Livy Dovey

Livy Dovey drama📲
Day in my life💅
trend tiktok👯

Aku ceraikan istriku karena sakit-sakitan dan tak menarik lagi. Setahun kemudian aku melihat seorang artis cantik yang s...
22/07/2025

Aku ceraikan istriku karena sakit-sakitan dan tak menarik lagi. Setahun kemudian aku melihat seorang artis cantik yang sedang viral sangat mirip dengan mantan istriku itu. Ternyata artis itu adalah ....

Bab 2. Sakit Hati

Pov Lidia

"Bikin malu saja! Kau lihat tadi, hah? Semua orang memandang jijik padamu!"

"Aduuh sakit, Mas." Mas Yusuf terus menarik tanganku agar keluar dari ballroom sebuah hotel ternama di kota ini.

"Menyesal aku mengajakmu ke acara itu. Seluruh teman-temanku menatapku dengan tatapan jijik. Semua gara-gara kamu!" hardiknya dengan tatapan nyalang padaku.

"Aku minta maaf, Mas. Harusnya aku tidak ikut tadi," lirihku dengan masih menahan sesak di dada. Dinginnya ruangan tadi membuatku terus terbatuk-batuk hingga merasa sesak.

Air mataku terus mengalir. Hati ini terasa perih bagai teriiris sebilah pisau. Suami yang dulu memujaku, kini seakan enggan berdekatan denganku.

Hingga tiba di area parkir, Mas Yusuf membentakku tanpa perasaan. Dia mendorong-dorong tubuhku agar segera masuk ke dalam mobil. Dia tak ingin ada teman-teman kantornya melihatku lagi. Sehina itukah aku, hingga dia sangat malu jika aku berada di dekatnya.

Selama di dalam mobil Ia terus saja mengumpat dan memarahiku. Ya Allah, tidak ada seorangpun di dunia ini yang ingin sakit. Tapi kenapa suamiku selalu menganggap bahwa ini adalah kesalahanku.

Di saat sakit seperti ini aku berharap sedikit perhatian darinya. Setidaknya untuk menjaga perasaanku. Tapi justru hinaan dan makian yang aku dapat.

"Kamu lihat para istri teman-temanku. Harusnya kamu pandai menjaga dan merawat tubuh seperti mereka. Tidak seperti sekarang ini. Sudah kurus, pucat lagi. Melihat wajahmu saja aku sudah malas. Apalagi tubuhmu!"

Mas Yusuf melirikku dengan sudut matanya seakan aku adalah kotoran yang sangat menjijikkan. Nada suaranya yang masih terdengar emosi membuat hatiku semakin nyeri.

"Ya Allah, Mas. Kamu kan tau bahwa aku sedang sakit. Aku mohon bersabarlah. Nanti kalau sembuh, aku pasti bisa seperti mereka lagi," jawabku dengan tangis yang tak tertahankan. Tubuhku gemetar menahan emosi. Satu tanganku menekan dada ini yang semakin terasa sesak dan nyeri.

"Kapan? setahun lagi? selama itu aku akan terus dipermalukan olehmu!" teriaknya seraya menunjuk wajahku dengan kasar.

"Astagfirullahaladzim ... Istighfar, Mas. Tolong jangan berbicara seperti. Tidak sekalipun aku berniat mempermalukanmu. Tolonglah sedikit saja mengerti." Aku berusaha untuk sabar walau rasanya sudah tak sanggup berada di dekat suamiku ini.

"Siaaal!" teriaknya kesal seraya memukul setir mobil.

Mas Yusuf membuang nafas kasar dan kemudian diam. Matanya masih memancarkan kemarahan. Aku tak berani mengajaknya berbicara lagi. Hingga kamipun sampai di rumah.

Mas Yusuf turun dari mobil lebih dulu tanpa menghiraukanku. Tubuhku yang semakin lemas berusaha untuk turun dari mobil sendiri. Secara perlahan aku masuk ke dalam rumah.

Saat malam tiba suamiku itu sama sekali tidak menyapa. Di tengah malam aku terjaga karena demam tinggi, ia sama sekali tidak peduli. Jangankan untuk membantu mengambilkan obat. Rintihan dan tangisku saja tidak di hiraukannya. Entah sampai pukul berapa aku menangis menahan rasa sakit. Hingga tanpa sadar aku pun tertidur.

---------

"Lidia, mana bajuku?" teriak Mas Yusuf saat pagi tiba. Ternyata dia baru saja selesai mandi karena hendak berangkat kerja.

"Ada di lemari, Mas. Maaf aku belum ambilkan. Badanku rasanya masih demam," sahutku gemetar karena badanku menggigil. Hampir setiap pagi aku seperti ini. Namun kadang aku tetap memaksakan diri untuk mempersiapkan semua kebutuhan Mas Yusuf. Entah kenapa belakangan ini untuk bangun saja aku rasanya tidak kuat.

"Halah alasan aja. Bilang aja malas. Sedikit-sedikit sakit. Nggak ada gunanya kamu!" Hardik Mas Yusuf dengan tatapan nyalangnya.

"Ya Allah, Mas teganya kamu ...," sahutku seraya berusaha bangun dari tempat tidur.

"Dasar istri nggak becus! Ngurus diri sendiri aja kamu nggak bisa, apalagi mengurusku," ketusnya sambil mengacak-acak lemari yang tadi rapi kini jadi berantakan lagi.

"Ya Allah, Mas." Aku memandang sedih lemari yang sudah susah payah aku rapikan, kini isinya berhamburan di lantai.

