14/04/2025
Perjalanan Abdullah bin Abbas dalam Menuntut Ilmu
Abdullah bin Abbas, yang lahir di Makkah pada tahun 619 M, mulai menuntut ilmu sejak usia sangat muda. Bahkan ketika Nabi Muhammad SAW wafat, Abdullah bin Abbas yang baru berusia 13 tahun sudah memiliki pemahaman yang dalam tentang Islam. Salah satu kisah yang paling menginspirasi adalah ketika Abdullah ingin menyaksikan bagaimana Nabi Muhammad SAW melaksanakan shalat malam. Ia menginap di rumah Nabi, terjaga sepanjang malam agar tidak terlewatkan saat Nabi bangun untuk shalat. Ketika Nabi bangun, Abdullah dengan cepat menyiapkan air untuk wudhu (ablusi). Melihat perhatian dan kesigapan pemuda ini, Nabi Muhammad SAW terharu dan mendoakan agar Abdullah diberi ilmu yang mendalam tentang agama dan tafsir Al-Qur’an.
Saat shalat, Abdullah bin Abbas berdiri berdampingan dengan Nabi, namun kemudian merasa tidak pantas berdiri sejajar. Ia mundur sedikit, tetapi Nabi menariknya kembali untuk berdiri di sampingnya. Setelah shalat, Nabi Muhammad SAW bertanya mengapa ia mundur. Abdullah menjawab, "Wahai kekasih Allah dan manusia, tidak pantas bagi saya berdiri sejajar dengan utusan Allah. Nabi tersenyum, menenangkan hati Abdullah, dan kembali mendoakannya dengan doa yang sama.
Setelah wafatnya Nabi, Abdullah bin Abbas terus menuntut ilmu dengan mengunjungi dan belajar dari para sahabat lainnya. Ia rela berjalan jauh, bertekad untuk memperoleh ilmu dimanapun ia bisa. Dedikasi dan komitmennya dalam memahami ajaran Islam membuatnya dikenal sebagai seorang ulama besar yang dihormati karena kebijaksanaannya.
Kebijaksanaan dan Kecerdasan Abdullah bin Abbas
Abdullah bin Abbas dikenal sebagai sosok yang memiliki pemikiran tajam dan berpikir kritis. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Abdullah bin Abbas diundang untuk menghadiri majelisnya dan sering memberikan nasihat dalam perkara penting. Pandangannya sering dijadikan acuan, menunjukkan kedalaman pemahamannya.
Suatu ketika, seseorang bertanya kepada Abdullah bin Abbas bagaimana ia memperoleh ilmu. Ia menjawab, “Dengan lidah yang gemar bertanya dan akal yang s**a berpikir.” Ini menegaskan bahwa ilmu diperoleh melalui rasa ingin tahu dan pemikiran mendalam. Pelajaran ini penting bagi generasi masa kini karena mengajarkan kita bahwa ilmu tidak datang dengan sendirinya, tetapi membutuhkan usaha, pembelajaran terus-menerus, dan berpikir kritis