Suara Rakyat Sulbar

  • Home
  • Suara Rakyat Sulbar

Suara Rakyat Sulbar Info Seputar Sosial Budaya Sulbar

Di bawah langit Polewali Mandar yang cerah, alun-alun Wonomulyo menjadi saksi dari semangat cinta budaya dan negeri yang...
30/09/2024

Di bawah langit Polewali Mandar yang cerah, alun-alun Wonomulyo menjadi saksi dari semangat cinta budaya dan negeri yang menggetarkan. Pada tanggal 27-28 September 2024, sebuah acara yang memadukan harmoni seni dan kebanggaan daerah digelar dengan megah—Pentas Seni dan Festival Karaoke se-Kabupaten Polewali Mandar, dengan tema besar Cinta Budaya dan Negeriku.

Diketuai oleh Ilham Alimuddin, dengan Asrum Azis sebagai sekretaris, acara ini berjalan dengan lancar dan penuh antusiasme. Lebih dari sekadar kompetisi, festival ini adalah perayaan yang menyatukan seni, suara, dan jiwa para peserta dari berbagai pelosok kecamatan.
Harmoni Cinta Budaya di Pentas Seni dan Festival Karaoke Polewali Mandar 2024
========

Lomba karaoke menjadi pusat perhatian, dihadiri oleh kurang lebih 30 peserta yang telah lolos audisi. Dari sekian banyak suara yang melantun indah, Fitriani dari Kecamatan Polewali berhasil merebut hati juri dan keluar sebagai juara pertama. Diikuti oleh Saskia Natasya Ilham dari Kecamatan Anreapi sebagai juara kedua, dan Alpandi dari Kecamatan Tutar yang menduduki posisi ketiga. Mereka yang tak berhasil meraih podium utama pun tak kalah bersinar. Agus dari Kecamatan Tapango, Irwansyah dari Landi Kanusuang Kecamatan Mapilli, dan Rahman dari Pussepan Kecamatan Tapango masing-masing meraih gelar juara harapan, dengan M. Padil dari Buttu Dakka Kecamatan Tapango mendapatkan predikat juara favorit.

Tak hanya parade suara, pentas seni yang menyertainya menjadi panggung gemilang bagi budaya lokal. Rebana Tamengundur menggetarkan alun-alun dengan dentingnya yang khusyuk, sementara tarian dari Sanggar Seni Mapia Art Botto memikat mata penonton dengan gerak gemulai yang sarat makna. Melengkapi suasana, irama modern dari Keyboar Disk Sulbar dan alunan dangdut koplo yang enerjik dari Projeck 12 Dangdut Koploan menggetarkan malam, mengundang decak kagum dan riuh tepuk tangan penonton.

Acara ini terselenggara berkat dukungan tulus dari para pengusaha lokal dan pemilik sound system se-Kecamatan Wonomulyo, yang bahu-membahu menjadikan pentas seni ini sebagai wadah untuk merawat budaya dan mempererat cinta akan negeri.

Di sinilah Polewali Mandar berdendang, bukan hanya melalui suara, tetapi melalui rasa cinta yang tertanam dalam setiap lantunan lagu dan tarian yang dihadirkan. Sebuah perayaan yang membuktikan bahwa seni adalah jembatan antara hati, sejarah, dan masa depan yang lebih cerah.(**)

"Di Atas Tandu Harapan: Perjuangan di Jalanan Rusak Demi Sang Bidan Desa"=================================Di sebuah desa...
10/09/2024

