Planet Bola

Planet Bola Konten Menarik Seputar Berita Bola
(1)

Emanuel Matías De Porras — dikenal juga sebagai “Cachi” — dari Argentina:---Awal Karier di ArgentinaEmanuel Matías De Po...
18/08/2025

Emanuel Matías De Porras — dikenal juga sebagai “Cachi” — dari Argentina:

---

Awal Karier di Argentina

Emanuel Matías De Porras lahir pada 16 Oktober 1981 di Cutral Có, Provinsi Neuquén, Argentina . Memulai karier seniornya di Ferro Carril Oeste pada awal 2000-an, ia kemudian sempat membela Huracán (2002–2003), lalu kembali lagi ke Ferro Carril Oeste, dengan performa meningkat — tercatat memiliki 10 gol dari 21 laga pada musim 2003–2004 .

---

Petualangan di Indonesia

Pada 2004, De Porras hijrah ke Indonesia dan membela Persija Jakarta, mencetak 16 gol di musim pertamanya, angka tersebut menjadikannya top scorer di tim, bahkan mengungguli Bambang Pamungkas .

Setelah itu, pada 2005–2006, ia pindah ke PSIS Semarang, mencetak 23 gol dari 54 penampilan dan membawa tim ke final musim 2006, meski gagal juara . Ia dikenal sebagai penyerang komplet — kuat di udara, dua kaki, dan memiliki insting gol mematikan .

---

Eropa dan Lintas Benua

Karier De Porras kemudian membawa dirinya ke Eropa, bermain untuk Benevento di Serie C2 Italia pada musim 2006–2007. Meskipun hanya mencetak satu gol dalam beberapa penampilan, ia membantu klub lolos ke babak play-off promosi .

Setelah Italia, ia bermain untuk beberapa klub di Amerika Latin seperti Durazno (Uruguay), Flandria, dan Acassuso (Argentina) .

---

Kembali ke Indonesia—Jakarta FC 1928

Sekitar 2011–2012, De Porras kembali ke Indonesia untuk membela Jakarta FC 1928 di Indonesian Premier League (IPL). Ia kembali menunjukkan ketajaman dengan mencetak 21 gol dalam 36 pertandingan .

---

Malaysia dan Kolombia

Pada 2013, ia sempat memperkuat Negeri Sembilan FA di Liga Malaysia . Lalu, pada 2014, ia bergabung dengan Atlético Bucaramanga di liga Kolombia—sebuah titik perjalanan karier lintas benua yang menarik .

---

Menutup Karier di Argentina

Setelah itu, De Porras kembali ke negaranya dan sempat memperkuat Sportivo Barracas (2016–2018) dan kemudian Sportivo Italiano (2018–2019), sebelum akhirnya gantung sepatu .

---

Kehidupan Setelah Sepak Bola

Setelah pensiun, De Porras menjalani kehidupan sebagai pengusaha. Ia membuka sebuah toko bahan pangan organik bernama Cultivarte, yang mulai dijalankan sejak tahun 2016 . Ia juga mengambil lisensi kepelatihan sepak bola dan kabarnya memiliki dua anak .

---

Tetap Dekat dengan Indonesia

De Porras dikenal tetap mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia, khususnya Persija dan PSIS Semarang. Ia pernah membantu PSIS Semarang dalam pencarian pemain asing pada 2018 .
Baru-baru ini, ia menyatakan prihatin atas degradasi PSIS ke Liga 2 dan mengenang masa-masa gajinya yang tertunggak saat masih berseragam PSIS pada 2006—sebuah pengalaman pahit yang menurutnya bisa dilaporkan ke FIFA .

---

Ringkasan Karier

Periode Klub/Kegiatan

2000–2003 Ferro Carril Oeste, Huracán (Argentina)
2004 Persija Jakarta (Indonesia)
2005–2006 PSIS Semarang (Indonesia)
2006–2007 Benevento (Italia)
2007–2011 Durazno (Uruguay), Flandria, Acassuso (Argentina)
2011–2012 Jakarta FC 1928 (Indonesia)
2013 Negeri Sembilan (Malaysia)
2014 Atlético Bucaramanga (Kolombia)
2016–2019 Sportivo Barracas & Italiano (Argentina)
Pasca-karier Wirausahawan bahan pangan organik; pelatih; tetap terhubung dengan Indonesia

---

Emanuel De Porras mencatat sejarah unik sebagai striker Argentina yang bukan hanya sukses di berbagai liga di Indonesia, tetapi juga membentang karier lintas benua—dari Argentina, Eropa, Asia, hingga Amerika Selatan. Setelah karier gemilangnya, ia memilih kehidupan tenang sebagai pengusaha sekaligus masih memelihara cinta terhadap sepak bola Indonesia.

Julio Gabriel López Venegas—dikenal luas sebagai Julio López atau “J-Lo”---Awal Karier dan Jejak di Tanah ChiliNama leng...
18/08/2025

Julio Gabriel López Venegas—dikenal luas sebagai Julio López atau “J-Lo”

---

Awal Karier dan Jejak di Tanah Chili

Nama lengkap: Julio Gabriel López Venegas, lahir 4 November 1978 di Quillota, Chili. Bermain sebagai striker dengan tinggi sekitar 1,76 m.

