22/06/2020
Satu hari sebelum beliau wafat, tepatnya hari sabtu, beliau mendatangi saya di cirebon, setelah malam Sabtunya beliau menelpon saya sekitar jam 1 malam, beliau mengatakan tidak jadi datang karena sedang kurang sehat. Namun sekitar jam 6.10 pagi, beliau mengatakan bahwa beliau sudah di jalan menuju cirebon. Singkat cerita, setelah beliau sampai kami makan bersama, kemudian ketika saya hendak sholat dzuhur di kamar yang ditempati beliau untuk beristirahat saya meminta beliau untuk tetap berbaring saja karena kondisi beliau yang tidak memungkinkan untuk berdiri. Namun setelah saya selesai shalat, saya menyadari bahwa beliau sudah duduk di belakang kanan saya lengkap dengan jubah dan imamahnya. Selepas salam, beliau merangkul tangan kanan saya dan menyandarkan kepalanya dipundak saya, seraya berkata “Alangkah rindu nya saya pada Rasulullah SAW, alangkah rindunya…”. Kemudian beliau, bertanya kepada saya “Duhai habib, apakah semua jamaah majlis Rasulillah SAW ini akan masuk surga? Apakah semuanya akan masuk surga bersama-sama denganku juga ?” dan saya pun menjawab, "Duhai habib, saya akan bersaksi di hari akhir kelak atas air mata yang saya lihat mengalir saat di monas.” Dan malam ini pun atas air mata yang mengalir disini, saya berjanji akan bersaksi kelak…” Ketika kami berpindah ruangan, tengah berjalan menuju ruangan tersebut, beliau memeluk saya, sambil menangis, dan lagi-lagi berkata “Alangkah rindunya aku pada Rasulullah SAW…” Dan saya bertanya kepada beliau “Duhai habib, kenapa antum mengulang-ulang kalimat tersebut ? Apakah antum ini akan meninggal ?” Dan beliau menjawab… “Semalam Rasulullah mendatangiku, dan Rasulullah bertanya kepadaku, "Wahai Munzir…sampai kapan ? Dan aku merasa bahwa hari ini adalah hari terakhirku. Dan mengakhiri perjalanan panjang ini”. Kemudian beliau berkata lagi, Duhai habib, saya datang kesini juga bertujuan menyampaikan amanat dari Rasulullah untuk antum…
Habib Mundzir Al Musawwa Allahuyarham, selama di tarim tidak pernah menggunakan sandal, karena takut bekas sandalnya menginjak jejak kaki para Aulia Allah di Tarim.
——
Habib Quraisy bin Ghosim Baharun (sahabat karib Habibana Mundzir)