"Aku benar-benar sedang sakit, Mas. Dokter bilang aku bisa sembuh. Asalkan berobat rawat jalan selama setahun." jelasku untuk yang kesekian kalinya.

Perlahan aku mencoba menghampiriinya.

"Aku tidak peduli. Yang aku mau, kamu bisa mengurusku seperti dulu lagi!" ketusnya. Kemudian berlalu meninggalkanku. Mas Yusuf memakai pakaiannya di ruang kerjanya. Belakangan ini jika di rumah, suamiku itu lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja dari pada di kamar bersamaku. Kami tak lagi bermesraan maupun bercengkrama seperti dulu. Mungkin sudah tak ada lagi cinta untukku.

Laki-laki yang tiga tahun lalu pernah berjanji di depan orang tuaku untuk selalu menjagaku, kini telah berubah.

Beberapa bulan belakangan ini, Mas Yusuf justru melanggar janjinya. Dia tak lagi menjagaku dengan baik. Dia tak lagi menjaga hatinya untukku. Bahkan dia selalu berdusta dan menyakiti hati serta perasaanku.

Hampir tiap hari Mas Yusuf p**ang malam. Dan setiap bulan selalu ada jadwal keluar kota. Tidak seperti biasanya.

Diam-diam aku selidiki, ternyata suamiku itu memiliki wanita lain bernama Rena. Entah di mana dia mengenalnya. Rena memang jauh lebih seksi dan memikat.

Tapi aku pura-pura tidak tau. Aku ingin laki-laki itu berterus terang. Biarlah dia mendua, asalkan ia tetap mencintaiku. Namun ternyata hatiku tak kuasa menahan beban perasaan. Hingga semakin hari kesehatanku menurun. Dokter bilang Aku harus tertib rawat jalan selama setahun.

Aku menjadi lemah dan mudah lelah. Namun tetap berusaha melayani suamiku. Tapi apa daya aku tak seperti dulu lagi

"Dasar penyakitan, bikin susah aku saja!"

"Bagaimana kamu mau becus mengurusku? Urus dirimu sendiri saja kamu nggak bisa. Dasar lamban!"

Hampir setiap hari aku mendapat celaan dan makian yang sama darinya. Semakin sesak dadaku rasanya.

Jangankan untuk memberi nafkah bathin, menyentuhku saja Ia seolah jijik padaku.

"Penampilanmu sungguh memalukan, Lidia. Sebaiknya kau tak usah ikut-ikut lagi kemanapun aku pergi!" ucapnya membuat hati ini terasa di remas .

Padahal dulu, laki-laki itu begitu memujaku. Begitu menyanjungku. Aku selalu di perlakukan bak ratu olehnya.

Namun kini, ketika aku sakit Ia tidak peduli sama sekali.

Hingga pagi itu, ketika dengan tiba-tiba ia menalakku dengan alasan yang tidak masuk akal. Dengan alasan bahwa aku sakit dan tidak bisa mengurusnya lagi.

Aku tau, Mas. bahwa itu hanya alasanmu saja. Agar kamu bisa selalu bersama dengan perempuan itu. Perempuan gila harta yang sudah mengambil hampir semua hakku.

Aku terima semua keputusanmu. Akupun sudah tak sudi untuk mengemis cinta padamu lagi. Biarlah aku kaup**angkan ke rumah orang tuaku. Mereka sangat menyayangiku. Dan tak akan pernah rela anak yang di besarkannya dengan penuh kasih sayang, disakiti jiwa dan hatinya olehmu.

Aku yakin pasti akan sembuh. Aku pasti akan kembali seperti dulu lagi. Lihat saja nanti, Mas. Karma akan menghampirimu dan pelakor murahan itu.

BACA DI KBM
Judul : PESONA MANTAN ISTRI ( Ditalak Karena Sakit)
Penulis : Rina Novita

Artis yang sedang viral itu mirip dengan mantan istri yang aku talak setahun yang lalu karena sakit-sakitan. Setelah aku...
22/07/2025

Artis yang sedang viral itu mirip dengan mantan istri yang aku talak setahun yang lalu karena sakit-sakitan. Setelah aku cari tau ternyata artis itu adalah ....

Bab 4. Merindukannya

Dengan rasa penasaran yang meronta-ronta, aku terus membuka satu-persatu foto-foto Darasifa. Kuperhatikan wajahnya baik-baik. Memang model muslimah itu jauh lebih cantik. Namun kenapa mereka sangat mirip sekali?

Matanya ... ya mata bulat namun terkesan sendu dan tenang itu sangat tidak asing bagiku. Senyum itu. Senyum yang menenangkan setiap orang jika memandangnya.

Arrgh ...! Tidak mungkin itu Lidia. Mana mungkin Lidia menjadi model. Wanita itu sangat sederhana. Difoto saja dia sangat pemalu.

Apa mungkin mereka kembar? Tapi dulu selama aku menjadi suaminya, Lidia bilang bahwa dia adalah anak satu-satunya.

Drett ... Drett

Aku terlonjak karena tiba-tiba ponselku bergetar. Tertera nama Rena di sana.
Ah, Ya ampuuun. Pasti wanita itu berteriak minta diantarkan makanan. Dasar manja!

"Hallo, Maaaas. Mana makanannyaaa ...?Aku sudah lapar, nih!"

Tuh, kan betul dugaanku. Entah bagaimana caranya menasehati istriku itu. Semua apa yang dia minta harus segera di layani.

