12/09/2025
Dari kasus perempuan yang dimu**si sama pacarnya, ada pernyataan pelaku yang bikin aku akhirnya bilang, "Korban tiktok." Atau, kondisi ekonomi yang sejak kecil kurang, lalu melihat lingkungan yang serba cukup, jadi keinginan untuk 'sama seperti mereka' pun muncul. Ditambah medsos yang isinya kebanyakan flexing.
"Dia itu gaya hidupnya tinggi, sedangkan saya cuma ojol," kata pelaku saat ditanya alasannya berbuat k*ji seperti itu.
Pernyataan itu bisa saja bohong. Lalu, beredarlah video korban yang sering bermain tiktok. Handphonenya Samsung flip yang harganya puluhan juta. Ortunya bukan kaya raya, tapi kok dia bisa punya hape semahal itu? Kata netizen.
Katanya mereka nikah siri, bukan living together alias kumpul kebo. Apa pun mana yang benar, yang jelas orang tua korban gak tahu menahu bahwa anaknya tinggal serumah dengan si cowok.
Misal tahu, kenapa gak disuruh nikah sah aja? Cukup ke KUA gratis. Asal niat. Sayangnya gak niat.
Kemungkinan. Si cowok cinta banget sama si cewek, terus ngajak tinggal bareng. Demi memenuhi gaya hidupnya, si cewek mau, sebab mungkin dia pikir, irit uang kos, toh yang bayar si cowok ini. Kalau minta apa-apa, pasti diturutin, kan dia kasih 'upah' yang maksimal.
Hidup bersama tanpa status pernikahan yang sah, sudah jelas salah. Ada adab, dan norma dalam masyarakat yang harus kita hormati. Ada aturan dalam agama yang musti kita junjung tinggi. Jika sudah siap secara mental, meski masih muda, hendaknya menikah agar terhindar dari zina, dan perbuatan buruk lainnya.
Jika benar karena gaya hidup tinggi dan tidak sanggup memenuhi. Bisa jadi karena faktor lingkungan atau apa yang biasa dia tonton setiap hari. (Sekali lagi ini dugaan yang muncul dari berita).
Seseorang yang udah kecanduan bermain tiktok. Mulai gengsi misal orang lain tahu hidupnya biasa aja. Dia pengen d**g, ngeliatin ke orang kalau dia kaya, alias banyak uang. Dia s**a dengan pujian, "Mbak cantik banget."
"Wah, bajunya bagus, Mbak. Beli di mana?"
Dan, pujian-pujian lain yang membuatnya tertantang untuk terus membeli barang bagus, gak peduli minta ke ortu atau pacarnya. Malah bisa jadi, demi memenuhi gaya hidupnya, pacar dia gak cuma satu.
Orang yang seperti ini ada. Kalau kita gak kenal, bukan berarti tidak ada.
Kamar kos sederhana gak menjamin orangnya ikut sederhana. Mereka bisa buat konten di tempat-tempat menarik, gak harus di rumah.
Sekali lagi ini KEMUNGKINAN. Jadi jangan juga dianggap benar.
Karena seseorang yang sudah dibutakan dunia dan haus pujian, rela melakukan apa saja asal dia bisa terus mendapatkan keinginannya, juga agar terus mendapat pujian.
Makanya aku bilang, orang yang terbiasa dipuji, rentan banget jadi sombong, takabur dan lupa diri.
Aku jarang muji, kecuali emang benar-benar pantas untuk dipuji. Kebanyakan orang terlalu muji itu buat carper. Sedangkan aku gak doyan carper.
Sama aja kayak artis, katanya dia cantik banget. Kalau di mata aku gak ada kelebihan yang bisa dilihat, ya biasa aja. Sekali lagi ini mataku, mata orang lain beda lagi.
Si cowok jelas salah, perbuatannya amat sangat k*j*, tapi mereka tinggal bareng juga salah. Ortunya banting tulang buat kuliahin dia, jadi orang pintar, dapat kerjaan yang kelak bisa bikin bangga mereka, malah sibuk tiktokan, hidup serumah dengan cowok apa pun statusnya.