"Di Atas Tandu Harapan:
Perjuangan di Jalanan Rusak Demi Sang Bidan Desa"
=================================
Di sebuah desa yang jauh dari gemerlap kota, di tengah hutan-hutan lebat dan perbukitan terjal Kecamatan Tutar, Polewali Mandar, tersebarlah kisah tentang seorang bidan desa yang tangguh namun tak berdaya melawan kerasnya alam. Namanya Safriani, seorang perempuan berusia 34 tahun yang telah lama menjadi sandaran bagi ibu-ibu dan bayi-bayi di desa-desa terpencil. Namun, takdir berkata lain saat tubuh Safriani tak lagi kuat menopang kesehariannya yang berat.
Pada Kamis, 5 September 2024, Safriani terpaksa ditandu sejauh 7 kilometer melintasi jalanan rusak Desa Besoangin. Keadaan Safriani yang sudah melemah tak sanggup lagi diemban oleh kerasnya goncangan mobil hardtop yang membawanya. Ketika roda-roda mobil itu tersendat di lubang-lubang jalan yang menganga, Safriani merintih kesakitan. Setiap guncangan seolah memukul tubuhnya yang sudah rapuh. Ia pun dipindahkan ke atas tandu darurat—seutas kain sarung yang diikatkan pada sebatang bambu, lalu dipikul oleh para lelaki desa yang berjuang membawanya menuju rumah sakit terdekat di Limboro.
Di bawah terik matahari dan dalam kepungan lumpur yang mengotori jalan, suara langkah-langkah mereka yang mantap seolah menjadi nyanyian perjuangan untuk Safriani. Perlahan namun pasti, tandu itu bergerak melewati jalanan yang licin dan berbatu. Detik demi detik terasa panjang, setiap langkah adalah harapan agar sang bidan segera mendapatkan pertolongan yang ia butuhkan.
Di balik langkah kaki yang berat itu, tersimpan kisah tentang keteguhan hati para warga yang rela berjibaku demi menyelamatkan salah satu pahlawan desa mereka. Kepala Puskesmas Tutar, dr. Sudirman, menyampaikan bahwa Safriani menderita hipokalemia yang menyebabkan muntah berat dan nyeri di seluruh persendian. Kondisi jalan yang terjal dan berguncang membuat Safriani lebih nyaman ditandu ketimbang berada dalam mobil yang meliuk-liuk tak tentu arah.
Safriani kini dirawat di RSUD Hajja Andi Depu, Polewali Mandar, dan meski kondisinya mulai membaik, kisah ini menjadi pengingat pahit tentang bagaimana akses kesehatan di daerah terpencil masih menjadi perjuangan yang nyata. Kepala Desa Ratte, Habri, tak henti-hentinya menyuarakan keluhan tentang jalan rusak yang telah lama menghantui desanya. Meski sudah berkali-kali disuarakan dalam musyawarah pembangunan, perbaikan jalan tak kunjung diakomodir.
Sementara itu, di dunia maya, video para lelaki desa yang menandu Safriani dengan segenap tenaga, tersebar luas. Gambar mereka yang berjalan tertatih di antara lumpur dan batu, dengan beban kain sarung dan bambu yang memikul kehidupan seorang bidan desa, menggugah hati banyak orang. Di desa kecil yang terlupakan itu, kisah Safriani adalah kisah tentang kepedulian, gotong-royong, dan harapan yang tak pernah pudar di tengah segala keterbatasan.
Di atas tandu sederhana itu, Safriani tak hanya ditandu dengan kain dan bambu, tetapi dengan doa-doa dan harapan seluruh desa, agar jalan hidupnya kembali lapang dan tubuhnya pulih, untuk kembali merawat dan menyelamatkan nyawa-nyawa kecil di pelosok negeri. ( #)

Sorotan
pengikut

09/08/2024

Seribu Bintang di Langit
===============
Di langit merah yang berkibar penuh rasa,
Kita rayakan hari yang mulia,
Lahirnya bangsa, negeri tercinta,
Dalam pelukan penuh asa.
Tujuh belas Agustus, saksi sejarah,
Dinyatakan dengan sepenuh jiwa,
Kemerdekaan yang tak ternilai,
Berkibarlah sang saka, penuh bangga.
Kibaran bendera di udara,
Menyapu lembah dan puncak gunung,
Suara merdeka menggema,
Mengisi tiap jengkal tanah tumpah darah.
Di jalanan penuh hiruk-pikuk,
Tersimpan doa dan harapan,
Generasi penerus penuh tekad,
Mengukir cita, melanjutkan perjuangan.
Mari kita jaga, kita rawat,
Warisan mulia yang berharga,
Dengan semangat, dengan cinta,
Menjadi bangsa yang jaya dan cerah.
Di bawah langit bintang bersinar,
Terpatri hari indah ini,
Tujuh belas Agustus, hari kemenangan,
Penuh makna dan kebanggaan abadi.


Catatan Sejarah Sepak Bola di Mandar.  Polmas: Kejayaan Sepak Bola dari Tanah Mandar.=================================Di...
05/08/2024

Catatan Sejarah Sepak Bola di Mandar.
Polmas: Kejayaan Sepak Bola dari Tanah Mandar.
=================================
Di antara hiruk-pikuk sepak bola nasional, nama Persatuan Sepak Bola Polewali Mamasa (PS Polmas) sering kali muncul dengan gemilang, membawa harum nama daerah yang kini dikenal sebagai Polewali Mandar. Julukan "Brazil-nya Sulawesi" yang melekat pada tim ini bukan sekadar ungkapan tanpa dasar. Seperti Brazil dengan kehebatan pemainnya, PS Polmas pun menjadi sumber pemain berbakat yang tak henti mengalir ke kancah sepak bola profesional di Indonesia sejak dekade 90-an.

dan Warisan
Pemain seperti Arief Kamaruddin, Ayyub Khan, Irsyad Aras, Jufri Samad, hingga era Fandy Edi yang berjuluk Tim Sandeq, telah menorehkan sejarah dalam lembaran sepak bola nasional. Seperti layaknya perahu Sandeq yang melaju cepat di perairan, demikian p**a para pemain PS Polmas mengarungi lapangan hijau dengan penuh semangat dan ketangguhan.

