07/08/2025
Bertahan Demi Anak, Tapi Apakah Istri Tidak Berhak Bahagia?
Banyak perempuan di luar sana memilih bertahan dalam rumah tangga yang penuh luka, bukan karena tak punya harga diri, tapi karena memikirkan anak-anak. Mereka menahan sakit, menelan tangis, menyembunyikan luka batin di balik senyuman agar anak-anak tetap bisa melihat sosok ayah dan ibu dalam satu atap.
Setiap hari, mereka menjadi istri yang terluka namun tetap memasak, mencuci, merawat rumah, dan merawat suami yang bahkan tak tahu bagaimana cara menghargai. Dihina, dibentak, diabaikan, bahkan dikhianati namun tetap memilih bertahan. Bukan karena lemah, tapi karena begitu kuatnya cinta seorang ibu pada anak-anaknya.
Namun, di balik semua itu...
Apakah seorang istri tidak berhak bahagia?
Apakah pengorbanan demi anak berarti mengubur seluruh mimpi dan perasaan sendiri?
Seorang istri, seorang ibu, tetaplah manusia. Ia butuh dicintai, dihargai, dipeluk saat lelah, didengar saat menangis. Ia bukan mesin yang hanya tahu memberi. Ia punya hati yang juga butuh diisi. Ketika seorang perempuan memilih bertahan, bukan berarti ia tak pantas untuk bahagia.
Anak-anak memang penting. Tapi ingatlah, anak juga butuh melihat ibunya bahagia, bukan hanya kuat. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika mereka tumbuh dalam rumah yang penuh tangis diam dan luka yang ditutup-tutupi, kelak mereka bisa mengira bahwa itu adalah cinta.
Maka wahai perempuan hebat, jika kamu bertahan, bertahanlah dengan sadar. Tapi jangan pernah lupakan dirimu sendiri. Bahagiamu juga penting. Hatimu juga berharga. Dan kamu sebagai istri, ibu, dan perempuan berhak bahagia, sama seperti yang lain.
Kredit :