuat keluarganya murka. Ibunya yang dulu sangat memanjakannya, justru memutus semua fasilitas. Rumah mewah, pakaian indah, perhiasan, dan harta semuanya dicabut darinya.
Dari pemuda terkaya, ia berubah menjadi pemuda yang tak punya apa-apa kecuali iman dalam hatinya.
Demi imannya, Muṣ‘ab bin ‘Umair رضي الله عنه Ia ikut berhijrah ke Ḥabasyah, menyeberangi lautan penuh derita. Pemuda yang dulu harum kasturi, kini tubuhnya basah oleh keringat dan asin air laut, kulitnya terbakar terik matahari.
Kembali ke Makkah, ia masih berjuang sembunyi-sembunyi bersama Rasulullah ﷺ, hingga akhirnya hijrah lagi ke Madinah. Panas padang pasir, angin kering, lapar, dan haus terus mengikis tubuhnya.
Kulit yang dulu putih halus kini kering, pecah-pecah, mengelupas. Wajah yang dulu berseri kini letih karena pengorbanan. Sa‘d bin Abī Waqqāṣ رضي الله عنه berkata dengan mata berkaca-kaca:
Sa‘d bin Abī Waqqāṣ رضي الله عنه pernah berkata tentang Muṣ‘ab:
لَقَدْ رَأَيْتُ مُصْعَبَ بْنَ عُمَيْرٍ وَإِنَّهُ لَمُجْتَهِدٌ فِي الْإِسْلَامِ جُهْدًا شَدِيدًا، حَتَّى رَأَيْتُ جِلْدَهُ يَتَحَشَّفُ تَحَشُّفَ جِلْدِ الْحَيَّةِ
“Sungguh aku pernah melihat Muṣ‘ab bin ‘Umair, ia menderita begitu keras dalam Islam, hingga kulitnya mengelupas sebagaimana kulit ular.”¹
Ya Allah… bukankah ini perubahan yang memilukan? Dari sorotan decak kagum para wanita Quraisy, kini ia menjadi sorotan iba dan haru para sahabat karena penderitaannya. Dulu dipuji karena ketampanan, kini dihormati karena pengorbanan.
Rasulullah ﷺ Menangis
Suatu hari, Muṣ‘ab datang menemui Rasulullah ﷺ di masjid. Ia mengenakan pakaian lusuh penuh tambalan. Wajahnya tampak letih, tubuhnya kurus.
Rasulullah ﷺ menunduk, lalu meneteslah air mata beliau. Beliau ingat dulu Muṣ‘ab hidup penuh kemewahan, kini ia memilih jalan Allah meski penuh derita.
Rasulullah ﷺ lalu berkata kepada para sahabat:
كَيْفَ بِكُمْ إِذَا غَدَا أَحَدُكُمْ فِي حُلَّةٍ وَرَاحَ فِي حُلَّةٍ، وَوُضِعَتْ بَيْنَ يَدَيْهِ صَحْفَةٌ وَرُفِعَتْ أُخْرَى، وَسُتِّرْتُمْ بُيُوتَكُمْ كَمَا تُسْتَرُ الْكَعْبَةُ؟
“Bagaimana keadaan kalian nanti, ketika pagi kalian memakai pakaian baru, sore pun memakai pakaian baru, makanan berganti terus di hadapan kalian, dan rumah-rumah kalian dihiasi sebagaimana Ka‘bah dihiasi?”²
Para sahabat menjawab, “Tentu saat itu kami lebih baik, ya Rasulullah, sebab kami bisa beribadah tenang tanpa sibuk mencari nafkah.”
Namun Rasulullah ﷺ berkata tegas:
بَلْ أَنْتُمُ الْيَوْمَ خَيْرٌ مِنْكُمْ يَوْمَئِذٍ
“Tidak! Demi Allah, keadaan kalian hari ini lebih baik daripada keadaan kalian nanti.”³
🌹 Beliau tahu, ketika harta berlimpah, iman sering kali justru melemah.
Syahid di Medan Uḥud
Puncak pengorbanan Muṣ‘ab terjadi di Perang Uḥud. Rasulullah ﷺ menunjuknya sebagai pembawa panji Islam. Ia maju tanpa gentar.
Musuh menebas tangan kanannya panji ia pegang dengan tangan kiri. Tangan kirinya pun ditebas ia dekap panji itu dengan dadanya sambil membaca:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ
(QS. Āli ‘Imrān: 144)
Hingga akhirnya tubuhnya roboh. Ia gugur, panji Islam tetap tegak di sisinya.
Ketika perang usai, para sahabat mencari kafan untuknya. Tapi hanya ada selembar kain pendek. Jika menutup kepalanya, kakinya terbuka. Jika menutup kakinya, kepalanya terbuka. Rasulullah ﷺ berkata:
غَطُّوا بِهَا رَأْسَهُ، وَاجْعَلُوا عَلَى رِجْلَيْهِ مِنَ الْإِذْخِرِ
“Tutuplah kepalanya dengan kain itu, dan letakkan rumput di kakinya.”⁴
Itulah akhir hidup Muṣ‘ab bin ‘Umair رضي الله عنه. Dari pemuda yang dulu punya segalanya, ia wafat hanya dengan selembar kain yang bahkan tak cukup untuk mengafani jasadnya.
Renungan untuk Kita
Sahabatku, lihatlah… Rasulullah ﷺ sampai menangis melihat pengorbanannya. Padahal kalau ia mau, Muṣ‘ab bisa kembali ke ibunya, hidup nyaman, bergelimang harta. Tapi ia memilih Allah.
Lalu kita bandingkan dengan diri kita hari ini…
Ada yang mundur dari dakwah hanya karena takut kehilangan teman.
Ada yang tidak berani hijrah karena takut diputus pacar.
Ada yang sudah tahu kebenaran, tapi ragu jadi mualaf karena khawatir ditolak keluarga.
Ada yang rela meninggalkan shalat hanya karena pekerjaan atau sibuk mengejar uang.
Ujian Muṣ‘ab jauh lebih berat: ia benar-benar ditolak ibunya, ia benar-benar kehilangan harta, ia benar-benar sendirian. Tapi ia tetap teguh. Sedangkan kita? Ujian kita jauh lebih ringan, namun sering kali iman kita justru yang lebih rapuh.
Sahabatku, kalau Muṣ‘ab bisa memilih Allah di atas segalanya padahal dunia dan keluarganya menentang apa alasan kita masih ragu?
Catatan Kaki
1. Ibnu al-Atsīr, Asad al-Ghābah fī Ma‘rifat al-Ṣaḥābah, jilid 5, hlm. 182.
2. Al-Tirmiżī, Sunan al-Tirmiżī, Kitab al-Zuhd, hadis no. 2479; disahihkan oleh al-Albānī dalam Ṣaḥīḥ al-Tirmiżī.
3. Ahmad bin Ḥanbal, Musnad Aḥmad, Musnad ‘Alī bin Abī Ṭālib, hadis tentang Muṣ‘ab bin ‘Umair, no. 618.
4. Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Kitab al-Maghāzī, bab Perang Uḥud.
————
Follow Ngopidiyyah untuk kisah menarik selanjutnya