Memulai karier profesional di Chili, membela klub Barnechea (1998–2000), lalu San Luis de Quillota (2000–2001), dan Magallanes (2001).

---

Petualangan di Indonesia (2002–2013)

Julio López menjadi salah satu striker asing paling produktif dan dicintai di Liga Indonesia.

PSIS Semarang (2002–2003)

Bergabung pada musim Liga Indonesia 2002–2003, mencetak 16 gol dari 25 pertandingan. Meski PSIS finis di posisi 13, penampilannya membuatnya langsung menjadi idola suporter.

Persib Bandung (2003–2004)

Pindah ke Persib sepanjang musim 2004, dipanggil oleh pelatih asal Chili, Juan Páez. Menyumbang 7 gol dari 16 (atau 14) pertandingan, dan mendapatkan julukan “J-Lo” dari Bobotoh (suporter Persib). Namun, kariernya di sini hanya berlangsung setengah musim disebabkan isu kedisiplinan.

Petualangan di luar Indonesia

Setelah Persib, sempat merumput di Meksiko bersama Atlante dan dipinjamkan ke Potros Neza.

Menjajal kompetisi di Swiss, membela St. Gallen dan FC Vaduz.

Pada 2006, kembali ke Chili dan bermain untuk Universidad de Chile, dengan catatan 5 penampilan tanpa gol.

Kembali ke Indonesia: Musim Keemasan (2006–2009)

Kembali ke PSIS Semarang (2006–2008), dan mencetak 20 gol dari 26 laga. Diangkat menjadi kapten tim, menandakan peran dan kepercayaan besar dari klub.

Musim 2008–09 di PSM Makassar, tampil gemilang sebagai ujung tombak. Meskipun tim finish di peringkat 8, ia mencetak 15 gol dari 21 pertandingan.

Persiba Balikpapan hingga Pensiun (2009–2013)

Bergabung dengan Persiba Balikpapan (2009–10), mencetak 15 gol dalam 33 laga, membantu meraih posisi ketiga liga—prestasi tertinggi klub saat itu.

Lalu membela Persisam Putra Samarinda (14 gol dari 28 laga), Persijap Jepara (12 gol dari 22 laga), dan Persikabo Bogor (11 gol dari 21 laga).

Total selama berkarier di Indonesia: 192 penampilan dengan 110 gol, menjadikannya salah satu top skor asing sepanjang sejarah Liga Indonesia.

---

Sosok dan Legasi

Dikenang sebagai striker dengan kemampuan teknik tinggi, gocekan, visi, serta kecakapan dalam situasi bola mati.

Dikenali memiliki jiwa kepemimpinan, salah satunya ketika menjadi kapten PSIS. Namun, sempat dijuluki “angin-anginan” karena performanya kadang dipengaruhi mood.

Dicintai fans, terutama Bobotoh, yang memberinya julukan “J-Lo”—menjadi ikon asing yang mudah dikenang.

---

Kehidupan Setelah Gantung Sepatu

Memutuskan pensiun pada 2013 setelah memperkuat Persikabo Bogor.

Pulang ke Chili, tinggal bersama keluarga. Masih aktif bermain sepakbola amatir hingga usia 41.

Terlihat aktif berbagi pengalaman melalui akademi sepak bola (meski Instagram disebut di satu sumber lokal), sebagai bentuk pengabdian kepada pengembangan talenta muda.

---

Ringkasan Perjalanan Karier

Periode Klub/Region Catatan

Awal karier Barnechea, San Luis, Magallanes (Chili) 1998–2001
Indonesia I PSIS Semarang, Persib Bandung 2002–2004
Luar Negeri Meksiko (Atlante, Potros Neza), Swiss (St. Gallen, Vaduz), Chili (Universidad de Chile) 2004–2006
Indonesia II PSIS, PSM Makassar, Persiba, Persisam, Persijap, Persikabo 2006–2013
Total di Indonesia — 192 laga, 110 gol
Pensiun Persikabo Bogor; kembali ke Chili Sejak 2013

---

Kesimpulan

Julio López adalah figur legendaris di kancah Liga Indonesia: seorang striker berkelas yang mampu mencetak gol dengan konsisten, memiliki teknik dan jiwa kepemimpinan, serta meninggalkan warisan emosional kepada suporter. Kariernya lintas negara memperkaya pengalaman dan, meski telah pensiun, semangatnya terhadap sepak bola tetap hidup lewat kontribusi kepada generasi muda.

Biografi SingkatRonald Daian Fagundez Olivera lahir di Montevideo, Uruguay, pada 12 Mei 1979. Ia mengawali karier profes...
18/08/2025

Biografi Singkat

Ronald Daian Fagundez Olivera lahir di Montevideo, Uruguay, pada 12 Mei 1979. Ia mengawali karier profesionalnya bersama klub lokal Huracán Buceo (1999–2003), mencatat 40 penampilan dan 8 gol .