"Maaaas ! Kok diam ?"

"Iy-iyaa sayang. Sabar dulu ya. Sebentar lagi aku pesankan. Aku baru saja selesai meeting," sahutku. Lalu segera memesankan makanan kesukaannya secara online.

Setelah memastikan bahwa Rena telah menerima makanannya. Aku kembali fokus pada Darasifa. Artis cantik itu terus manggangu pikiranku.

"Rud, tolong bantu aku untuk mendapatkan Darasifa sebagai model produk kita. Kali ini perusahaan memberikan tanggung jawab itu padaku." Aku menghenyakkan tubuhku pada kursi di hadapan Rudi, asistenku.

"Oke bos. nanti aku cari informasi kontak manajernya."

"Aku tunggu secepatnya. Cari tau juga jadwal pemotretannya. Aku mau ketemu langsung,"ujarku seraya menyalakan laptop.

"Cieeee, awas ntar naksir!" goda Rudi terkikik.

"Menurut informasi, tidak mudah untuk melakukan kontrak kerjasama dengan artis muslimah itu. Aku penasaran. Apa maunya wanita cantik itu sebenarnya."

"Wah aku enggak ikut-ikutan kalau Mbak Rena sampai cemburu ya." Lagi-lagi Rudi menggodaku.

Pekerjaanku selesai hingga pukul delapan malam. Aku bersiap untuk p**ang. Kubuka beberapa pesan dari istriku yang baru sempat kubaca. Lagi-lagi ia meminta dibawakan makanan untuk makan malamnya.

Apa saja yang di kerjakan istriku itu di siang hari jika makan saja harus mengandalkanku?

Lama-lama kesabaranku bisa habis. Cukup sudah selama ini aku memanjakannya. Apapun yang ia minta selalu aku turuti.

Aku berhenti di sebuah rumah makan padang ternama di kota ini. Atas permintaan Rena melalui pesannya di ponselku.

(Maaaas, nanti p**angnya beliin nasi padang di restoran yang mewah itu yaaaaa. Ingat! aku pakai ayam bakar dua)

Pantas saja tubuhmu makin besar, Rena. Makanmu saja lebih banyak dariku.

Selama perjalanan aku berpikir bagaimana cara untuk merubah istriku ini. Setiap aku minta untuk masak, selalu banyak alasan yang dia utarakan.

Kadang aku rindu masakan rumah. Rindu sambutan hangat dengan hidangan nikmat masakan istriku di meja makan.

Lidia, Sepertinya aku merindukan wanita itu. Kenapa setelah berpisah baru aku rasakan begitu sempurnanya wanita itu sebagai seorang istri.

Aarrgghh.....! Kembali merutuki kebodohanku di masa silam. Membuang berlian seperti Lidia.

"Sudah p**ang, Mas? mana pesanannku?"

Selalu seperti itu Rena menyambutku. Tidak ada air minum untukku di meja. Tidak ada air hangat untuk aku mandi.
Yang dia pikirkan hanya perutnya saja.

"Rena, mana baju-bajuku?" tanyaku masih melihat lemari yang kosong.

"Sebagian belum aku setrika, sebagian lagi masih di keranjang cucian," sahutnya.

Aku membuang nafas kasar.

"Kenapa tidak kamu cuci dan setrika semua bajuku?" tanyaku menahan emosi.

"Ribet banget sih, Mas. Besok pagi Mas antar aja ke laundry sekalian jalan kerja ya. Lalu ambil lagi besoknya sep**ang kerja. Gampangkan?" sahutnya tenang seraya menonton televisi.

"Renaaa ...!!" Kamu pikir aku asisten rumah tanggamu ,hah? Seenaknya saja kamu menyuruhku untuk jemput antar cucian ke laundry. Kenapa tidak kamu saja yang jalan??"

Rena tersentak mendengar bentakanku.

"Kamu tau enggak? Aku sudah lelah seharian kerja. Sedangkan kamu ngapain aja di rumah??" Akhirnya keluar juga uneg-unegku selama ini.

Rena terngamga mendengar ucapanku. Pasti ia tak menyangka aku akan membentaknya dengan kata-kata itu.

Perlahan ia bangkit dan melangkah mendekatiku.

"Kamu lupa dengan janjimu dulu, Mas?Sebelum menikahiku kamu janji akan membahagiakanku. Kamu akan menjadikan aku ratu di rumah ini." Rena berkata tenang namun penuh penekanan, seraya bertolak pinggang di hadapanku.

Ya, dulu aku memang berjanji demikian. Saat itu aku sedang tergila-gila padanya. Apapun yang ia minta pasti aku berikan. Termasuk untuk menceraikan Lidia.

"Besok aku akan mempekerjakan asisten rumah tangga dari sebuah yayasan dekat kantorku. Kamu tidak boleh protes. Jika keberatan, Kamu harus mau mengerjakan semua pekerjaan rumah ini," tegasku dan kemudian berlalu dengan pakaian yang masih kusut.

Aku tidak lagi mendengar protes dari Rena. Semoga saja itu artinya dia setuju denganku.

Akupun menghubungi ketua yayasan yang kudatangi tadi siang. Mereka akan mengirim asisten rumah tangga untukku besok pagi-pagi sekali.

Malam kian larut. Rena mendekatiku yang kini sedang duduk bersandar di atas ranjangku.

"Maas, ini cantik enggak?" Rena memperlihatkan sebuah foto di ponselnya.

"Darasifa ...??" Aku membelalak melihat foto Darasifa yang diperlihatkan Rena padaku.

