Infopedia

Infopedia ●Membagikan info-info unik, menarik, misterius, dan inspiratif serta religius dari berbagai dunia !!!!!

29/06/2024
■Ketika Ulla Lohman pertama kali bertemu dengan suku Anga di Papua Nugini pada 2003, sesepuh dari suku Anga itu memintan...
23/06/2024

■Ketika Ulla Lohman pertama kali bertemu dengan suku Anga di Papua Nugini pada 2003, sesepuh dari suku Anga itu memintanya untuk pergi meninggalkan desa. Suku Anga tidak terbiasa dengan keberadaan orang asing di desanya, dan mereka juga tidak s**a ketika budaya mereka dilihat oleh orang luar.

Suku Anga dikenal sebagai suku yang memumikan anggota sukunya ketika meninggal. Iitulah yang menjadi alasan Lohman ingin mengunjungi suku yang berada di dataran tinggi bagian barat Papua Nugini ini.

Suku ini memiliki sejarah yang panjang di balik proses mumifikasi. Mereka menggantung mumi tinggi-tinggi, seolah-olah orang tua mereka sedang mengawasi prosesi ini.

Saat itu Lohmann ditolak ketika meminta izin kepada anggota suku. Namun, tidak lama kemudian, ia kembali lagi secara teratur selama satu dekade, demi mendapatkan izin. Dia hanya ingin mempelajari suku tersebut, melihat bagaimana para anggota suku hidup dan bagaimana mereka ketika menghadapi kematian.

Selama beberapa kunjungan pertamanya, dia mendapat akses tambahan untuk mempelajari budaya suku tersebut. Setelah menempuh lintasan menuju dataran tinggi, salah satu tetua suku, yang bernama Gemtasu, menceritakan satu hal kepadanya: Ketika meninggal, ia ingin dimumikan.

Suku Anga terdiri atas 45.000 orang. Mereka memiliki proses mumifikasi yang jauh berbeda dengan cara Mesir kuno. Masyarakat Mesir kuno biasanya membongkar tubuh bagian dalam mayat dan kemudian menghilangkan organ, lalu dibungkus dengan sebuah kain. Sedangkan dalam mumifikasi suku Anga, tubuh mereka didudukkan di atas asap selama tiga bulan. Asap membantu mengawetkan mayat dalam budaya tropis.

Metode mumifikasi terdiri atas struktur yang ketat. Tubuh yang tergantung di atas api, karena menggembung, mayat akan disodok menggunakan tongkat secara lembut guna melebarkan a**s. Tujuannya, untuk mengalirkan cairan dan membantu untuk merontokkan organ di dalam tubuh.

Bagian terpenting dari proses ini bertujuan untuk menjaga wajah mayat tersebut tetap utuh. Dalam budaya mereka, satu-satunya cara untuk melestarikan sosok seseorang yang meninggal adalah dengan melihat secara fisik wajah abadinya.

“Jika kita memiliki foto, mereka (suku Anga) memiliki mumi,” kata Lohmann. ”Suku Anga percaya bahwa roh-roh akan berkeliaran secara bebas pada siang hari dan kembali ke dalam tubuh mumi mereka pada malam hari. Tanpa melihat wajah mereka, roh-roh tersebut tidak dapat menemukan tubuh mereka sendiri dan berkeliaran selamanya.”

Proses mumifikasi pernah tersebar luas di Papua Nugini dan p**au-p**au Pasifik Selatan lainnya pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Cara mengawetkan tubuh seseorang dipandang sebagai upaya untuk menjaga kenangan, dibanding penguburan dalam tanah.

Namun, kedatangan misionaris Kristen dan pejabat pemerintah Inggris dan Australia pada pertengahan abad ke-20 memunculkan stigma dalam hal moralitas dan kebersihan.

Kendati Gemtasu tidak mengetahui berapa lama ia akan hidup, ia merasa bahwa akhir hidupnya sudah dekat. Ia sadar betapa pentingnya mempertahankan suatu tradisi. Dengan menjadi mumi, Ia percaya dapat melindungi keluarganya.
Gemtasu mengajarkan kepada anak-anaknya yang telah dewasa bagaimana cara mumifikasi. Dan, Gemtasu meminta secara langsung kepada Lohmann untuk memotret proses mumifikasi dirinya dan membagikan cerita tentang dirinya.

Anak-anaknya, seperti kebanyakan anggota suku lain, tentu menolak hal tersebut. Mereka mengatakan telah meninggalkan tradisi mumifikasi yang memakan banyak tenaga dan waktu, selain itu juga akibat bau menyengat yang dihasilkan dari daging ma**sia yang diasap. Suku ini juga sudah mengalami penipisan jumlah anggota karena urbanisasi ke kota-kota pelabuhan.

