
21/09/2025
Kucing dengan Kaki Patah
Ada seekor kucing putih bernama mimi. Sejak kecil ia hidup di sebuah rumah sederhana. Ia selalu setia menunggu tuannya pulang, mengeong lembut, dan berusaha membuat tuannya tersenyum.
Namun sayang, tuannya bukan orang yang penyayang. Setiap kali Mimi mendekat, ia malah diusir, ditendang, atau dimarahi. Lala tetap sabar, berharap suatu hari tuannya akan mengerti bahwa ia hanya ingin disayangi.
Suatu petang, Mimi tanpa sengaja menjatuhkan piring di meja. Tuannya marah. Dengan penuh emosi, ia mengambil kayu dan memukul tubuh kecil Mimi.
“Meoowww!!” jerit Mimi kesakitan. Ia berusaha lari, tapi kayu itu menghantam kakinya berkali-kali hingga akhirnya terdengar suara patah. Kaki kecilnya terkulai, tak mampu lagi menopang tubuhnya.
Mimi merangkak dengan sisa tenaga, bersembunyi di bawah kursi. Matanya basah oleh air mata, tubuhnya gemetar hebat. Ia ingin berlari keluar rumah, tapi kakinya tak lagi boleh membawanya pergi.
Malam itu, Mimi duduk sendiri, menahan sakit yang luar biasa. Ia lapar, haus, dan hatinya hancur. Yang paling menyakitkan bukan hanya rasa pedih di kakinya, tapi juga kenyataan bahwa tuan yang ia cintai sanggup menyakitinya.
Beberapa hari kemudian, tubuh Mimi semakin lemah. Ia tak bisa berburu, tak bisa berjalan. Nafasnya berat. Dengan mata redup, ia menatap pintu rumah, berharap ada keajaiban, berharap tuannya menyesal dan datang mengelusnya.
Namun harapan itu tak pernah datang. Di tengah malam yang dingin, Mimi menutup mata selamanya.
Esok harinya, tetangga menemukan tubuh kecil itu tergeletak kaku di sudut rumah. Mereka meneteskan air mata dan berbisik,
“Kasihan sekali… bahkan hewan sekecil ini hanya ingin disayangi, bukan disiksa.”
Sejak itu, rumah itu terasa sunyi. Tak ada lagi suara dengkuran lembut Mimi, tak ada lagi tatapan mata penuh cinta. Yang tinggal hanyalah penyesalan dan keheningan yang tak pernah bisa terhapus.