Terletak di bawah bayangan Stadion S. Mengga, PS Polmas didirikan pada awal 1960-an. Meski Mamasa memekarkan diri menjadi daerah otonomi baru pada tahun 2002, semangat dan identitas PS Polmas tetap utuh, menyatu dengan sejarah dan kebanggaan daerahnya.

Sukri: Pelatih dengan Sentuhan Ajaib
Nama Ahmad Sukri tak dapat dilepaskan dari kejayaan PS Polmas. Lahir di Tinambung pada tahun 1961, Sukri adalah sosok yang membawa tim ini meraih tiga gelar juara besar dalam kurun waktu sebulan pada tahun 1994. Dengan tangan dinginnya, PS Polmas menjuarai Divisi II Liga Indonesia Zona Sulsel, Habibie Cup IV di Pare-Pare, dan Divisi II Liga Indonesia Regional Sulawesi di Kendari. Para pemain seperti Aco Bello, Azis Rahayu, dan banyak lainnya, menjadi bagian dari sejarah gemilang tersebut.

yang Abadi
PS Polmas pertama kali menarik perhatian publik saat mengikuti turnamen "Malunda Cup I" tahun 1994. Dalam turnamen antar kampung ini, PS Polmas menunjukkan kekuatan mereka dengan meraih juara setelah mengalahkan Pelita Utama Pellattoang. Kesuksesan ini membawa mereka ke Divisi II Liga Indonesia Zona Sulsel, di mana PS Polmas kembali berjaya dan menjadi wakil Sulawesi Selatan di tingkat regional.

Habibie Cup: Kemenangan di Pare-Pare
Di turnamen bergengsi yang didedikasikan untuk Presiden ketiga Republik Indonesia, PS Polmas berhasil menaklukkan PSM Makassar dengan skor tipis 1-0, membawa p**ang gelar juara untuk pertama kalinya. Keberhasilan ini menjadi tonggak penting dalam sejarah sepak bola Sulawesi.

Prestasi di Kendari
Tak berhenti di situ, PS Polmas melanjutkan perjalanan ke Kendari untuk berkompetisi di Divisi II Regional Sulawesi. Di sini, mereka menunjukkan ketangguhan dengan menaklukkan Persmin Minahasa dan Persim Maros. Meski harus menghadapi kekalahan dari Persipal Palu, PS Polmas tetap berada di urutan pertama dan melaju ke babak 16 Besar Divisi II Liga Indonesia musim 1994-1995 di Kabupaten Bogor.

yang Nyaris Terwujud
Di babak 16 Besar, Tim Sandeq nyaris saja melaju ke perempat final. Mereka menunjukkan permainan yang impresif dengan kemenangan atas Perseban Banjarmasin dan hasil imbang melawan PSPS Pekanbaru. Namun, mimpi mereka terhenti karena kalah selisih gol dari PSPS Pekanbaru, meski tetap membawa kebanggaan bagi masyarakat Polewali Mandar.

Polmas bukan sekadar tim sepak bola. Ia adalah simbol kebanggaan dan semangat dari Polewali Mandar. Dengan sejarah panjang dan pemain-pemain berbakat yang terus lahir, PS Polmas akan selalu menjadi bintang yang bersinar terang di langit sepak bola Indonesia. Kejayaan mereka adalah inspirasi bahwa dari tanah Mandar, impian besar dapat terwujud dengan kerja keras, semangat, dan dedikasi tanpa henti. (**)
=======================
Liga 3 Sulbar: Derby Sepak Bola yang Menggetarkan Polewali Mandar.

Langit Polewali Mandar tampak cerah di Sabtu, 13 Januari 2024, ketika dua kekuatan sepak bola lokal, PS Polmas dan PS Sandeq Polman, bertemu di Stadion HS. Mengga Sport Center untuk memperebutkan gelar juara Liga 3 Zona Sulawesi Barat.

Pertandingan ini bukan hanya soal adu ketangkasan, melainkan juga sebuah derby yang sarat gengsi dan persaingan, dipimpin oleh dua pelatih tangguh, Azkhar Darno di kubu PS Polmas dan Daeng Masiga di pihak PS Sandeq Polman.

Taktik dan Kecemerlangan di Lapangan
Sejak peluit wasit Nasbir ditiup, PS Polmas langsung menunjukkan agresivitasnya, menerobos pertahanan PS Sandeq dengan serangan cepat yang mematikan. Namun, PS Sandeq dengan tenang mengendalikan situasi, meredam tekanan lawan dan berbalik menekan dari berbagai sisi. Pertandingan pun menjadi ajang adu taktik yang intens, di mana setiap langkah dan gerakan pemain terasa seperti tarian yang mempesona.