Ayah mendesak saya terus dalam waktu yang cukup lama, sehingga saya tidak dapat melakukan apa-apalagi untuk menolaknya, selain berjanji dan mewujudkan keinginan dirinya menjadi kenyataan,” kata Awateng, salah satu anak Gemtasu.

Kemudian, pada 2015 lalu, Gemtasu wafat.
Sesuai dengan permintaan Gemtasu, Lohmann kembali ke Papua Nugini untuk menyaksikan dan memotret proses mumifikasi. Tujuh orang lelaki dewasa, termasuk cucu Gemtasu, memulai proses mumifikasi dengan tanah liat putih yang dioleskan pada wajah mereka,sebagai tanda duka.

Berdasarkan peraturan upacara, mereka tidak diizinkan meminum air selain jus tebu dan hanya boleh memakan makanan yang dimasak di atas api yang sedang mengasapi tubuh Gemtasu.

Lohmann mengamati seluruh rangkaian selama satu minggu. Dia menyaksikan tubuh Gemtasu membengkak, menghitam, dan akhirnya mengeras. Tujuh orang yang melakukan ritual akan mengoleskan cairan dari tubuh Gemtasu pada diri mereka sebagai salah satu tindakan untuk memilihara semangatnya.

Dalam aturan tersebut juga dikatakan, orang-orang tersebut tidak diizinkan untuk mencuci diri mereka selama proses mumifikasi yang memakan waktu selama tiga bulan. Mereka juga tidak diperkenankan meninggalkan lokasi tersebut.

Tujuan mumifikasi dalam budaya Anga adalah untuk mengejar kehidupan yang kekal, atau setidaknya merasakan kehadiran secara fisik bagi mereka yang telah meninggal. Dalam tradisi mereka, tahap akhir dari proses mumifikasi adalah membawa mumi dan menempatkannya di tebing batu yang menghadap ke desa.

Pada tahap itu p**a tubuh yang baru meninggal perlahan-lahan membusuk dan kerangka abadi mereka menjadi pengingat bagi orang-orang yang masih hidup.

Sumber: National Geographic ID



■Sebelum menemukan sosok Mr Bean, Rowan Atkinson yang menyukai dunia akting sempat beberapa kali ditolak produser. Wajah...
13/06/2024

■Sebelum menemukan sosok Mr Bean, Rowan Atkinson yang menyukai dunia akting sempat beberapa kali ditolak produser. Wajahnya dianggap tidak tampan serta sering kali gagap kala berdialog. Beberapa kali ditolak produser, usaha serta keyakinan dan keuletan Rowan Atkinson untuk menemukan karakter yang dirasa pas membuatnya tak lekas menyerah.

Pada suatu saat, Rowan Atkinson terinspirasi dengan tokoh Monsieur Hulot yang diperankan Jasquet Tati dalam serial dan film berjudul Vacances de Monsieur Hulot. Acara ini tayang pada 1950 dan 1960-an. Akhirnya, pria kelahiran 6 Januari 1955 menemukan karakter Mr Bean dan digarap sebanyak 15 judul dalam bentuk serial komedi (sitkom) serta film.

Sebelum muncul dengan karakter Mr Bean, Rowan Atkinson sempat terlihat di program acara TV dengan tajuk acara Not the Nine O'clock News serta The Blacl Adder. Pria 66 tahun itu pun akhirnya meledak serta dikenal lewat serial Mr Bean.

Dedikasi serta perjuangan untuk menghadirkan tokoh Mr Bean tentunya dapat menginspirasi setiap orang yang melihat perjalanan karier aktor lulusan Oxford University itu. Kesuksesan bisa diraih dengan kerja keras, tahan banting, dan terus mengolah diri sendiri untuk mencari berbagai peluang.

Sumber: Solotrust



■Pohon darah naga merupakan pohon yang berasal dari Pulau Socotra, yang merupakan bagian dari kep**auan Socotra, yang te...
11/06/2024

■Pohon darah naga merupakan pohon yang berasal dari Pulau Socotra, yang merupakan bagian dari kep**auan Socotra, yang terletak di Laut Arab, sekitar 340 kilometer dari pantai Yaman. Spesies ini secara alami tumbuh di daerah tanah berbatu dan dilokasi yang tinggi di Pulau Socotra.Pohon ini merupakan tumbuhan asli dari Pulau Socotra, dan diklasifikasikan sebagai tumbuhan yang rentan terhadap kepunahan. Oleh karena itu, pohon darah naga menjadi salah satu ikon paling terkenal di Pulau Socotra.

