28/07/2025
👍👍
Kisah Rafi Tiap Hari Jualan Keripik Keliling
Senyum Rafi di Balik Kepingan Keripik Di sudut kota yang bising, di sebuah kontrakan sempit berukuran 2x3 meter, seorang anak lelaki berusia 14 tahun bernama Rafi setiap hari berjuang melawan kejamnya hidup. Rumah itu, yang seharusnya menjadi tempat berlindung dan penuh kehangatan, kini menjadi saksi bisu kesendiriannya.
Enam tahun lalu, takdir merenggut ayahnya.
Pukulan itu begitu berat, namun tak seberat ketika dua tahun kemudian, ibunya pergi tanpa jejak, meninggalkan Rafi sebatang kara. Di usia belia, ia harus memikul beban hidup yang terlalu besar untuk pundak sekecil itu.
Untuk bertahan, Rafi tak kenal lelah. Setiap fajar menyingsing, ia memulai rutinitasnya sebagai penjual keripik keliling. Bukan keripiknya sendiri, melainkan titipan orang, dengan upah yang sungguh memilukan: hanya 400 perak untuk setiap bungkus yang terjual.
Bayangkan, untuk sekadar mengumpulkan Rp 250.000 guna membayar sewa kontrakan bulanan, ia harus menjual ratusan bungkus keripik!
Seringkali, seharian penuh ia hanya berhasil menjual 10 hingga 20 bungkus saja. Bahkan, ada hari-hari di mana tak sehelai keripik pun laku. Perutnya seringkali kosong, namun semangatnya tak boleh ikut kosong.
Yang paling menyayat hati adalah perlakuan teman-teman sebaya. Di tengah perjuangannya yang gigih, ejekan dan perundungan menjadi makanan sehari-hari. "Keripiknya dibuang-buang, uangnya diambil semua," cerita Rafi suatu kali, dengan mata yang menyimpan luka. Kehilangan hasil jerih payah, sekaligus harga diri, adalah pukulan yang tak terperi.
Namun, di balik semua pilu itu, ada secercah kekuatan yang terpancar dari mata Rafi. la tahu, ia harus terus melangkah. la harus kuat. Sendirian, Rafi tak hanya berjualan keripik; ia sedang menjual harapan, berjuang untuk setiap detik nafas, setiap senyum kecil yang masih bisa ia ukir.
Kisah Rafi adalah pengingat bagi kita semua, bahwa di tengah hiruk pikuk kehidupan, ada anak-anak seperti dia yang berjuang tanpa sorotan, tanpa pelukan, hanya dengan kepingan keripik dan sebongkah harapan.
Semoga narasi ini bisa lebih menyentuh hati dan membuka mata kita akan perjuangan
anak-anak seperti Rafi.