05/04/2025
Sunan Bungkul atau yang memiliki nama asli Ki Ageng Supo atau Mpu Supo seorang bangsawan dari Kerajaan Majapahit yang setelah memeluk Islam. Lalu ia menggunakan nama Ki Ageng Mahmuddin. Ia adalah salah satu penyebar agama Islam di akhir kejayaan Kerajaan Majapahit pada abad ke-15 di antara masa Sunan Ampel pada 1400-1481 M.
Nama Ki Ageng Supo dua kali disebut dalam peristiwa besar dalam kisah para sunan. Kisah pertama saat Ki Ageng Supo menjalih menjadi mertua Sunan Ampel, dan cerita lain behubungan dengan Raden Paku atau yang lebih dikenal dengan Sunan Giri yang juga menjadi menantunya.
Dijelaskan dalam bukunya Kisah Walisongo, ada suatu cerita masyarakat tentang Ki Ageng Supa yang ingin menikahkan puterinya Dewi Wardah. Hingga usia menjelang dewasa, belum juga mendapatkan sosok lelaki yang diinginkan. Lalu Ki Ageng Supo membuat sayembara. “Barang siapa laki-laki yang dapat memetik delima yang tumbuh di kebunnya akan dijodohkan dengan putri Ki Ageng Supa yang bernama Dewi Wardah”.
Sudah banyak orang laki-laki yang mencoba mengikuti sayembara, namun belum ada yang berhasil memetik buah delima yang dimaksud. Bahkan sebagian dari mereka ketika memanjat berusaha untuk mengambil buah delima malah jatuh dan berakhir dengan kematian.
Pada suatu hari Raden Paku yang kurang beberapa hari lagi melangsungkan pernikahan dengan Putri Sunan Ampel Dewi Murthasiah pergi ke Ampeldelta. Secara kebetulan dalam perjalanan itu melewati pekarangan rumah milik Ki Ageng Supo. Saat berjalan melewati bawah pohon delima yang dimaksud, tiba-tiba sebuah buah pohon delima itu jatuh tepat mengenai kepala Raden Paku. Dalam keadaan demikian, tiba tiba saja Ki Ageng Supo muncul menemuhi Raden Paku.
“ Mau kemanakah engkau, dan apa yang sedang engkau ambil,” tanya Ki Ageng Supo.
“ Maaf Ki Ageng, saya tidak bermaksud mengambilnya. Ketika saya lewat buah delima ini jatuh sendiri dan mengenahi kepala saya,” jawab Raden Paku.
“ Itu artinya kau harus kawin dengan putriku yang bernama Dewi Wardah,” kata Ki Ageng Supo.
“Tapi..., sesungguhnya sebentar lagi saya akan dinikahkan dengan putri kanjeng Sunan Ampel,” jelas Raden Paku.
“ Saya sudah dengan kabar itu, namun katakan saja kejadian ini kepada Sunan Ampel,”
Dengan perasaan tidak menentu, Raden Paku segera menemuhi pesantren Sunan Ampel. Dihadapan Sunan Ampel, Raden Paku menceritakan apa yang baru dialaminya.
“ Jika benar yang dikatakan Ki Ageng Supo, berbahagialah engkau, karena sebentar lagi engkau akan diambil menantu oleh Ki Ageng Supo. Engkau akan dijodohkan dengan putri beliau yang bernama Dewi Wardah” kata Sunan Ampel
“Kanjeng Sunan, saya tidak mengerti apa maksudnya, bukankah sebentar lagi saya akan menikah dengan putri kanjeng Sunan” tanya Raden Paku.
“Agaknya ini sudah menjadi suratan takdir bahwa engkau akan mempunyai dua orang istri, putriku Dewi Murtosiah dan putri Ki Ageng Supo, Dewi Wardah”.
Kemudian Sunan Ampel menceritakan perihal sayembara yang telah dibuat Ki Ageng Supo. Banyak peserta sayembara itu dan selalu bernasib naas. Raden Paku mengangguk-angguk mendengar cerita Sunan Ampel.