12/25/2025
..Mandor GK punya hati...
Namanya Yoga,Seorang pemuda yatim piatu asal Riau,Kabupaten Kampar, Kecamatan Lipat Kain.
Tak ada orang tua yang mengantar.
Tak ada pelukan yang melepas kepergiannya,Hanya tekad dan harapan sederhana:
ingin bekerja, ingin bertahan hidup dengan cara yang halal.
Dia merantau jauh ke Aceh, Kuala Simpang.
Bekerja di proyek bangunan, memikul beban berat dari pagi hingga senja.
Setiap tetes keringat ia kumpulkan dengan satu keyakinan—upah itu akan menjadi bekal untuk hidup.
Namun harapan itu runtuh perlahan,Hari berganti minggu,Minggu berganti bulan,Gaji yang dijanjikan tak pernah dibayarkan.
Yoga tak berani marah,Tak tahu harus mengadu ke siapa,Dia hanya terus bekerja…
hingga tubuhnya melemah, sakit, dan semakin kurus.Saat tenaga tak lagi sanggup bertahan,Dia pergi,Bukan karena menyerah,
tapi karena tak punya pilihan.
Dengan badan lemah dan kantong kosong,
Yoga berjalan tanpa tujuan.
Luntang-lantung hingga ke Medan.
Setiap langkah terasa berat,
setiap malam dilalui dengan perut kosong dan doa yang nyaris putus.
Tak ada keluarga untuk pulang.
Tak ada rumah untuk mengetuk pintu.
Namun Allah tak pernah menutup semua jalan.
Di saat Yoga hampir kehilangan harapan,
datanglah orang-orang baik.
Warga yang tak mengenalnya,
namun membuka pintu, memberi tempat berteduh,
dan menyelamatkannya dari jalan yang lebih gelap.
Di rumah sederhana itu,
Yoga akhirnya bisa menangis.
Bukan karena lemah,
tapi karena untuk pertama kalinya setelah sekian lama,
ia merasa masih dianggap manusia.
Kisah Yoga bukan tentang belas kasihan.
Ini tentang keteguhan seorang yatim piatu
yang jatuh berkali-kali
namun tetap memilih bertahan.
Dan tentang hati-hati kita semua,
agar tak pernah meremehkan
orang-orang yang berjuang diam-diam di tanah perantauan.
Semoga Yoga segera diberi kesehatan, kekuatan, dan jalan hidup yang lebih baik. Semoga kisah ini menjadi pengingat untuk saling peduli pada sesama perantau.