15/06/2025
ﺑسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــــــــم
📜. KALAM PANGERSA
┉┅━❀ ༄ اللّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ ༄ ❀━━┅┉
Peluhmu Bisa Jadi Lebih Mulia dari Ibadah Sunnah: Kritik Terhadap Iman yang Malas Bergerak
Hari ini, terlalu banyak yang menyembunyikan kemalasan di balik jubah kesalehan. Mereka sibuk mengejar amalan-amalan sunnah, tapi enggan bekerja keras untuk mencari nafkah yang halal. Mereka pandai berbicara tentang zuhud, tapi lupa bahwa Rasulullah ﷺ bukan hanya ahli ibadah, tapi juga pedagang, pemimpin, dan pekerja keras. Padahal Islam bukan agama pemalas, melainkan agama amal.
Rasulullah ﷺ dengan tegas bersabda:
مَنْ أَمْسَى كَالًّا مِنْ عَمَلِ يَدِهِ أَمْسَى مَغْفُورًا لَهُ
"Barangsiapa di waktu sore merasa lelah karena bekerja dengan tangannya, maka ia di waktu sore itu diampuni dosanya."
(HR. ath-Thabrani)
Ini bukan motivasi murahan, ini janji ilahi. Bahwa kelelahan karena bekerja halal bukan sekadar perjuangan ekonomi, tapi perjuangan eksistensial manusia dalam menjaga martabat dirinya dan keluarganya. Maka jangan pernah remehkan peluh. Dalam Islam, peluh yang halal lebih mulia daripada ibadah yang penuh riya. Sebab Allah tidak melihat seberapa banyak engkau duduk bersila di majelis, tetapi seberapa jujur engkau berdiri di medan kerja yang halal.
Sangat disayangkan jika ada yang merasa tinggi karena shalat malam, tapi menggantungkan hidup pada belas kasihan orang tua atau pasangan. Atau merasa suci karena rajin berzikir, padahal anak dan istrinya menunggu nafkah yang tak kunjung datang. Ini bukan tasawuf, ini kemalasan berjubah suci. Dan Islam tidak meridhai orang seperti itu.
Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin dengan keras menulis:
الكسب الحلال إذا قصد به كف نفسه عن السؤال، والقيام بكفاية عياله، وعيال المسلمين، كان أفضل من نوافل العبادات
"Pekerjaan halal yang diniatkan untuk menahan diri dari meminta-minta, mencukupi kebutuhan keluarga dan kaum muslimin, maka itu lebih utama daripada ibadah-ibadah sunnah."
Filsafat al-Ghazali sangat jelas: amal sosial dan tanggung jawab keluarga lebih bernilai daripada ritual individual yang tidak berdampak sosial. Ini logika yang adil dan keras: Islam tidak butuh banyak sufi yang lapar, tapi butuh pekerja keras yang jujur. Dunia tak akan berubah hanya dengan doa, tapi dengan tangan-tangan yang bergerak jujur mencari nafkah dan menegakkan marwah keluarga.
Jika kamu keluar rumah dalam keadaan lelah demi mencari rezeki yang halal, maka kamu sedang menghapus dosamu dengan gerak. Dan bisa jadi peluhmu lebih berat di timbangan akhirat daripada hafalanmu yang tak diamalkan.
Maka, jangan malu menjadi pekerja. Malulah jika tubuhmu sehat, akalmu waras, tapi hidupmu ditopang oleh belas kasihan orang lain.
*۞ وَٱللَّهُ أَعْلَمُ بِٱلصَّوَابِ ۞*
☁️✿༄ اللَّهُمَّ اجْعَلْ نُورًا فِي قَلْبِي ༄✿☁️
✒️. MULTIMEDIA
══════════════════