Pada menit ke-33, momen magis terjadi. Yusripal, pemain PS Polmas nomor punggung 19, berhasil memperdaya kiper Sandeq, Umar. Dalam kemelut di depan gawang, sebuah sontekan kaki kanannya mengarahkan bola ke sisi kiri gawang yang tak mampu dijangkau oleh Umar. Sorak-sorai penonton bergemuruh, PS Polmas unggul 1-0.

Kedua: Kejayaan dan Ketegangan
Memasuki babak kedua, PS Polmas kembali menunjukkan dominasi. Pada menit ke-63, Hardianto, penyerang nomor punggung 30, melesat melewati beberapa pemain Sandeq dan mengecoh kiper, membuat skor menjadi 2-0. Seakan belum puas, tiga menit kemudian, sebuah kesalahan kiper Sandeq memberikan peluang emas bagi Erwin Alijas. Meski tendangan keras Erwin ditepis, bola memantul ke kaki Yusripal yang dengan mudah menciptakan gol ketiga, mengukuhkan skor 3-0.

PS Sandeq berusaha bangkit, mendapatkan hadiah penalti yang sayangnya hanya membentur tiang gawang. Hingga peluit akhir berbunyi, skor tetap 3-0 untuk kemenangan PS Polmas, menobatkan mereka sebagai juara Liga 3 Sulbar dan memastikan tiket ke babak nasional.

dan Harapan Masa Depan
Panitia menetapkan Erwin Alijas sebagai pemain terbaik, Akbar Aras sebagai kiper terbaik, dan Muh Yusuf Bento dari PS Sandeq sebagai pencetak gol terbanyak. Prestasi ini menambah kemeriahan euforia kemenangan. Juara ketiga diraih oleh Mandar United FC dan PS Matra Pasangkayu, dengan PS Sandeq Polman sebagai runner-up.
Ketua Asprov PSSI Sulbar, Agus Ambo Djiwa, menyampaikan rasa syukur atas pelaksanaan Liga 3 Sulbar yang berlangsung aman dan sukses. Ia berharap PS Polmas dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk berprestasi di tingkat nasional, mengangkat nama persepakbolaan Sulbar ke panggung yang lebih besar.

Manager PS Polmas, H Muhammad Sain, juga menyatakan kebahagiaannya atas kemenangan ini. Ia menegaskan kesiapan timnya untuk berlaga di tingkat nasional, dengan dukungan dari lima perusahaan yang siap mensponsori. "Saya menyerahkan sepenuhnya kepada pelatih untuk mempersiapkan tim PS Polmas menjelang berlaga di tingkat nasional. Termasuk menambah kekuatan dengan mengontrak pemain," tandasnya.

Pertandingan final Liga 3 Zona Sulbar antara PS Polmas dan PS Sandeq Polman bukan hanya soal kemenangan, tetapi juga tentang kebanggaan, perjuangan, dan harapan. Dari tanah Polewali Mandar, sebuah kisah gemilang kembali ditorehkan, menginspirasi generasi muda untuk terus bermimpi dan berjuang demi kejayaan sepak bola Indonesia. Dengan persiapan matang dan semangat pantang menyerah, PS Polmas siap mengharumkan nama Sulawesi Barat di kancah nasional. (**)

pengikut

Kisah Abd. Rasak S.Pd dan Perjuangan di SDN 024================================Di ujung barat Kecamatan Luyo, Kabupaten ...
04/08/2024