"Maaaaas ..!! maksudnya yang cantik bukan modelnya. Tapi kalung yang dia pakai. Aku mau, Maaas," rengeknya seperti bocah yang minta jajan pada ibunya.

Rena memang belum pernah bertemu dengan Lidia Jadi dia tidak akan tau kalau Darasifa itu sangat mirip dengan mantan istriku.

"Maaaas, gimana kalungnyaaa? Jadi beli ya, Ya ?" Rena membuyarkan lamunanku

"Iya." Aku mengangguk. Entah kenapa aku selalu tidak bisa menolak setiap permintaannya.

"Oke besok kamu boleh pesan!" sahutku dengan berat hati.

---------

Tok tok tok

"Assalamualaikum, Pak."

Aku tersentak melihat seorang wanita berhijab lebar dengan kacamata agak tebal dan berwarna samar.

"Waalaikumsalam. Cari siapa, Mbak?"

"Apa benar ini rumah Bapak Yusuf? Saya dari yayasan Sejahtera Keluarga.

Astaga! suaranya lembut sekali. Kenapa terasa sangat nyaman mendengarnya.

"Pak??"

"Oh, eh, iyaaa . Betul. saya Yusuf. Silahkan masuk mbak." Aduh, kenapa aku jadi grogi begini?

"Seperti yang di informasikan oleh yayasan kepada Bapak, Saya bekerja hanya sampai pukul sepuluh pagi. Dan setiap jam enam pagi saya sudah tiba di sini." Jelas wanita itu.

"Maaf, namanya siapa, Mbak?"

"Saya Widia, Pak."

Aku sontak ternganga. Kenapa mirip lagi? Namanya nyaris sama dengan Lidia. Ah, ini semua pasti hanya kebetulan saja.

"Mari Widia, saya antar ke belakang."

"Maaf, istri Bapak ke mana?" tanyanya heran.

"Istri saya masih tidur. Oh ya. Kamu bisa tolong buatkan saya kopi? semua ada di dapur. Kamu cari saja sendiri!"

Widia mengangguk dan berlalu ke dapur.

Tak lama kemudian Wanita itu membawakaku segelas kopi. Segera aku menghirup kopi panas itu dengan menggunakan sendok yang ia sediakan. Tidak seperti Rena yang selalu lupa membawakan sendok dan kopinya tidak pernah pas di lidahku.

Astaga! Kenapa kopi ini rasanya sungguh nikmat sekali. Lagi-lagi kopi ini persis seperti buatan dia. Ada apakah denganku? Kenapa semua yang aku temui selalu membuatku teringat padanya? Apakah aku terlalu merindukannya??

Judul : PESONA MANTAN ISTRI
Penulis : rinanovita
Baca lengkap di aplikasi : Kbmapp & GoodNovel

Artis yang sedang viral itu mirip dengan mantan istri yang aku talak karena sakit-sakitan. Setelah aku cari tau ternyata...
22/07/2025

Artis yang sedang viral itu mirip dengan mantan istri yang aku talak karena sakit-sakitan. Setelah aku cari tau ternyata artis itu adalah ....

Bab 3. Wajahnya Mirip Dia

"Astaga!! ... Kenapa aku bisa kesiangan seperti ini?" Tiba-tiba aku terkejut saat terjaga, karena dari balik kaca jendelaku terlihat sudah terang di luar sana.

"Rena ... Rena bangun!" Kutepuk-tepuk lembut p**i istriku yang masih terlelap.

Kenapa susah sekali dia dibangunkan. Selalu begitu istriku ini setiap pagi. Padahal sudah lebih dari setahun aku menikahinya. Namun tak pernah ada perubahan.

Melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Aku bergegas meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Kupercepat mandiku dan langsung menuju lemari.

Tak mau berlama-lama aku pun lanjut mencari-cari pakaian kerjaku. Kenapa tidak ada di lemari? Ya ampun Renaa! Belum satupun pakaian kerjaku di setrika olehnya.

"Rena ... !"

Istriku tersentak mendengar teriakanku.

"Apa sih, Mas? Ngagetin aja," ketusnya seraya menggeliatkan tubuhnya.

"Tolong setrikakan pakaianku. Aku sudah terlambat!"

"Aah, Aku ngantuk, Mas. Kamu aja yang setrika sendiri ya! Itu tuh di sana baju-bajunya," sahutnya santai dan tak merasa bersalah, seraya menunjuk keranjang yang berisi penuh pakaian di sudut kamar. Tak sedikitpun dia bangkit dari kasur.

Aku segera menghampiri keranjang itu dan mengacak-acak isinya. Semua baju kerjaku masih kusut dan berantakan. Betapa kesalnya hatiku. Namun entah kenapa sampai saat ini aku tak pernah bisa marah padanya. Rena selalu bisa mencari-cari alasan setiap aku protes dengan sikapnya ini.

Namun, kasian juga istriku itu. Ia sepertinya kelelahan melayaniku semalaman. Biarlah kali ini aku menyetrika pakaianku sendiri. Ah, bukan kali ini, tapi hampir tiap hari. Berkali-kali aku menghempas napas kasar.

Rena sudah lama meminta Asisten rumah tangga padaku. Tapi kita belum berhasil mendapatkannya. Selalu saja dia merasa tidak cocok. Wanitaku ini maunya asisten rumah tangga yang cekatan tapi sudah tua, agar aku tidak tergoda katanya. Ada-ada saja.