---

Karier di Liga Indonesia

1. PSM Makassar (2003–2006)

Fagundez memulai petualangan di Indonesia pada tahun 2003, langsung berseragam PSM Makassar. Ia dengan cepat menjadi sosok sentral di lini tengah dan mendapat julukan "El Gato" (Si Kucing) karena kelincahan dan akurasi umpan kaki kirinya .

Bersama PSM, ia membawa klub meraih posisi runner-up Liga Indonesia selama dua musim berturut-turut .

Selama periode tersebut, ia tampil sebanyak 72 kali dan mencetak 14 gol .

2. Persik Kediri (2006–2009)

Pada 2006, Fagundez bergabung dengan Persik Kediri, dan bersama Cristian Gonzales serta Danilo Fernando membentuk trio asing mematikan yang membawa klub meraih gelar juara Liga Indonesia 2006 .

Mereka juga menorehkan prestasi di kancah internasional dengan tampil di Liga Champions Asia 2007 .

Statistik: 73 penampilan dan 25 gol .

3. Persisam Putra Samarinda (2009–2012)

Setelah Persik, karier Fagundez berlanjut di Persisam Putra Samarinda (sekarang Bali United), di mana ia memperkuat klub tersebut hingga 2012, dengan catatan 67 laga dan 8 gol .

4. PSIS Semarang (2013–2014)

Kariernya berakhir di PSIS Semarang, di mana ia tampil dalam 50 pertandingan dan mencetak 17 gol .

Namun, kariernya terhenti secara tidak biasa karena kasus kontroversial "sepak bola gajah" (pengaturan skor) antara PSIS dan PSS pada babak 8 besar Divisi Utama 2014. Fagundez meski tidak dimainkan, tetap kena sanksi berupa larangan beraktivitas sepak bola selama 5 tahun dan denda (angka disebut mulai dari Rp150 juta hingga Rp250 juta) .

Ia pensiun dari sepak bola setelah itu.

---

Kehidupan Pascakarier

1. Fokus Keluarga & Usaha

Setelah pensiun, Fagundez memutuskan menetap di Makassar, bersama istri orang Makassar, Nancy Kondengis, dan mengasuh kedua anak mereka, Franco dan Alexandra .

Ia membuka usaha kedai roti di Mall Trans Makassar dan mengisinya secara serius. Menurutnya yang disebut "omzetnya lumayan", bahkan ia juga aktif membantu pengelolaannya secara bergantian dengan sang istri .

2. Terlibat Lagi di Sepak Bola

Meskipun vakum dari kompetisi resmi, Fagundez tetap bermain pada tingkat tarkam (latihan bersama) dan bertekad mendapatkan lisensi kepelatihan .

Pada Oktober 2022, Fagundez resmi kembali ke PSM Makassar sebagai asisten pelatih mengiringi pelatih kepala Bernardo Tavares .

Tugasnya antara lain melatih pemain yang tidak dibawa ke pertandingan dan membantu menerapkan program pelatih .

Ia mendapatkan perpanjangan kontrak hingga Mei 2023/24 karena merasa nyaman dan sejalan visi dengan klub .

Pada musim pertamanya sebagai staf pelatih, PSM sukses mengangkat trofi Liga 1 2022–23, dan Fagundez berhak mendapat medali juara juga .

---

Ringkasan Perjalanan Karier

Periode Klub / Peran Catatan

1999–2003 Huracán Buceo (Uruguay) Awal karier profesional
2003–2006 PSM Makassar (Pemain) 72 laga, 14 gol; runner-up Liga Indonesia
2006–2009 Persik Kediri (Pemain) Juara Liga 2006; Liga Champions Asia
2009–2012 Persisam Samarinda (Pemain) 67 laga, 8 gol
2013–2014 PSIS Semarang (Pemain) Sanksi skandal, pensiun
Pasca-2014 Bisnis roti & kehidupan keluarga Kedai roti di Makassar, vakum sepakbola
2022–sekarang Asisten pelatih PSM Makassar Trofi Liga 1 2022–23, perpanjangan kontrak

---

Kesimpulan

Ronald Fagundez adalah figur unik di sepak bola Indonesia. Dari pemain Uruguay yang memukau dengan sentuhan indah di lapangan, ia menjelma legenda bagi PSM Makassar dan Persik Kediri. Kendati kariernya terganjal kontroversi dan pengakhiran yang tak ideal di PSIS, ia mampu bangkit, menyentuh kembali dunia sepak bola lewat jalur pelatihan, serta membangun kehidupan baru yang sederhana tapi bermakna sebagai penjual roti di Makassar. Kini, kiprahnya sebagai staf pelatih PSM kembali membawanya ke puncak prestasi dengan raihan gelar Liga 1 sebagai asisten pelatih. Perjalanan ini menunjukkan semangat pantang menyerah dan cinta sejati terhadap sepak bola.