Kisah Abd. Rasak S.Pd dan Perjuangan di SDN 024
================================
Di ujung barat Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman, berdiri sebuah gedung sekolah yang menyimpan sejuta cerita. Gedung itu adalah SDN 024 Karoke, tempat di mana seorang pendidik bernama Abd. Rasak S.Pd mengabdikan dirinya. Sejak pertama kali menginjakkan kaki sebagai guru biasa di sana, Rasak telah menunjukkan dedikasi dan komitmen yang luar biasa hingga akhirnya diangkat menjadi Kepala Sekolah.
Rasak bukan sekadar guru. Dalam perjalanannya, ia berhasil melahirkan generasi siswa-siswi berprestasi yang mampu bersaing hingga ke tingkat menengah dan universitas. Namun, di tengah obrolan panjang yang hangat, Rasak tiba-tiba terdiam. Ekspresi wajahnya berubah muram, seolah ada beban berat yang menghantui pikirannya.
Dengan suara serak, ia mulai bercerita tentang keprihatinannya terhadap kondisi murid-murid SDN 024 Karoke dalam beberapa tahun terakhir. Prestasi yang dulu gemilang kini merosot tajam. Ada siswa yang lulus meski belum lancar membaca dan menulis. Rasak mengakui bahwa kemajuan teknologi, meski membawa banyak manfaat, juga memberikan dampak negatif bagi anak-anak sekolah. Ponsel, misalnya, lebih banyak digunakan untuk bermain game daripada membaca.
Sejak diberlakukannya Kurikulum Merdeka Belajar dan Undang-Undang Perlindungan Anak, tantangan yang dihadapi semakin kompleks. Rasak menyadari betapa pentingnya peran orang tua dan lingkungan dalam mendukung perkembangan anak-anak, terutama mereka yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Abd. Rasak S.Pd adalah potret seorang pendidik yang tak kenal lelah memperjuangkan masa depan anak-anak didiknya. Di balik senyum dan semangatnya, tersembunyi kepedulian dan kegelisahan yang mendalam akan nasib generasi penerus. Ia percaya, dengan kerja keras dan dukungan semua pihak, kejayaan SDN 024 Karoke bisa kembali diraih.(**)

SDN 059 Sumael: Menyemai Harapan di Tengah Ketidakpastian=============================Di pinggiran Kecamatan Limboro, SD...
18/07/2024

SDN 059 Sumael:
Menyemai Harapan di Tengah Ketidakpastian
=============================
Di pinggiran Kecamatan Limboro, SDN 059 Sumael berdiri kokoh meski terpaan angin dan hujan telah menuaikan dinding-dindingnya. Di sinilah, di sekolah yang sederhana ini, Anwar S.Pd, sang kepala sekolah, menanam benih-benih harapan bagi generasi mendatang.

Tahun ajaran 2024/2025 akan menjadi babak baru bagi sekolah ini. Dengan hati penuh semangat, Anwar memprogramkan untuk menyiapkan baju seragam bagi seluruh siswa baru. Ini bukan sekadar pemberian pakaian, melainkan sebuah simbol bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, layak mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan.

Namun, Anwar tidak bisa menutup mata akan keadaan fisik bangunan sekolah. Dengan penuh harap, ia memandang masa depan, berharap tangan-tangan pemerintah sudi merengkuh dan memberi perhatian untuk merehabilitasi gedung kelas yang sudah tak lagi layak huni. Bangunan tua itu seakan menjadi saksi bisu perjuangan para guru dan siswa yang tetap berjuang dalam keterbatasan.

Jumlah siswa di SDN 059 Sumael tidaklah banyak. Setiap kelas seolah bercerita tentang kegigihan anak-anak ini untuk menimba ilmu. Di kelas satu, ada delapan siswa yang setiap pagi datang dengan wajah ceria. Di kelas dua, tujuh anak, sementara di kelas tiga dan empat masing-masing terdapat tiga belas siswa yang tekun. Kelas lima dihuni oleh delapan siswa, dan kelas enam, yang sebentar lagi akan meninggalkan SDN 059 Sumael, terdiri dari sebelas anak.

Total enam puluh siswa ini adalah cerminan masa depan, harapan yang selalu menguatkan Anwar dan para guru. Mereka tidak sendirian. Di bawah naungan SDN 059 Sumael, ada lima orang PNS yang setia mengajar, tiga orang P3K yang tak kalah berdedikasi, dan beberapa tenaga honorer yang melengkapi. Ada seorang guru penjas, seorang guru SBK, seorang tenaga perpustakaan, seorang caraka, dan seorang operator. Total ada tiga belas orang yang berjuang bersama Anwar, membangun masa depan anak-anak bangsa.
SDN 059 Sumael bukan hanya sekadar sekolah. Di tempat ini, setiap dinding dan setiap jendela memiliki cerita. Cerita tentang perjuangan, tentang harapan, dan tentang masa depan yang lebih baik. Dan Anwar, bersama timnya, akan terus berjuang, menyemai harapan di tengah ketidakpastian. (**)



"Kesuksesan sebuah tim bukan hanya hasil dari individu yang unggul, tetapi dari kemampuan untuk bekerja bersama, menghar...
12/12/2023

"Kesuksesan sebuah tim bukan hanya hasil dari individu yang unggul, tetapi dari kemampuan untuk bekerja bersama, menghargai perbedaan, dan menuju arah yang sama."