Pohon darah naga merupakan pohon yang dapat mengeluarkan resin merah. Getah merah tersebut mengalir dari batang pohon darah naga ketika kulitnya tergores. Resin tersebut dikenal dengan nama "darah naga" karena warnanya yang menyerupai darah.Resin tersebut telah digunakan oleh masyarakat setempat untuk berbagai tujuan, termasuk sebagai bahan pewarna alami, hingga bahan obat tradisional. Selain itu, resin tersebut juga digunakan sebagai pernis untuk biola dan dalam ukiran untuk mencegah pelemaham permukaan selama etsa.

Pohon darah naga diyaiki telah ada sejak jutaan yang lalu. Pohon darah naga sudah ada sejak lebih dari 50 juta tahun yang lalu, pertama kali muncul di Mediterania. Namun, sekarang pohon ini dapat ditemukan di Pulau Socotra, Yaman. Pohon ini termasuk ke dalam keluarga Dracaenaceae dan merupakan spesies yang sangat tua.

Sumber: IDN Times | Liputan6



■Seperti masuk sebuah mesin waktu, kedua kendaraan besar tersebut secara tiba-tiba berada di sebuah hutan jati gelap gul...
07/06/2024

■Seperti masuk sebuah mesin waktu, kedua kendaraan besar tersebut secara tiba-tiba berada di sebuah hutan jati gelap gulita di kawasan Blora, Jawa Tengah dalam waktu sekejap.

Awalnya bus Pahala Kencana dan truk beton melintas di jalur pantura tepatnya di jalur Juwana-Rembang, Kamis (22/6/2012) dini hari.

Karena situasi macet sang sopir mencoba mencari jalur alternatif.

Akan tetapi sesampainya di jalur Jaken, atau Kabupaten Pati wilayah paling selatan, sopir merasa sudah berada di jalur pantura, namun justru mengarah ke Kabupaten Blora.

Ketika melintas, memang lajur yang dilalui adalah jalan desa, mendadak mereka masuk ke hutan Gadogan di desa Kedungbacin, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Wilayah ini dikenal sebagai perbukitan hutan jati.
Anehnya, saat mau mendahului truk beton yang berada di depannya, kernet mencoba menahan sopir, agar truk naik dulu ke jalan yang menanjak, setelah truk bisa naik, bus mencoba naik, namun ban belakang selip dan mundur, kemudian terdengar suara benturan, kernet seketika turun dan mencoba mengecek.

Setelah dicek dengan sopir, mesin seketika mati.

Saat sopir mengecek body bus, seketika kaget, karena dia melihat pohon jati dan setelah memutar dia berada di tengah-tengah hutan, dia mulai tersadar jam 02.30 WIB dini hari dan kernet mencoba membangunkan penumpang yang berjumlah 33 orang.

Sekitar pukul 06.30 WIB kru mencoba mencari pemukiman warga dan meminta tolong, kemudian dari warga lapor lurah setempat.

Namun apa boleh buat,mobil patroli tidak bisa masuk ke TKP karena hanya ada jalan setapak yang menuju ke TKP.

Sekitar hampir 5 jam bus dan truk terdampar di sana.

Mekanik Pahala Kencana asal Kudus juga kaget melihat lokasi busnya.

Sekitar jam 5 sore bus baru bisa dikeluarkan dengan cara memotong sebagian pohon dan memapras tanah agar jalur lebar bisa dilewati bus dan truk.

Pukul 18.35 WIB armada bus bisa keluar semua dan dibawa ke jalan desa.

Ketika dikonfirmasi soal peristiwa langka tersebut, Anggota Sektor Pelayanan Masyarakat Polsek Todanan, Blora, Jawa Tengah, Briptu Suwignyo membenarkan adanya kejadian itu.

Suwignyo juga merasa keheranan karena tidak ada sedikitpun body bus dan truk yang lecet terkena ranting-ranting pohon di jalur setapak hutan jati tersebut.

"Ini memang kejadian aneh, tapi nyata. Wong, bus dan tronton itu lagi melaju di jalan raya, tiba- tiba ada di hutan. Dan, anehnya lagi, gak ada body bus maupun truk yang tergores. Padahal, kendaraan itu di antara rerimbunan pohon," tutur Anggota Sektor Pelayanan Masyarakat Polsek Todanan, Blora, Jawa Tengah, Briptu Suwignyo kepada Tribunnews, Minggu (24/6/2012).

Sumber: Grid



Address


Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Infopedia posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Infopedia:

Shortcuts

  • Address
  • Alerts
  • Contact The Business
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share