23/09/2024
Dalam perspektif yang lebih revolusioner adalah manusia yang aktif menerapkan kapasitas intelektualnya kepada alam sekitar. Pengetahuan apriori milik manusia bekerja kepada alam sekitar sedemikian hingga fenomena alam bersesuaian dengan pengetahuan apriori.
Dalam perspektif sains, fenomena alam adalah pusat. Kita, sebagai manusia, menyelidiki fenomena dari beragam perspektif sedemikian hingga menghasilkan sains yang komprehensif; sains yang menggambarkan realitas fenomena sebagaimana adanya. Pendekatan sains ini sah karena manusia dan alam berinteraksi berulang kali dalam rentang waktu yang cukup lama.
Revolusi kritik oleh Kant bermaksud dari arah sebaliknya; yaitu, pengetahuan apriori sebagai pusat. Misal, kita melihat bola di depan kita.
A: Aksioma intuisi. Pikiran kita menciptakan intuisi ada sesuatu yang kita duga sebagai bola secara kuantitatif. Bisa jadi satu bola (unity) atau banyak bola (plural) atau sejumlah bola tertentu.
B: Antisipasi persepsi. Kita mengantisipasi kualitas bola tersebut. Bola itu bisa saja bola nyata (realitas) atau bola imajinasi (negasi) atau bola dalam bentuk tertentu (limitasi). Demikian juga, secara apriori, kita menerapkan kualitas bahan bola, warna bola, dan lain-lain.
C: Analogi eksperien (pengalaman). Secara apriori kita menerapkan kausalitas, sebab-akibat, terhadap bolea itu. Karena ada bola, dan karena saya menatap bola itu, maka terlihat fenomena bola. Bola berada dalam situasi tertentu; sebagian fenomena adalah sebab bagi keberadaan bola; sebagian lain menjadi akibat dari bola; sebagian lain hanya memiliki relasi dengan bola. Dan ada fenemona tertentu yang secara inheren adalah karakter dari bola semisal massa dan volume.
D: Postulat Empiris. Secara apriori, bola adalah bola. Bola adalah niscaya identik dengan bola. Bola mustahil sebagai bukan bola (prinsip non-kontradiksi). Bola memiliki posibilitas untuk jatuh atau tetap di tempat atau lainnya. Akhirnya, bola eksis sebagaimana fenomena bola itu.
Kita perhatikan seluruh proses di atas adalah aksi apriori seorang manusia. Kita sudah melakukan aksi “melihat bola” sebelum bola itu ada di depan mata kita. Pada akhirnya, kita melihat bola di depan mata sebagai fenomena yang nyata. Fenomena “melihat bola” adalah pengetahuan posteriori yang terjadi setelah pengalaman empiris. Setiap pengetahuan empiris di dasarkan pada aksi apriori. Tanpa aksi apriori maka tidak ada fenomena “melihat bola”. Tanpa aksi apriori hanya mungkin ada realitas bola. Jadi, setiap pengetahuan empiris niscaya membutuhkan aksi apriori. Kant menawarkan 12 kategori apriori yang sudah kita bahas.
Apa yang kita bahas sejauh ini adalah “masalah mudah” atau “easy problem” yaitu bagaimana impresi-indera, misal gambar bola, muncul dalam pikiran kita. Bagian berikutnya akan mendiskusikan “hard problem.” Meski demikian, pembahasan kita sampai menyentuh ke tema skemata yang penuh tanda tanya.
7.2 Hard Problem
Cinta hadir begitu saja. Kita tidak sadar mengapa cinta hadir. Tiba-tiba saja ada cinta. Barangkali cinta ke pasangan hidup, sedikit banyak, bisa kita cari alasannya. Karena dia cantik, baik hati, …