Polewali Mandar 2024
11/01/2023

Polewali Mandar 2024

11/01/2023
Kolaborasi dan Inovasi Gerakan Literasi di Masa Pandemi   Oleh : Abdul Rajab AbduhSaat ini, Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB...
18/04/2022

Kolaborasi dan Inovasi Gerakan Literasi di Masa Pandemi
Oleh : Abdul Rajab Abduh
Saat ini, Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) sedang dijalankan oleh seluruh masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini tentunya banyak mempengaruhi sejumlah aktivitas kita, salah satunya adalah gerakan literasi. Hampir menemui jalan buntu untuk kembali ke keadaaan “normal” yang dibangun di atas reruntuhan kehidupan lama kita.
Ditengah gerakan literasi yang sedang gencar - gencarnya dilaksanakan oleh lembaga pemerintah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM), serta komunitas lainnya terkendala akibat pandemi Covid-19. Namun semua kendala tersebut dapat diminimalisir dengan berbagai gerakan inovasi, di antaranya dengan terus bergerak melalui kegiatan gelar buku dari rumah ke rumah, diskusi-diskusi, bahkan membuat konten media sosial yang berkaitan dengan literasi.
Pada prinsipnya TBM dirancang untuk memenuhi kebutuhan kreasi dan rekreasi masyarakat. TBM tidak hanya menyediakan buku - buku saja, namun menciptakan aktivitas kreatif yang melibatkan partisipasi masyarakat. Selain itu, TBM harus menghindari nuansa kekakuan dan kesunyian, namun lebih kepada menciptakan suasana senang.
Secara garis besar, hal penting yang harus dimiliki pengelolaan TBM, diantaranya Tenaga Pengelola, Sarana dan Prasarana, serta Rencana Program yang terencana dan disusun secara partisipatif.
Program kerja menjadi sesuatu yang spesial, karena disitulah keunggulan dan kekhasan dari Taman Bacaan Masyarakat. Berbagai contoh kegiatan yang lazim dilakukan antara lain: membaca bersama, menonton film, menulis bersama, membuat buku sejarah kampung, belajar bersama seorang tokoh, belajar menulis dari para penulis, menceritakan kembali isi buku, teater, musik, belajar dari lingkungan sekitar, bedah buku, dongeng, membuat buletin, berkunjung ke TBM lain, dan sebagainya.
Dalam Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Selanjutnya, budaya membaca, menulis, dan berhitung disebut literasi, Dijelaskan dalam Undang -Undang Nomor 43 Tahun 2017 tentang sistem perbukuan. Dalam Pasal 1: Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Melalui regulasi ini, pemerintah secara tegas ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa membaca adalah tolak ukur kualitas pendidikan, kawah candradimuka peradaban umat manusia.
Pada acara peresmian Gedung Lab PKBM Putra Kembar yang digelar 11 Desember 2020 lalu, sekaligus dirangkaikan dengan donasi buku oleh TBM Afdal Putra Kembar kepada sejumlah TBM dan TK-PAUD se-Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar. Melalui kegiatan donasi buku bacaan ini, diharapkan dapat membantu pergerakan aktivitas literasi pada masa pandemi hingga Adaptasi Kebiasaan Baru.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, TBM Afdal Putra Kembar berkolaborasi dengan sejumlah TBM lainnya, diantaranya TBM Mandar Pustaka Lekopadis, TBM Batu Melluang Galung Lombok, Lembaga Bura’ Pia, serta pengurus Karang Taruna desa se-Kecamatan Tinambung. Salah satu program kegiatan literasi yang gencar dilakukan adalah gerakan gelar buku di kampung – kampung.(**)

