
05/07/2025
Demi Kebaikan, Nyawanya Melayang...
Dedi Wahyudin (54), seorang sopir angkot dari Konawe, setiap hari setia mengais rezeki dari Terminal Baruga, Kendari, mengantar penumpang pulang pergi hingga ke Bombana. Ia bukan siapa-siapa. Hanya seorang ayah yang ingin menghidupi istri dan tiga anaknya.
Jumat dini hari, 2 Mei 2025. Di tengah lelahnya malam, Pak Dedi melihat seorang pria tua kelaparan. Dengan hati tulus, beliau membelikan makanan dan mengizinkannya tidur di dalam angkot agar tak digigit nyamuk.
Tapi siapa sangka... kebaikannya dibalas dengan pengkhianatan yang kejam.
Menjelang subuh, Pak Dedi terbangun oleh rasa sakit luar biasa—sebuah batu besar menghantam kepalanya dua kali. Pria yang ia tolong... justru jadi pelaku. Bukan hanya batu, sebilah badik merobek perut dan dadanya. Tangannya luka karena berusaha menahan serangan membabi buta.
Dengan sisa tenaga, Pak Dedi menyetir angkotnya sambil berlumuran darah menuju Polsek Baruga untuk melapor. Lalu beliau ke RS Bahteramas. Tapi harapannya pupus—KIS-nya ditolak karena ini kasus kriminal. Rumah sakit meminta Rp20 juta untuk operasi. Keluarga tak sanggup.
Pak Dedi bertahan... tiga hari menahan sakit, dengan tubuh penuh luka, hanya ingin sembuh. Bukan untuk dirinya, tapi karena ia khawatir... anak-anaknya belum siap ditinggal. Ia adalah satu-satunya tulang punggung keluarga.
Senin, 5 Mei 2025, Pak Dedi pergi... dalam sunyi, dalam luka, dalam doa.
Ia hanya ingin berbuat baik. Ia hanya ingin menolong. Tapi dunia... tak selalu berpihak pada orang baik.
Semoga Allah terima semua amal kebaikannya. Semoga ia syahid di jalan nafkah. Dan semoga anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang kuat, seperti ayah mereka.