Awal dan Awet Muda di Panggung Sepak Bola NasionalNama & AsalAris Budi Prasetyo lahir di Pasuruan pada 22 Oktober 1975 ....
18/08/2025

Awal dan Awet Muda di Panggung Sepak Bola Nasional

Nama & Asal
Aris Budi Prasetyo lahir di Pasuruan pada 22 Oktober 1975 .

Karier Klub

Memulai karier profesional bersama Arema Malang pada musim 1994–1995 dan sukses membawa klub tersebut promosi ke Divisi Utama (Liga 1) .

Hijrah ke PKT Bontang (1995–2000), sekaligus bermain untuk Pupuk Kaltim, dengan prestasi mencapai final Liga Indonesia 1999/2000, di mana ia mencetak satu gol .

Memperkuat Petrokimia Putra (2001–2003) dan berhasil meraih juara Divisi Utama Liga Indonesia 2002 .

Kembali ke Arema Malang (2004–2006), di mana Aris menjadi bagian kunci keberhasilan promosi (Juara Divisi I 2004), serta dua gelar Copa Indonesia (Copa Dji Sam Soe) pada 2005 dan 2006. Pada gelar 2006, ia dinobatkan man of the match final .

Karier Internasional
Pada 2007, Aris pindah ke Persik Kediri dan tampil di Liga Champions Asia, termasuk menyumbang gol krusial saat Persik mengalahkan Sydney FC 2–1 di Stadion Manahan Solo .
Prestasi tersebut membawanya dipanggil oleh pelatih Ivan Kolev untuk persiapan Piala Asia 2007, meskipun tak bisa bermain karena cedera lutut .

Akhir Karier Pemain
Setelah membela Persik, Aris bergabung dengan Persema Malang (2008–2010). Ia menolak tawaran operasi ligamen agar pulih, lalu memutuskan pensiun di usia sekitar 35 tahun karena cedera dan faktor umur .
Rekap posisi dan durasi karier klub:

1994–1995: Arema Malang
1995–2000: PKT Bontang (Pupuk Kaltim)
2001–2003: Petrokimia Putra
2004–2006: Arema Malang
2007–2008: Persik Kediri
2008–2010: Persema Malang

---

Transisi: Pelatih, Akademi, hingga Dunia Politik

Karier sebagai Pelatih
Sejak masih aktif sebagai pemain, Aris sudah mulai melatih; pada 2001 ia mendirikan SSB Aris Putera Pasuruan, sebagai bentuk buah cinta terhadap pembinaan pemain muda .
Pada 2011, ia sukses memimpin Persekap Pasuruan promosi ke Liga 2. Bahkan di tahun 2016, Aris pernah menjadi pelatih sekaligus manajer Persekap meskipun dengan dana minim—butuh menggadaikan aset pribadi agar tim bisa berjalan .
Kemudian pada 2018 ia mendirikan Aris Budi Soccer Academy (ABSA) Pasuruan, yang juga menjadi tempatnya berkarya sebagai pelatih bersertifikat AFC B .

Kiprah di Politik
Berbekal popularitas dan prestasi sepak bolanya, Aris terjun ke dunia politik dan menjadi anggota DPRD Kota Pasuruan periode 2014–2019, lalu terpilih kembali untuk periode 2019–2024 .
Pada Pemilu 2024, ia kembali memenangkan kursi dan menjalani periode ketiga sebagai legislatif .

---

Dedikasi di Usia Senja: Bermain dan Membina Legasi

Bermain di Liga 4 di Usia 49 Tahun
Pada awal 2025, Aris kembali menapaki lapangan sebagai pemain—sebagai bek pengganti di PSHW Ponorogo (Liga 4 Jawa Timur), meski usianya sudah hampir 50 tahun .
Ia bermain sekitar 30–34 menit dan mengaku tekniknya masih mumpuni, meski stamina menurun, namun pengalamannya jadi bekal taktis yang berharga .

Komitmen terhadap Pemuda
Saat ini Aris fokus membina generasi muda melalui akademinya. Ia rela mengeluarkan dana pribadi untuk bonus dan operasional tim binaannya, menunjukan totalitasnya di luar lapangan sebagai wujud dedikasi untuk masa depan sepak bola lokal .

---

Ringkasan Rekap Karier & Kiprah

Tahapan Detil

Pemain Profesional Arema, PKT Bontang, Petrokimia Putra, Arema, Persik, Persema (1994–2010)
Puncak Prestasi Juara Liga (2002), Copa Indonesia (2005 & 2006), Man of the Match final (2006)
Internasional Liga Champions Asia (2007, gol vs Sydney FC), Panggilan Timnas Piala Asia 2007 (cedera)
Pelatih & Akademi SSB Aris Putera (2001), Persekap promosi, ABSA (2018)
Politik DPRD Pasuruan periode 2014–2019, 2019–2024, dan terpilih kembali 2024
Main di Liga 4 Bermain di usia 49 tahun untuk PSHW Ponorogo (2025)

---

Secara keseluruhan, Aris Budi Prasetyo adalah contoh pesepak bola yang tidak hanya bersinar di lapangan, tetapi juga memiliki kontribusi signifikan dalam pembinaan anak muda dan aktif membangun masyarakat lewat politik.