"Maas, nanti makan siang p**ang nggak?" tanya Rena setelah aku rapi berpakaian.

"Kenapa? pasti minta dibawakan makanan ya?" tanyaku seraya mencolek hidungnya.

Ia mengangguk dan tersenyum manja.

"Ya, nanti aku pesankan online." Rena bersorak gembira dan kembali merebahkan tubuhnya yang semakin lebar itu.

"Aku berangkat, Ya." Aku kecup keningnya dan beranjak keluar menuju mobil. Mengingat hari yang sudah makin siang, aku melajukan mobil menuju kantor dengan kecepatan tinggi.

Entah mengapa aku bisa bertahan hidup dengan wanita seperti Rena hingga lebih dari setahun. Rena wanita manja dan senang bergelimang harta. Aku terpaksa berkerja keras siang dan malam demi memenuhi kebutuhan wanita itu.

Ya, Mau tidak mau Aku harus bisa menjalankan hidup dengan Rena walau sebenarnya aku lelah. Namun, pengorbananku untuk bisa bersama dengan Rena adalah sangat besar. Atas permintaannya, Aku sampai harus melepaskan Lidia, mantan istriku dulu.

Lidia seorang wanita sederhana dan selalu mengurusku dengan baik. Mantan istriku itu tak pernah sekalipun mengeluh ataupun meminta macam-macam. Jangankan perhiasan, sepotong baju saja ia tak pernah minta. Dia selalu menerima berapapun yang aku beri.

Karena terlena akan kecantikan Rena, dengan kejamnya aku menceraikannya di saat dirinya sedang terpuruk karena sakit.
Ah, Lidia ... di manakah kamu kini?

Setelah melewati perjalanan panjang yang cukup melelahkan karena macet, akhirnya aku tiba di area gedung perkantoran tempat aku bekerja. Dengan setengah berlari aku pun bergegas masuk ke dalam gedung berlantai lima itu.

"Suf, buruan di tunggu Bos di ruang meeting!" Aku tersentak ketika baru saja sampai di kantor.

"Memangnya ada meeting hari ini?" tanyaku cemas

"Iyaa, mendadak tadi pagi. Buruan sana!" Rudi mendorong badanku agar segera menuju ke ruang meeting.

Dengan langkah lebar aku bergegas naik ke lantai atas tempat ruang meeting berada.

Tok tok tok

"Masuk!"

"Terlambat lagi, Yusuf?" Pak Sami menatap tajam padaku persis ketika pintu kubuka.

"Ma-maaf, Pak," sahutku tertunduk. Semua mata tertuju padaku.

"Kenapa? Kesiangan lagi, hah? Laki-laki botak setengah baya itu melotot. Dadanya kembang kempis menahan amarah.

"Setahun belakangan ini kedisipilinanmu begitu buruk, Yusuf. Kalau begini terus, bisa rugi perusahaan," lanjutnya dengan setengah berteriak.

"Maaf, Pak," ujarku tertunduk.

"Mulai besok Anda bertanggung jawab di bagian operasional lapangan."

"Baik, Pak," sahutku. Lalu menuju salah satu kursi yang masih kosong.

Bagian lapangan sebenarnya menyenangkan. Karena akan berhubungan langsung dengan para model-model cantik dan terkenal. Aku yang selama ini berada di belakang meja, hanya mendengar saja celotehan menyenangkan para teman-teman yang bertugas di lapangan

"Produk baru kita kali ini akan memakai model artis wanita muslimah yang sedang naik daun. Karena tahun ini target omzet yang harus kita capai adalah 100M," jelas Pak Sami.

"Perusahaan tertarik dengan model cantik berhijab bernama Darasifa. Model terkenal itu sangat tepat untuk membawakan produk kecantikan kita. Tapi kita selalu kesulitan untuk mendapatkan kontraknya."

"Saudara Yusuf, kamu bertanggung jawab untuk hal ini. Bagaimanapun caranya anda harus bisa mendapatkan Darasifa sebagai brand ambassador produk perusahaan kita."

"Sa-saya, Pak?" sontak aku terkejut saat namaku di sebut.

"Iya betul Anda Saudara Yusuf. Jabatan Anda akan naik jika ini berhasil. Tapi kalau gagal, siap-siap Anda akan kehilangan pekerjaan ini selamanya." Pak Sami menatapku seraya tersenyum menyeringai seolah meremehkan.

"Saya mohon untuk kerjasama yang baik dari semua team demi tercapainya target tersebut. Tentunya nanti akan ada apresiasi dari perusahaan berbentuk bonus, jika bisa melebihi target. Sekian meeting hari ini."

Setelah laki-laki botak itu keluar, aku segera menghampiri Rudi yang hendak keluar juga dari ruang meeting ini. Kami pun melangkah bersama ke ruanganku.

"Rud, aku nggak tau model yang namanya Darasifa itu seperti apa orangnya. Kasih liat fotonya, d**g."

"Hahahaha ... makanya gaul, Bro! Jangan bini aja di kekepin di rumah. Masa model terkenal yang lagi viral-viralnya itu kamu nggak tau , sih?" Rudi terbahak-bahak meledekku.

"Cantik banget memang ya, Rud?"

"Bukan cantik lagi, Bro. Ini luar biasa cuantik buuaaanggett. Adeeeemmm banget hati kalau lihat wajahnya. Mana orangnya katanya baik dan lembut."

"Beneran, nih? mana fotonya cariin d**g!"