Kemarin aku lihat di video salah satu orang terhormat di negara ini. Ada sesebapak yang minta doa buat anaknya yang baru lulus dengan IP 3,7 apa 3,9 aku lupa lagi. Tapi, yang jelas aku bengong dengernya. Orang terhormat itu pun sampai kaget karena kagum dengan prestasi si anak
Bapaknya penjual es tebu, dan anaknya bersungguh-sungguh kuliah, mendapat nilai memuaskan agar bisa membanggakan kedua orang tuanya.
Kelak anak ini akan jadi orang hebat sebab dia bisa memuliakan kedua orang tuanya.
Kisah nyata lagi, ada anak yang kuliah lebih dari 5 tahun belum lulus-lulus. Dia gak mikirin bapaknya udah ngeluarin ratusan juta buat biaya kos dia, uang saku, bayar kuliah dll. Dia santai aja meskipun berkali-kali gagal dalam ujian. Dia gak mikirin perasaan orang tuanya, karena sibuk senang-senang, bukan belajar.
Pelajaran yang bisa diambil, nasib hidupmu di masa depan tergantung bagaimana cara kamu menghargai perjuangan orang tuamu. Kamu paham, bahwa jerih payah dia adalah untuk kebahagiaan kamu, jadi berilah usaha terbaik agar bisa membalas dengan memberi kebahagiaan yang sama. Bukan jadi anak egois yang merasa sudah kewajiban orang tua memenuhi kebutuhan, dan membahagiakannya. Mau seperti apa hidupnya, itu urusan dia.
Kedua, jadikan medsos sebagai hiburan, bukan untuk mengejar gaya hidup, mencari pujian, sampai lupa mana yang baik, buruk, halal atau haram. Dunia itu tipuan, handphone mahal bahkan gak bisa menolong kamu saat kematian. Akhirnya handphone itu ditinggal, kemudian dijual, padahal kamu melakukan segala cara demi bisa mendapatkannya.
Ketiga, gak usah disangkutkan dengan, "Dia dijibab loh. Benar ya, sekarang kebanyakan orang pake jilbab itu cuma topeng."
Orang dijilbab gak menjamin hatinya seputih salju, sebersih bidadari. Kagak euy. Gue aja masih s**a julid apalagi sama Mbak dan Mas Dokter. Kalau sakit hati gue yang bertahun-tahun ini belum lunas, julidnya bakalan terus bersambung, dan gue bahas sampai kiamat. Tolong doain aku segera sembuh dari rasa sakit hati ini. Merugi sumpah.
Jadi, sebagai orang yang memakai jilbab aku gak bilang sholehah 100%, hati aku bersiiiih gak ada dendam, otak aku bersiih gak ada pikiran kotor. Semua manusiawi, cuma ada orang yang bisa mengendalikan diri, ada yang tidak. Soal si cewek di atas yang pakai jilbab, sebab itu yang sudah biasa dia kenakan, bukan berarti menjamin sepenuhnya hati dan akhlaknya ikut dijilbab.
Semua butuh proses, jilbab itu harusnya jadi perantara agar seseorang berubah menjadi lebih baik lagi. Aku gak menjamin diri sendiri baik, tapi belajar agar tidak mengulang kesalahan sama.
Sekali lagi, ini hanya pendapat pribadi. Setiap orang bebas berpendapat karena sudah masuk kasus publik, bukan ranah pribadi. Jangan dianggap benar, karena yang sebenar-benarnya tahu hanya Allah SWT. Kita hanya menyimpulkan, lalu mencoba belajar dari kesalahan orang lain. Pelajaran juga agar kita bisa lebih mawas pada putra-putri kita.
Tidak ada yang membenarkan perbuatan si pelaku. Kenapa kita dianjurkan harus banyak istighfar? Agar hati kita lebih tentram, mudah menyadari kesalahan, dan dijauhkan dari dendam yang bisa menggelapkan mata juga hati.
Hargai jerih payah orang tua kita, mereka berusaha memberikan yang terbaik, dan mari kita balas dengan kebaikan agar mereka bahagia. Kunci kebahagiaan kita terletak pada ridho mereka.
Mohon maaf untuk semuanya 🙏
Copy paste dari Noor Tania