Gunawan Dwi Cahyo adalah salah satu bek tangguh yang pernah dimiliki Indonesia. Kariernya di dunia sepak bola cukup panj...
17/08/2025

Gunawan Dwi Cahyo adalah salah satu bek tangguh yang pernah dimiliki Indonesia. Kariernya di dunia sepak bola cukup panjang, bahkan ia sempat menjadi bagian dari tim nasional Indonesia di era 2010-an. Namun di balik kesuksesannya merumput, perjalanan hidupnya juga penuh dengan kisah pilu yang mengguncang karier dan kehidupannya.

Gunawan dikenal sebagai pemain yang punya disiplin, keras, dan pekerja keras. Ia memperkuat sejumlah klub besar seperti Persija Jakarta, Arema Cronus, dan Bali United. Kariernya sempat naik ketika ia menjadi salah satu pilar lini belakang Timnas Indonesia di Piala AFF 2010—turnamen yang begitu berkesan bagi masyarakat Indonesia meski berakhir dengan kegagalan meraih trofi.

Namun di luar lapangan, Gunawan menghadapi badai yang mengguncang kehidupan rumah tangganya. Pernikahannya dengan artis cantik Okie Agustina pada tahun 2012 awalnya terlihat harmonis dan jauh dari gosip. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang anak. Sayangnya, perjalanan rumah tangga itu tak berjalan mulus. Gonjang-ganjing hubungan mereka sempat mencuat ke publik, hingga akhirnya rumah tangga yang dibangun dengan susah payah itu kandas dalam perceraian.

Perceraian tersebut menjadi pukulan berat bagi Gunawan. Ia harus menanggung rasa kehilangan keluarga sekaligus sorotan publik yang begitu besar. Nama baiknya ikut terbawa arus gosip, membuatnya sulit fokus di lapangan. Sebagai pesepakbola, tekanan psikologis itu jelas memengaruhi performanya. Kariernya yang sempat bersinar perlahan meredup, meski ia masih berusaha bertahan dan menunjukkan profesionalismenya di klub-klub yang ia bela.

Kisah pilu Gunawan Dwi Cahyo menjadi potret nyata bahwa kehidupan seorang pesepakbola tidak selalu gemerlap. Di balik sorak sorai penonton, ada air mata dan beban yang harus ditanggung. Ia pernah berdiri gagah sebagai palang pintu Timnas, tetapi di balik itu, ia juga manusia biasa yang tak luput dari luka dan kehilangan.

Patrich Steve Wanggai pernah dipandang sebagai salah satu penyerang muda paling menjanjikan yang lahir dari tanah Papua....
17/08/2025

Patrich Steve Wanggai pernah dipandang sebagai salah satu penyerang muda paling menjanjikan yang lahir dari tanah Papua. Namanya mencuat kala memperkuat Persidafon Dafonsoro dan kemudian menjadi bagian dari timnas Indonesia U-23 pada SEA Games 2011. Dengan gaya bermain agresif, kecepatan, serta naluri mencetak gol yang tajam, ia sempat dijuluki sebagai penerus deretan striker Papua yang melegenda.

Namun, perjalanan kariernya tidak berjalan mulus. Setelah sempat bersinar di klub besar seperti Persidafon, Persebaya, hingga Persija Jakarta, Wanggai justru harus menghadapi pasang surut yang menyakitkan. Harapan publik agar ia menjadi ujung tombak masa depan timnas perlahan memudar. Konsistensi permainan menjadi masalah, ditambah dengan kerap berpindah-pindah klub dari satu tim ke tim lain. Label “striker harapan bangsa” yang dulu melekat, perlahan berubah menjadi cibiran dari para pendukung.

Di luar lapangan, Wanggai juga tak luput dari kontroversi. Sikap emosionalnya kerap menimbulkan masalah dengan rekan setim maupun ofisial, sehingga beberapa klub memilih melepasnya lebih cepat dari kontrak yang ada. Kondisi ini membuatnya sulit menemukan stabilitas dalam karier. Dari pemain yang dielu-elukan, ia harus merasakan pahitnya kritik keras dan bahkan hujatan suporter yang kecewa.

Yang lebih pilu, usia emasnya sebagai penyerang justru terbuang begitu saja dalam ketidakpastian. Saat rekan-rekan seangkatannya terus berkembang dan meraih puncak karier, Patrich Wanggai harus berjuang sendirian untuk membuktikan bahwa dirinya masih layak diperhitungkan. Hidup di bawah bayang-bayang ekspektasi besar menjadi beban berat yang kerap menghantam mentalnya.

Kini, meski sesekali masih memperkuat klub di Liga 2 dan Liga 1, nama Patrich Wanggai sudah jarang terdengar sebagai penentu kemenangan. Kisahnya menjadi cermin getir bagi pesepakbola muda Indonesia: bahwa bakat besar saja tidak cukup tanpa konsistensi, disiplin, serta pengendalian diri. Dari sorotan gemerlap sebagai bintang muda, ia harus menelan kenyataan pahit perjalanan karier yang tak sesuai harapan.