"Yaelah, tinggal buka ponsel canggih tuh yang di kantong. Ketik deh namanya, muncul fotonya. Masa gitu aja manager nggak paham, sih? Hahahaha ..."

Aku langsung tepuk jidat menyadari kebodohanku. Mungkin karena tidak sarapan aku jadi telat mikir begini.

Segera aku buka ponselku. Membuka aplikasi yang di maksud Rudi tadi. Lalu kuketik nama model itu, Darasifa. Tak lama muncullah foto-foto seorang wanita berhijab dengan berbagai model pakaian muslimah.

Hei, tunggu sebentar. Aku kok seperti sangat familiar dengan wajah wanita ini. Mirip siapa ya? Rasanya nggak asing untukku.

Astaga! wajah ini mirip sekali dengan dia. Apa mungkin Dia ...?

Baca kisahnya lengkap di KBMapap atau GoodNovel
Judul : PESONA MANTAN ISTRI
Penulis : Rina Novita

Aku ceraikan istriku karena sakit-sakitan dan tak menarik lagi. Setahun kemudian aku melihat seorang artis cantik yang s...
22/07/2025

Aku ceraikan istriku karena sakit-sakitan dan tak menarik lagi. Setahun kemudian aku melihat seorang artis cantik yang sedang viral sangat mirip dengan mantan istriku itu. Ternyata artis itu adalah ....

Bab1. Talak

"Lidia indahsari, hari ini aku talak kau."

Wanita yang sudah kunikahi selama tiga tahun itu menangis tergugu di hadapanku. Badannya luruh seketika setelah mendengar ucapan talak dariku. Ia terduduk bertumpu lutut persis di hadapan kakiku di lantai kamar kami. Kamar yang berukuran cukup luas yang akhir-akhir ini selalu berantakan, membuatku tak betah berlama-lama di dalamnya.

"Apa salahku, Mas?" tanyanya terisak seraya memeluk kedua kakiku. Bulir-bulir bening semakin deras membasahi p**inya.

"Kau tidak salah, Dek. Hanya nasibmu saja yang buruk. Lihatlah tubuhmu yang semakin kurus. Wajahmu yang pucat. Sungguh tidak sedap di pandang." Aku berusaha berbicara lembut agar tak menyakiti hatinya. Selama ini aku telah berusaha menjadi suami yang baik dan tidak kasar. Aku selalu berusaha untuk menjaga perasaannya.

"Tega sekali kamu, Mas ... hu ... hu ... hu!" Dia tergugu dan tertunduk. Tubuh kurusnya bergetar karena menangis.

"Justru lebih baik kita berpisah saat ini, Dek. Daripada nanti kau makan hati karena sikapku," sahutku dengan hati-hati, karena aku tak ingin menyakitinya lagi lebih dalam.

Dulu aku meminta pada kedua orang tuanya dengan baik-baik. Kini aku akan mengembalikannya dengan cara baik-baik p**a.

"Aku sedang berobat, Mas. Bersabarlah, Aku pasti sembuh, Mas." Dia berusaha merayuku. Namun hatiku sudah bulat. Sampai kapanpun aku tak akan mempan dirayu lagi olehnya.

Aku Yusuf Kurniawan. Umurku masih muda. Karierku yang sedang sukses membutuhkan seorang pendamping yang bisa mensuportku setiap saat.

Dulu, Lidya adalah wanita yang sangat cantik dan energik. Banyak pria yang ingin mempersutingnya. Beruntungnya aku yang bisa meluluhkan hati wanita hebat itu.

Lidia selalu melayaniku dengan baik. Selalu menyiapkan segala kebutuhanku dengan cekatan. Sungguh seorang istri idaman.

Namun beberapa bulan yang lalu, tubuh istriku itu semakin hari semakin kurus, Dia sering demam dan batuk-batuk. Jangankan untuk mengurusku, merawat dirinya saja dia tak mampu.

Akupun enggan untuk membawa Lidia ke acara-acara kantor. Sebentar-sebentar ia terbatuk-batuk. Hingga menjadi pusat perhatian dan pembicaraan orang-orang kantor. Tak sedikit orang yang menghindar darinya. Sungguh memalukan.

"Kau boleh membawa apa saja yang ada di rumah ini. Aku akan antar kau ke rumah orang tuamu," ujarku yang masih berbaik hati padanya, sebagai mantan suami yang bertanggung jawab.

Lidia menatapku nanar di balik sisa air matanya. Kilatan amarah terlihat jelas di netranya. Entah apa yang dia pikirkan. Seharusnya dia sadar akan kekurangannya saat ini. Mana mungkin aku mempertahankan istri tak berguna seperti dia.

Ah, biarlah. Aku tidak peduli. Mau sedih atau marah sekalipun, kini dia bukan istriku lagi.

"Ayolah cepat Lidya. Aku ada meeting malam ini. Jangan membuang-buang waktuku."

Aku tak sabar melihat Lidia yang lamban. Lihatlah! Apapun yang wanita itu kerjakan tidak ada yang beres. Memasukkan pakaiannya saja ke dalam tas sejak tadi belum juga selesai.

Air mata terus mengalir dari kedua pelupuk matanya. Selalu saja seperti itu. Bagaimana suami mau betah di rumah. Jika setiap saat di sambut dengan air mata.

Aku mengantar istriku ke rumah orangtuanya yang masih satu kota denganku. Sebenarnya aku enggan ke sana. Karena bapaknya pasti tidak terima dengan keputusanku ini. Tapi sebagai suami yang sangat bertanggung jawab, maka aku kembalikan Lidia dengan cara baik-baik.

