
31/03/2025
Cerita dari Dihiburkan oleh momen Lebaran
Tahun ini seingatku adalah Lebaran kedua kami ga pulang kampung setelah menikah. Yang pertama itu saat Lebaran 2020 karena pembatasan mobilisasi di masa Covid.
H-1 lebaran ibu Riyan meninggal, jadi ketidak-pulangan kami saat itu bukan hanya *tidak mudik* tapi juga gagal bisa hadir di pemakaman ibu mertuaku. Sedihnya luar biasa.
Keesokannya tepat saat Idulfitri, tetangga kami di gang singkong kesayangan inisiatif mengadakan kumpul-kumpul merayakan Lebaran. Ada rendang, lontong sayur, dan berbagai hidangan enak lainnya. Saat itu kebanyakan dari kami menanggung perasaan yang sama: rindu keluarga di tanah asal. Namun hanya aku dan Riyan yang hadir dengan hati berduka.
Waktu Riyan bercerita ke tetangga, mereka menyatakan turut berduka diiringi beberapa tepukan di punggung.
Usai kumpul di gang dan kembali di rumah masing-masing, aku dan Riyan merasa jauh lebih ringan. Sedih masih ada, tapi jadi tidak terlalu kesepian.
Barusan di meja makan, kami santap spagetti bolognese yang lupa aku tambah baso, kami bahas momen itu dan kami menyimpulkan itulah “cara manis Tuhan menghiburkan kami”.
Momen lebaran kali ini Puji Tuhan tanpa berita duka. Namun meriahnya kembang api di luar rumah kami dengan gema takbiran mengingatkan kami kesan yang sama 5 tahun lalu: perasaan ringan dan tidak (terlalu) sendirian.
Selamat Idulfitri kawan-kawanku 🫶🏼✨
Mohon maaf lahir dan batin ya ❤️
Tuhan memberkati 🤗