Alfin Tuasalamony---Alfin Tuasalamony lahir di Tulehu, Maluku, sebuah daerah yang dikenal sebagai lumbung pesepakbola be...
17/08/2025

Alfin Tuasalamony

---

Alfin Tuasalamony lahir di Tulehu, Maluku, sebuah daerah yang dikenal sebagai lumbung pesepakbola berbakat Indonesia. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan bakat luar biasa di lapangan hijau. Kariernya menanjak cepat, bahkan ia pernah menimba ilmu di klub Belgia, CS Visé, sebelum kembali ke tanah air dan memperkuat sejumlah klub besar seperti Persebaya (IPL), Arema Cronus, Persija Jakarta, hingga Bhayangkara FC. Sebagai bek sayap, Alfin dikenal punya kecepatan, determinasi, dan naluri bertahan yang kuat.

Sayangnya, perjalanan karier yang cerah itu tak selalu berjalan mulus. Tahun 2015 menjadi titik kelam dalam hidupnya. Saat berada di Jakarta, Alfin menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Ia ditabrak oleh seorang polisi yang sedang mengendarai motor dengan melawan arus. Peristiwa itu membuat tulang kaki kirinya patah parah. Operasi demi operasi dijalani, dan ia harus menepi dari dunia sepak bola cukup lama. Insiden tersebut bukan hanya menghentikan kariernya sementara, tetapi juga menguras mental dan fisiknya.

Meski begitu, semangat Alfin untuk kembali ke lapangan tak pernah padam. Setelah menjalani pemulihan panjang, ia kembali merumput bersama Bhayangkara FC, bahkan ikut membantu tim meraih gelar juara Liga 1 pada 2017. Namun, trauma cedera membuat performanya tidak lagi sama seperti sebelumnya. Ia tetap berusaha keras mempertahankan karier, meski bayangan cedera besar itu selalu menghantui.

Kisah pilu Alfin Tuasalamony adalah gambaran betapa rapuhnya perjalanan seorang pesepakbola. Dari harapan besar sebagai talenta muda yang pernah merumput di Eropa, ia harus menghadapi kenyataan pahit akibat musibah di luar lapangan. Meski begitu, keteguhan hatinya untuk tetap berjuang di dunia sepak bola menjadi inspirasi bahwa semangat tidak boleh runtuh, bahkan saat mimpi besar sempat terenggut oleh keadaan.

Berikut adalah narasi karier sepak bola Rahel Tuasalamony (kadang dieja juga “Rachel Tuasalamony”), Latar Belakang dan A...
17/08/2025

Berikut adalah narasi karier sepak bola Rahel Tuasalamony (kadang dieja juga “Rachel Tuasalamony”),

Latar Belakang dan Awal Karier

Rahel berasal dari Tulehu, Maluku—sebuah kampung yang terkenal sebagai "kampung sepak bola" karena menghasilkan banyak pemain berbakat . Ia bermain untuk Persebaya Surabaya pada awal 2000-an, memperkuat tim dan menjadi bagian penting dalam sejarah klub tersebut .

Saat di Persebaya (2001–2005), Rahel dikenal fleksibel dalam posisi—dapat bermain sebagai winger, striker, maupun second striker. Ia sukses mengoleksi 21 gol dari 98 pertandingan, 25 di antaranya sebagai pemain pengganti. Catatan impresifnya: di musim debut, ia mencetak 11 gol .

---

Puncak Karier di Persebaya

Kariernya mencapai puncak saat bergabung dengan Chairil “Pace” Anwar, sama-sama berasal dari Ambon. Mereka menjadi saksi kemenangan dramatis Persebaya menjuarai Divisi Utama 2004 nasional. Di pertandingan penentu melawan Persija, gol Luciano da Silva memastikan kemenangan 2–1, membawa gelar juara dan memperkuat rumah bagi Pace dan Rahel dalam memori Bonek dan penggemar Persebaya .

---

Dedikasi untuk Maluku dan PSSI

Setelah pensiun, Rahel kembali ke kampung halamannya dan aktif melatih anak-anak di Tulehu. Ia bertekad melahirkan pemain muda berbakat agar identitas sepak bola Maluku tetap bersinar, dan tidak punah tergerus perkembangan zaman .

Lebih lanjut, pada tahun 2023, Rahel memberikan pesan penting kepada Ketua Umum PSSI periode 2023–2027, Erick Thohir, agar pemain asli Maluku diberikan ruang kembali di Timnas Indonesia—apabila dibutuhkan juga pengadaan kompetisi rutin untuk memperkuat pembinaan pemain muda di sana .