Sepanjang jalan Lidia hanya diam. Namun air matanya sesekali mengalir membasahi kedua p**inya. Sungguh aku muak melihatnya.

Bersyukur jalanan tidak macet. Setelah perjalanan selama kurang lebih satu jam, kamipun tiba di depan sebuah rumah sederhana berpagar putih milik orang tua Lidia. Karena berniat tak ingin berlama-lama nanti di sana, aku sengaja memarkir mobilku di depan pagar saja.

Perlahan Lidia turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam pagar. Aku mengikutinya dari belakang.

"Assalamualaikum , Pak, Bu."

"Waalaikumsalam."

Terdengar sahutan dari dalam. Tanpa disuruh, Lidia sontak masuk ke dalam rumahnya.

"Ibu ... Bapak ... Hu ... hu ... hu ..!"

"Ada apa ini, Nak? Kamu kenapa Lidia?" Ibu mertuaku bingung melihat Lidia yang langsung menghambur ke pelukannya dan menangis tergugu.

Dasar perempuan cengeng. Tidak lelahkah kau menangis terus, Lidia? Aku sudah muak melihat tangismu.

"Yusuf! apa yang kau lakukan pada anakku, hah?" Bapak mertuaku tampak geram dengan wajah menggelap.

"Maafkan Aku, Pak. Aku mengembalikan Lidia pada bapak. Mulai hari ini Lidia bukan istri saya lagi."

Huff ... akhirnya aku bisa mengatakannya. Lega rasanya.

"Apaaa? Apa salah Lidia padamu?" Wajah pria paruh baya itu semakin memerah dengan mata melotot padaku.

"Banyak, Pak. Salah satunya, Lidia sudah tidak mengurusku dengan baik," jawabku mantap. Ya, memang itu salah satu alasanku menceraikannya.

"Tidak mungkin, Lidia sangat patuh dan selalu mengurusmu dengan baik," sahut ibu mertuaku.

"Ya. Itu dulu sebelum anak Ibu ini sakit." Aku menjawab apa adanya.

"Jadi karena Lidia sakit kamu menceraikannya? Di mana hati nuranimu, Yusuf? Sungguh tega sekali kamu!" Wajah ibu mertuaku mulai merah padam.

"Hei, Yusuf! Kalau istri sakit itu ya diobati.
Bukan malah di cerai. Dasar laki-laki nggak bertanggung jawab!" hardik ibu padaku.

"Sudahlah Pak, Bu. Aku tidak apa-apa. Biarkan Mas Yusuf pergi." Lidia berusaha menenangkan kedua orang tuanya.

"Baiklah, Pak, Bu. Saya pamit." Aku menyalami kedua mantan mertuaku itu untuk yang terakhir kalinya. Sementara Lidia hanya menatap sinis padaku. Sepertinya mantan istriku itu sangat marah dan tak terima. Apakah dia dendam padaku?

Biarlah, aku tak peduli. Lagip**a aku tak akan pernah menemuinya lagi setelah ini. Untuk surat perceraian kita nanti, biarlah pengacaraku yang mengurusnya.

Setelah pamit, aku melajukan mobilku ke suatu tempat. Ah, lega rasanya. Aku tidak akan menyakiti Lidia lagi. Berbulan-bulan perasaan bersalah itu selalu muncul. Dan kini saatnya aku bisa menjalani hidupku tanpa beban.

Aku tiba di depan sebuah rumah minimalis yang aku beli tiga bulan yg lalu tanpa sepengetahuan Lidia. Tak lupa kubawa seikat bunga yang sempat kubeli di perjalanan tadi. Lalu keluarlah seorang wanita cantik yang begitu mempesona.

Rena, wanita muda dan energik yang aku nikahi secara siri sejak tiga bulan yang lalu. Tubuhnya yang berisi dan seksi serta wajahnya yang selalu bersinar. Membuatku selalu ingin p**ang ke rumah ini.

"Mas, Aku kangen." Rena memelukku manja. Ia terpekik ketika kuberi seikat bunga mawar putih kesukaannya.

"Aku ada kabar baik untukmu, Sayang."

"Kabar baik apa, Mas?"

"Aku telah menceraikan Lidia dan mengembalikannya pada orang tuanya."

"Benar itu, Mas?" Wajah Rena berbinar.

Aku tak sabar ingin memiliki wanita ini seutuhnya. Ingin kujadikan wanita ini sebagai istri sahku sekarang. Tidak hanya sah di mata agama, namun juga disahkan oleh negara.

Kamipun merayakan kebahagiaan ini dengan menghabiskan malam yang indah berdua. Wanita yang selalu membuatku candu untuk selalu bersamanya.

BACA DI KBM
Judul : PESONA MANTAN ISTRI ( Ditalak Karena Sakit)
Penulis : Rina Novita

PART 4. "Aku berkencan dengan duda yang berprofesi sebagai dokter. Duda itu memiliki seorang anak. Dan hari ini duda itu...
21/07/2025

PART 4. "Aku berkencan dengan duda yang berprofesi sebagai dokter. Duda itu memiliki seorang anak. Dan hari ini duda itu mengajakku ke rumahnya. Tapi yang anehnya, dia malah membawaku masuk ke dalam ruang bawah tanah. Saat pintu ruang bawah tanah tertutup, tiba-tiba dokter itu mengeluarkan..."



"Jangan berbuat seperti itu lagi Maura," ucap papa setelah Marsha temanku p**ang.