26/04/2021

DARI KISAH KLASIK DI TINAMBUNG
HINGGA RENCANA DOB BALANIPA
====================================
Menjadi pertanyaan yang menggelitik dan menuntut jawaban yang memuaskan jika menyaksikan pusat keramaian di area Traffic Light Tinambung dan lokasi eks Pasar Tinambung, kok membuat penguasa terkesan belum mampu menatanya dengan baik dan nyaman.
Setelah beberapa tahun lalu lokasi Pasar Tinambung direlokasi ke Talolo dengan harapan agar kita bisa mengurangi kesemrawutan dan kemacetan, untuk menatanya menjadi tempat yang bersih dan nyaman. Bahkan penguasa hari ini terkesan tak tahu harus berbuat apa. Artinya belum bisa memanfaatkan potensi, daya tarik, spesifikasi, kekhasan, dan terutama sejarah besar yang di miliki Tinambung, sebagai pusat pemerintahan Arajang Balanipa di masanya.
Semua orang akan menyayangkan, jika sejarah besar di Tinambung-Balanipa yang sudah melegenda dan tersohor di Sulawesi Barat, tak bisa dieksploitir oleh orang Mandar itu sendiri menjadi sebuah tempat yang berharga, dan sebagai sebuah wilayah Daerah Otonom Baru yang lama diidamkan.
Saya tertarik sedikit mengulas ini, karena tidak lama lagi tema ini akan kembali mengemuka diajang pentas politik di Sulawesi Barat. Sudah dapat dipastikan, tema Balanipa akan menjadi “tagline” pamungkas para politisi untuk menggaet simpati masyarakat dengan harapan bisa meraup suara yang mendulang. Cerita cita-cita DOB Balanipa hanya akan riil dalam bahasa politik yang tak berwujud.
Tapi disini saya tidak akan mengulas jauh terkait Balanipa, saya justru lebih tertarik dengan kisah klasik bulan Ramadhan di Tinambung. Seperti tahun sebelumnya, setiap memasuki bulan Ramadhan, para pedagang kuliner khusus Ramadhan akan tumpah di perempatan jalan Traffic Light Tinambung. Para penjual takjil buka puasa ini berdatangan dari berbagai wilayah Tinambung dan sekitarnya.
Para pedagang tersebut, berkreasi sendiri menggelar barang jajanannya di sepanjang dua sisi jalan sekira 50 meter antara Lampu Merah dan Jembatan Tinambung. Badan jalan yang tidak begitu luas itu sudah pasti akan menyempit untuk berlalu lintas, bahkan area untuk pejalan kaki sudah tertutup dengan kaki lima. Akhirnya macet pun kembali tercipta, meski disisi lain disadari bahwa rakyat juga punya hak untuk mengais rejekinya sendiri.
Penulis membayangkan, betapa indahnya kalau kota Tianambung ini benar-benar bisa menjadi sebuah kawasan yang menarik, sehat dan nyaman, dimana ruang para pedagang kaki lima bisa tertata dengan baik. Pembangunan trotoar yang lebar dan menyiapkan tempat terpusat para PKL. Saya rasa dua kebijakan ini demi untuk memuliakan para pengguna jalan dan para pencari rejeki di kaki lima.
Kemudian, penulis juga terbayang, bayaknya berdiri kios atau kafe-kafe tenda, pedagang kaki lima yang tertata rapi di sepanjang area kota Tinambung. Kalau saja hal ini bisa terwujud akan sangat menguntungkan bagi pemerintah dalam meningkatkan pemasukan retribusi dan pajak bagi pembangunan wilayah. Terlebih lagi bagi warga bisa mencari rejeki dengan nyaman tanpa penggusuran, sekaligus menjadi tempat berbelanja dan rekreasi menghilangkan kejenuhan. (*next*)

Ahmad Saifuddin Banru:Sosok Sederhana dan MerakyatCatatan : Abdul Rajab AbduhSuara Rakyat.Puang Appe adalah sapaan pengh...
14/12/2020

Ahmad Saifuddin Banru:
Sosok Sederhana dan Merakyat
Catatan : Abdul Rajab Abduh
Suara Rakyat.Puang Appe adalah sapaan penghormatan oleh masyarakat yang ditahtakan kepadanya. Beliau adalah putra ketiga dari Pak Banru, seorang tokoh pejuang pembebasan rakyat Mandar dimasa gerilyawan, dan sang ibu bergelar Puang Hj.Djo’ma seorang bangsawanan dari Pappuangan Batu.
Sosok pria kelahiran Lampa, Polewali Mandar pada tahun 1965 silam, memiliki perawakan yang berwibawa dan jiwa kepemimpinan yang kuat. Saat ini beliau menjabat sebagai Inspektur Inspektorat Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.
Meskipun dirinya disibukkan dengan pekerjaan sebagai kepala perangkat daerah, namun dia tetap meluangkan waktu untuk tetap bersilaturrahmi dengan sanak familinya. Beliau memang terkesan sosok yang peramah dan sangat peduli dengan lingkungan sosialnya. Maka tak salah jika beliau pernah dipercaya sebagai Kepala Dinas Sosial Kabupaten Polewali Mandar.
Ahmad Saifuddin Banru, begitu nama lengkapnya, seorang anak desa yang terbilang punya banyak prestasi gemilang sebagai birokrat. Beliau tak mengenal rasa takut untuk berbuat sesuatu yang baik,” Bekerja dengan dilandasi niat yang tulus dan ikhlas, maka kebaikan akan selalu menyertai kita,” begitulah prinsip hidupnya.
Adik dari budayawan, M.Thalib Banru ini memulai karirnya sebagai Kepala Desa Rappang Barat, Landi Kanusuang, setelah menyelesaikan pendidikannya pada Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia di Makassar. Melalui jabatan kepala desa inilah, Puang Appe memulai mengasah kemampuannya dalam pemerintahan, serta banyak mewarnai pengalaman hidupnya diusia yang masih tergolong muda saat itu.
Selama dua periode menjadi kepala desa, suami dari Hj.Muhasbih (Anggota DPRD Kab.Polewali Mandar Periode 2019-2024), kemudian diangkat menjadi Pengawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Pemda Polewali Mandar,yang selanjutnya menjabat sebagai Lurah Pelitakan. Setelah sukses menjadi Lurah Pelitakan, oleh Bupati Polewali Mandar, Ali Baal Masdar ketika itu mempercayakan beliau sebagai Camat di Kecamatan Tapango.
Mengenal Ahmad Saifuddin semakin menarik dalam perjalanan karirnya yang terbilang cepat menuju jabatan eselon.Tak berlebihan jika dikatakan bahwa dirinya memiliki skill kemampuan personal diatas rata-rata pemimpin pada umumnya. Kalimat ini terbukti, hanya sekira dua tahunan saja sebagai Camat Tapango, beliau kembali dilantik sebagai Kepala Sat.Pol PP Kabupaten Polewali Mandar.
Disinilah awal karirnya dijabatan Eselon II Pemda Polewali Mandar, dari Kasat Pol PP kemudian secara berurut diangkat menjadi Kepala Dinas Perhubungan dan Kominfo, Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, dan Inspektur Inspektorat Kabupaten Polewali Mandar hingga saat ini.
Jika ditanya apa kiat suksesnya dalam menjalani karirnya, maka beliau akan menjawab,” Berbuatlah dengan ikhlas, karena apapun yang dilakukan dengan tulus, InsyaAllah akan diberikan yang baik p**a,” sebuah kalimat sederhana yang patut menjadi inspirasi bagi kita semua. (**)