---

Ringkasan Perjalanan Karier

Aspek Detail

Awal Karier Bermain di Persebaya (2001–2005); produktif dan serba bisa
Prestasi Utama Juara Divisi Utama 2004 bersama Persebaya
Peran Setelah Pensiun Melatih generasi muda Tulehu; advokasi untuk pemain Maluku di Timnas

Hasyim Kipuw adalah salah satu nama yang cukup dikenal di kancah sepakbola Indonesia. Lahir di Tulehu, Maluku—sebuah dae...
16/08/2025

Hasyim Kipuw adalah salah satu nama yang cukup dikenal di kancah sepakbola Indonesia. Lahir di Tulehu, Maluku—sebuah daerah yang dikenal sebagai “tanah seribu bintang sepak bola”—Hasyim tumbuh dengan mimpi besar untuk menjadi pesepakbola profesional. Bakatnya sudah terlihat sejak kecil, ketika ia bermain di lapangan desa bersama teman-temannya. Dari sanalah ia mulai menapaki jalan panjang menuju kompetisi profesional.

Kariernya mulai mencuat saat ia membela Persija Jakarta. Sebagai pemain yang bisa berperan di beberapa posisi, baik sebagai bek tengah maupun gelandang bertahan, Hasyim dikenal dengan permainan keras, lugas, dan penuh determinasi. Ketangguhannya membuatnya dipercaya memperkuat tim nasional Indonesia di berbagai level. Momen-momen membela Merah Putih menjadi kebanggaan tersendiri bagi dirinya, apalagi bagi orang Tulehu yang terkenal sangat mencintai sepak bola.

Namun perjalanan Hasyim tidak selalu mulus. Ia sempat berpindah-pindah klub, dari Persija Jakarta, Arema FC, hingga PSM Makassar. Setiap kepindahan bukanlah sekadar soal kontrak, tapi juga bagian dari perjuangan mencari tempat yang tepat untuk mengembangkan karier. Di tengah perjalanan itu, Hasyim juga pernah diterpa cedera yang cukup mengganggu konsistensinya di lapangan. Cedera membuatnya harus absen panjang dan menahan rasa frustrasi, ketika rekan-rekan setimnya bertarung di lapangan sementara ia hanya bisa menyaksikan dari pinggir.

Meski demikian, Hasyim selalu menunjukkan profesionalisme dan semangat juang yang tinggi. Setelah pulih, ia bangkit kembali dan kembali menjadi andalan di lini belakang. Kehadirannya di klub-klub besar Indonesia membuat namanya selalu lekat dengan sosok pekerja keras yang pantang menyerah.

Kini, Hasyim Kipuw dikenang sebagai salah satu pemain Maluku yang sukses menembus persaingan ketat sepak bola nasional. Kisah hidupnya adalah gambaran tentang dedikasi, perjuangan, dan pengorbanan seorang anak desa yang menjadikan sepak bola bukan hanya sebagai pekerjaan, tetapi juga sebagai panggilan hati.

Kisah Fandy MochtarAwal yang Penuh HarapFandy Mochtar, lahir di Ternate pada 19 Mei 1984, merupakan sosok pesepak bola y...
16/08/2025

Kisah Fandy Mochtar

Awal yang Penuh Harap

Fandy Mochtar, lahir di Ternate pada 19 Mei 1984, merupakan sosok pesepak bola yang memulai karier di klub-klub lokal seperti Persiter Ternate, Persibom Bolaang Mongondow, hingga Arema Malang dan Persisam Putra Samarinda . Memiliki darah keturunan kesultanan Ternate, Fandy—dengan julukan “Andy,” “Carlitos,” atau “Tevez”— dikenal dengan kemampuan bermain sebagai bek sayap maupun gelandang .

Puncak Karier dan Harapan Nasional

Dia sempat memperkuat timnas Indonesia U-23 (2006–2007) dan kemudian timnas senior (2007–2011), mencatatkan delapan caps untuk Indonesia tanpa mencetak gol . Di level klub, salah satu pencapaian gemilangnya adalah turut memberi kontribusi saat Sriwijaya meraih Inter Island Cup 2012 .

Kisah Pilu: Ambisi Terhambat, Harapan yang Pudar

Meskipun memiliki potensi dan dedikasi tinggi, karier Fandy ternyata tak berlanjut ke level yang lebih tinggi seperti banyak pemain lain yang meraih panggung Asia atau Eropa. Dia berpindah-pindah klub setiap beberapa musim:

Persiter Ternate → Persibom → kembali ke Persiter → Arema Malang → Persisam Samarinda → Sriwijaya → Persiba Balikpapan → Pusamania Borneo .

Pindah-pindah ini bisa jadi merupakan refleksi dari ketidakstabilan liga dan manajemen klub di Indonesia yang berdampak langsung pada karier pemain—salah satu realita pahit yang banyak dialami pemain lokal .

Meredup dan Kehilangan Jejak

Setelah Pusamania Borneo (2014–2015), tak banyak lagi yang terdengar tentang kiprah Fandy di level profesional—mengisyaratkan bahwa ia mungkin sudah pensiun secara halus, tanpa publisitas besar. Padahal, perjalanan seorang yang pernah mengenakan seragam timnas Indonesia seharusnya menjadi cerita inspiratif—namun bagi Fandy, justru perihal kehilangan arah dan pengakuan.