Aku mengangguk mengiyakan.

"Baik papa."

Sepertinya aku harus berhenti mencari tahu tentang apa yang ada di ruang bawah tanah. Sebelum papa bertambah marah karena aku melanggar larangannya.

Mungkin ini hanya ketakutanku yang berlebihan. Menduga yang bukan-bukan mengenai sesuatu yang berada di ruang bawah tanah.

~

Hari sudah beranjak malam.
Aku menarik selimut tebal menutupi tubuhku, bersiap untuk tidur.

"Mauraaaaaa!"

"Mauraaaaaa!"

Suara siapa itu? Apa suara itu nyata? Atau aku sedang bermimpi?

Aku merasa ranjangku seperti ada yang menaiki. Aku buka mataku untuk melihat siapa yang berada di ranjangku.

Oh Tuhan... Pemandangan mengerikan tampak di depan mata. Beberapa pasang mata mengamatiku yang sedang terbaring tidur.

Wanita-wanita muda itu duduk di atas ranjang mengitari tubuhku. Wanita itu, wanita bergaun merah yang di nyatakan hilang, duduk di antara wanita lainnya. Astaga, ada apa dengan tubuh mereka? Kenapa tubuh mereka tidak utuh?

"Pergi!"

"Pergi!"

Aku berteriak mengusir mereka. Tidak sanggup rasanya melihat tubuh yang hancur dan tidak berbentuk itu mengelilingiku.

Salah seorang wanita yang duduk tepat di samping kepalaku, tiba tiba meraih wajahku dan membuka paksa mulutku. Tangan kanan wanita itu mencong'kel bola matanya hingga terlepas. Bola mata yang besar dan berlendir itu di arahkan ke mulutku.

Bola mata yang menjiji'kkan itu kini berada didalam mulutku.

"Kunyah dan telan Mauraaaaa,"
bisik wanita di sampingku.

Perutku mual. Mulutku menganga lebar, tidak ingin bola mata yang ada di mulutku tertelan.

"KUNYAH DAN TELAN MAURAAAAAA!"
teriak wanita itu.

Aku mengunyah bo'la mata itu, daging amis dan berlendir itu menyatu dengan lidah dan langit langit di mulutku.

CLAK CLAK CLAK CLAK

Aku sudah tidak tahan lagi. Perutku terasa mual. Oh Tuhan, jika ini mimpi buruk segera bangunkan aku.

Huaaaaakkkhhhh

Aku muntah di kasurku. Wanita wanita muda yang menyeramkan itu sudah hilang. Apa itu nyata?

Eeewwwwwwh aku melihat muntah yang berserakan di kasur.

Segera kuganti sprei dengan yang baru.

Badanku lemas, tulang-tulang yang ada di tubuhku terasa melunak. Aku kehabisan banyak tenaga setelah mengalami mimpi buruk tadi. Tapi tunggu... Apa itu benar-benar mimpi?

Kejadian itu seperti nyata. Masih dapat kurasakan daging lembut berlendir itu menyentuh mulutku.

"Kenapa belum tidur?" Suara papa dari arah belakang mengagetkanku.

"Aku mimpi buruk pa."

"Mauraaaaa." Papa mendekat ke arahku.

Tiba tiba terasa sebuah jarum menembus lenganku.

"Maura tidur ya nak."

Setelah tertancapnya jarum di lenganku. Rasa kantuk mulai menyerang.

Kali ini aku tertidur sangat nyenyak. Tidak ada lagi wanita berbadan hancur, tidak ada lagi mimpi buruk yang mengganggu tidurku.

***

"Maura kok lo pucet sih?" tanya Marsha saat kami berada di kampus.

"Gue kurang tidur, semalem gue mimpi buruk lagi."

"Mimpi perempuan bergaun merah lagi?"

Aku mengangguk.

" Tapi kali ini, gue nggak cuma didatengin wanita itu. Tapi banyak banget wanita-wanita muda yang bertub'uh hancur yang datang di mimpi gue," jelasku.

"Rumah lo ada penghuninya kali ya?"

Aku mengangkat bahu. Mengisyaratkan aku tidak tahu. Sungguh aku tidak percaya dengan adanya hantu ataupun monster di dunia ini.

Itu hanya ketakutan ku ketika masih kecil. Sekarang aku sudah besar dan aku lebih berpikir logis.

"Eh tapi apa ya kira-kira isi kantong yang dibawa masuk oleh bokap lo ke ruang bawah tanah itu? Atau jangan jangan itu may'at?"

"Haduh Marsha Lo tuh udah berpikir kejauhan. Jangan keluarin kalimat seperti itu lagi. Itu bisa mendoktrin otak gue untuk ikut berpikir yang macem-macem juga"

"Habisnya gue penasaran"

***

Malam ini aku menunda untuk tidur. Aku takut jika aku bermimpi buruk lagi. Aku duduk di sofa yang menghadap luar jendela. Memainkan handphoneku hingga tengah malam.

Tanpa sadar aku tertidur...

"Mauraaaaaa"

"Bangun Mauraaaaaa"

Terdengar suara yang sangat ku kenali. Marsha?

Aku membuka mata melihat wajah Marsha berada di atas wajahku.

Pluk! Bola matanya jatuh tepat di wajahku.

*****

Kalian bisa baca sampai tamat di aplikasi KBM APP!
Judul: KANlBAL
Penulis: rizu_rahmi

Address


Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Livy Dovey posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Shortcuts

  • Address
  • Alerts
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share