-Tidak butuh menjadi hebat untuk menggapai apa yang kita kehandaki-

06/12/2020

CATATAN MENUJU PILKADA 2020

KEBEBASAN, PELUANG, DAN TANTANGAN
Oleh : Abdul Rajab Abduh

Melakukan penelusuran tentang Pilkada ternyata lebih harfiah ketimbang mencari berita di ajang – ajang bergensi lainnya. Disini kita langsung di pertemukan dengan para makelar politik, tokoh politik, dan masyarakat sebagai bias politik yang akan jadi primadona bagi para kandidat.
Berpijat dari keprihatinan dan kekuatiran pengalaman Pilkada yang telah berlalu di Sulbar, saya melakukan penelusuran ditengah – tengah masyarakat kecil.
Temuan pertama, seorang abdi negara menceritakan pernak - pernik buram masa lalu (Pilgub Sulbar-red.) sulitnya dihapuskan berbagai praktik manip**asi pada pilkada – pilkada yang telah lewat, mulai dari masa kampanye yang dibarengi berkembangnya rumor money politic oleh kelompok yang “berduit” hingga kekecurangan dalam perhitungan suara, sekalipun pemantau dari semua lembaga maupun parpol membanjiri setiap TPS.

Bertambahnya tokoh – tokoh baru (non partai ) yang bermunculan sebagai makelar politik mencari perahu yang akan dikendarai menuju arena suksesi Pilkada dengan beragam jargon dan mistifikasi. Kenyataan ini boleh jadi semakin membingunkan masyarakat dalam mengambil sikap dan menentukan pilihan.

Seorang tokoh lain memprediksikan kondisi seperti ini memungkinkan masyarakat kelas menengah ke bawah kembali hanya akan dijadikan komoditi politik semata. Para makelar politik membuat langkah strategis dalam mencari bias pop**aritas di masyarakat, asalkan jangan menjual demokrasi dan suara rakyat yang memang sudah dibungkam oleh sang penguasa. Bahkan tidak jarang didapatkan adanya pengemis intelektual.

Wajah perpolitikan ini adalah karya cipta reformasi yang lahir merubah semua tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang memproklamirkan “kebebasan” untuk terlibat dan siapapun boleh ikut andil.

Siapapun yang berkesempatan untuk menjadi pemimpin di Tanah Mandar ini, semua punya peluang, punya kemampuan intelektual, dan juga punya hak dan tanggung jawab moril masing – masing. Tapi yang kami butuhkan adalah tokoh – tokoh yang mengenal lebih jauh secara historis budaya Mandar dan mampu mengendalikan alam, serta bersahabat dengan lingkungan. Ini bukan sesuatu hal yang mudah ,setiap orang butuh waktu paling tidak lima belas tahun mengabdi di negeri ini.

Dalam mendobrak keterpasungan hak rakyat yang terbelenggu oleh aturan – aturan main yang dikemas apik. Pilkada Serentak 2020 ini menjadi lembaran berikutnya dalam sejarah pesta demokrasi di Indonesia. Keterlibatan langsung rakyat menjadi penentu utama, memungkinkan angin segar tidak lama lagi akan bertiup di Sulbar. (Arja)

Address


Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Suara Rakyat Sulbar posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Videos

Shortcuts

  • Address
  • Alerts
  • Videos
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share