
23/05/2025
𝗝𝗼𝗴𝗷𝗮 𝗦𝗲𝗽𝗶 𝗠𝗮𝗵𝗮𝘀𝗶𝘀𝘄𝗮, 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮 𝗗𝗼𝗺𝗽𝗲𝘁 𝗜𝗸𝘂𝘁 𝗦𝗲𝗽𝗶?
Pernahkah Anda merasa Jogja akhir-akhir ini berbeda? Lebih sepi dari biasanya, kos-kosan banyak yang "For Rent," dan warung makan langganan tutup satu per satu.
Nah, jangan kaget kalau ini bukan cuma perasaan, tapi memang ada hubungannya erat dengan jumlah mahasiswa di kota ini.
Kita semua tahu Jogja itu kota pelajar. Ribuan mahasiswa dari Sabang sampai Merauke datang ke sini setiap tahun. Mereka bukan cuma belajar, tapi juga jadi mesin penggerak ekonomi. Bayangkan saja:
✴️ Kos-kosan: Mahasiswa butuh tempat tinggal.
✴️ Warung Makan: Mereka butuh makan, dari burjo sampai angkringan.
✴️ Laundry & Fotokopi: Butuh jasa cuci dan cetak tugas.
✴️ Toko Kelontong & Minimarket: Belanja kebutuhan sehari-hari.
✴️ Transportasi: Gojek, Grab, atau angkutan umum juga ikut ramai.
✴️ Tempat Hiburan & Wisata: Nongkrong, nonton bioskop, atau jalan-jalan di akhir pekan.
Singkatnya, setiap mahasiswa yang datang membawa perputaran uang ke Jogja. Uang saku dari orang tua di kampung, biaya kuliah, hingga pengeluaran harian, semuanya mengalir ke pedagang-pedagang kecil, pemilik kos, dan berbagai usaha jasa.
❓ Lalu, Kenapa Sekarang Jadi Beda?
Data yang ada menunjukkan tren yang bikin kita semua miris:
😞 Penerimaan Mahasiswa Baru PTS Anjlok: Pada tahun 2022, Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jogja, yang menampung sekitar 81% dari total mahasiswa, hanya berhasil mengisi sekitar 32,9% dari target mahasiswa barunya. Artinya, puluhan ribu calon mahasiswa yang diharapkan tidak datang.
🤔 Kenapa Nggak Datang? Bukan karena Jogja jelek atau PTN makin banyak (kapasitas PTN tak sebanding dengan puluhan ribu maba PTS yang hilang).
Penyebab utamanya adalah kondisi ekonomi nasional. Orang tua di berbagai daerah kini menghadapi daya beli yang menurun. Mengirim anak kuliah di Jogja, dengan biaya kuliah dan hidup yang tak sedikit, jadi beban berat. Akhirnya, banyak yang memilih kuliah di kota asal, mencari jalur lebih murah, atau menunda kuliah.
🤫 Siklus Mahasiswa: Mahasiswa yang sudah ada pun terus berjalan siklusnya.
Ada yang lulus, ada yang cuti, bahkan ada yang mengundurkan diri karena alasan finansial. Jika mahasiswa baru yang masuk sedikit, sementara yang keluar terus ada, otomatis jumlah mahasiswa aktif di Jogja terus berkurang.
‼️ Dampak ke Ekonomi Jogja? Nggak Main-Main!
Ketika jumlah mahasiswa berkurang drastis, perputaran uang yang tadinya kencang langsung melambat.
😵💫 Pemilik Kos Ikut Puyeng: Kalau mahasiswa baru sedikit, dan yang lama banyak yang pergi, siapa yang mau mengisi kamar kos? Akhirnya, kos-kosan kosong, pendapatan pemiliknya pun nol, padahal biaya operasional tetap jalan.
🤮 Warung Makan Mati Kutu: Tanpa mahasiswa yang ramai, pembeli warung ikut sepi. Jangankan untung, untuk balik modal bahan baku saja susah. Ini yang bikin banyak warung terpaksa gulung tikar.
😱 Pedagang Lain Ikut Kena: Dari toko kelontong, jasa fotokopi, hingga pedagang di pasar besar, semuanya merasakan dampaknya. Kalau warung dan toko sepi pembeli, mereka tidak akan beli bahan baku atau barang dagangan dari pasar besar, kan? Ini yang membuat rantai ekonomi jadi macet.
Jadi, kalau Anda merasakan Jogja makin sepi dan dompet ikut sepi, itu bukan kebetulan.
Ada korelasi kuat antara penurunan jumlah mahasiswa dengan kondisi ekonomi Yogyakarta yang sedang goyah. Ini adalah masalah serius yang perlu kita pahami bersama.