---

Kesimpulan

Fandy Mochtar adalah gambaran dari banyak pesepak bola berbakat di Indonesia yang berjuang keras, menunjukkan dedikasi tinggi, namun kariernya tak sempat mencapai kilau yang lebih besar. Dari sorotan timnas ke ketidakpastian klub lokal, kisahnya menyimpan nuansa haru—antara harapan dan kenyataan sepak bola tanah air.

Ahmad Amiruddin adalah salah satu penyerang berbakat yang lahir di Bone, Sulawesi Selatan, pada 3 Oktober 1982. Sejak ke...
16/08/2025

Ahmad Amiruddin adalah salah satu penyerang berbakat yang lahir di Bone, Sulawesi Selatan, pada 3 Oktober 1982. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan sepak bola. Jalanan kampung menjadi tempatnya mengasah keterampilan, sementara mimpinya adalah mengenakan seragam klub besar di tanah air. Tekad dan kerja kerasnya membawanya ke dunia sepak bola profesional, dimulai dari klub kebanggaan Sulawesi Selatan, PSM Makassar.

Bersama PSM, Ahmad tampil sebagai penyerang yang lincah dan cerdik membaca permainan. Kecepatannya dalam menusuk pertahanan lawan serta naluri mencetak gol membuatnya menjadi andalan tim. Penampilannya yang konsisten mengantarkannya dipanggil ke Tim Nasional Indonesia, sebuah pencapaian yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi anak daerah.

Perjalanan kariernya tak hanya bersama PSM. Ahmad sempat memperkuat klub-klub lain seperti Persiba Balikpapan, Persib Bandung, dan Persiram Raja Ampat. Di setiap tim, ia dikenal sebagai pemain pekerja keras yang selalu bermain sepenuh hati, meski tak selalu menjadi sorotan utama.

Namun, seperti banyak pesepakbola lain, perjalanan Ahmad tidak lepas dari rintangan. Cedera menjadi tantangan besar yang membatasi menit bermainnya di beberapa musim. Meski begitu, semangatnya tak pernah pudar. Setelah mengakhiri karier sebagai pemain, Ahmad memilih untuk tetap berkecimpung di dunia sepak bola, menekuni jalur kepelatihan, dan membimbing pemain muda agar bisa menapaki jalan yang pernah ia lalui.

Ahmad Amiruddin menjadi contoh bahwa untuk mencapai mimpi di sepak bola tidak hanya dibutuhkan bakat, tetapi juga kegigihan dan mental yang kuat. Dari Bone hingga tim nasional, kisahnya adalah inspirasi bagi banyak anak daerah yang bermimpi mengangkat nama kampung halaman lewat sepak bola.

Irsyad Aras: Si Kidal dari Makassar yang Mengukir Jejak di Liga IndonesiaIrsyad Aras lahir di Makassar, 4 Maret 1979, di...
16/08/2025

Irsyad Aras: Si Kidal dari Makassar yang Mengukir Jejak di Liga Indonesia

Irsyad Aras lahir di Makassar, 4 Maret 1979, di tengah keluarga yang mencintai sepak bola. Darah sepak bola mengalir kuat, terutama karena sang adik, Ardan Aras, juga menjadi pesepakbola profesional. Sejak kecil, Irsyad dikenal lincah dan memiliki kaki kiri mematikan, sebuah keunggulan yang kelak menjadi ciri khasnya.

Kariernya di dunia profesional dimulai ketika ia bergabung dengan PSM Makassar, klub kebanggaan tanah kelahirannya. Sebagai gelandang sayap, Irsyad tampil dengan determinasi tinggi dan kemampuan umpan yang akurat. Penampilannya yang konsisten membuatnya dilirik klub besar ibu kota, Persija Jakarta, pada awal 2000-an.

Bersama Persija, Irsyad menemukan puncak kariernya. Ia menjadi bagian dari skuad yang disegani di Liga Indonesia, bermain di sisi lapangan dengan kecepatan dan visi permainan yang tajam. Ia bukan sekadar pemain pendukung, tetapi kerap menjadi pembeda dalam pertandingan-pertandingan penting. Selain itu, Irsyad juga pernah memperkuat Persisam Samarinda, membawa pengalaman dan ketenangan di lapangan.

Kemampuannya tidak hanya diakui di level klub, tetapi juga di level nasional. Irsyad sempat dipanggil membela Timnas Indonesia, membawa semangat khas Makassar di kancah internasional. Meski tidak selalu menjadi sorotan utama, dedikasinya di lapangan menjadikannya sosok yang dihormati rekan setim dan lawan.

Setelah pensiun, Irsyad tidak meninggalkan sepak bola. Ia aktif di kegiatan pembinaan usia muda, berbagi ilmu kepada generasi penerus. Bagi Irsyad, sepak bola bukan hanya profesi, melainkan panggilan hidup yang sudah ia jalani sejak kecil.

Kini, nama Irsyad Aras dikenang sebagai salah satu pemain sayap kidal terbaik yang pernah dimiliki Indonesia—seorang pejuang lapangan hijau yang mengandalkan kerja keras, disiplin, dan cinta pada permainan.

Address

Rembang

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Planet Bola posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Planet Bola:

Share