13/09/2025
Refleksi
Imam dalam pandangan Thoriqohnya Syech Syarif Hidayatullah
"Mau jadi imam saban saban malam jumat aja kosong"
Dalam pandangan syariat, imamah [mursyid; guru] adalah kewajiban agama. Imamah merupakan petunjuk bagi manusia agar tak menyimpang dalam melaksanakan perintah dan larangan agama, imamah merupakan konsekuensi logis dari keberlanjutan kenabian mesti ada yang melanjutkan visi misi kenabian. Imamah dibutuhkan dalam syariat agar terjaganya hukum dan pelaksanaan hukum. Allah senantiasa menciptakan orang-orang yang dipilihnya untuk menjalankan peran tersebut. Hingga akhir hayat.
Secara kronologi historis zaman berzaman, mulai dari para Nabi yang dibuka oleh Nabi Adam AS kemudian sampai ke Nabi Muhammad SAW, kemudian kholifah Rosyidin, lalu para madzhab, para wali selanjutnya Syechunal Mukarrom.
Diantara ciri dzahirnya, adalah orang yg senantiasa ruku’, sujud, berbuat baik, mencegah perbuatan mungkar, menjaga alam Inilah ciri orang mukmin yg menjadi pelanjut kenabian.
Rasulullah SAW saja diriwayatkan kakinya bengkak karena banyak sujud.
Dari sini jelas sekali, bahwa orang yang menjadi imam itu tidak sembarangan dan tidak mesti semua orang bisa.
Syech Ibrohim ad Dasuqi menyatakan bahwa " tholabu syaikh fi thoriiq waajibun ala kulli muuridiin walaw kana min akaabiril ulama". Bahwa mencari sosok mursyid, guru spiritual, guru ibadah, pembimbing ruhani hukumnya wajib bagi orang yang mau menempuh jalan menuju Allah sekalipun orang tersebut sudah dalam kapasitas pembesar ulama.
Maka jelas sudah apalagi bagi orang yang awam sudah semestinya mempunyai imam, yaitu seorang guru yang nuntun dalan keselametan dunia maupun akhirat.
Guru sebagai imam kita dalam tuntunan ibadah, sehingga ibadah kita dapat jelas sanadnya--tersambung dan ada penanggung jawabnya-- karena perbuatan amaliah kita apalagi ibadah mesti jelas imamnya [rujukan, pegangan] dalam arti bukan atas kehendak "sekarepe dewek" akan tetapi atas dasar pitutur dan pituduh gurunya. Karena " man la syaikhu fi thoriq fasyaithonu syaikhuhu" , bahwa orang yang tidak memiliki imam/guru maka setanlah yg menjadi gurunya.
Sebagai jalan bagi kita mintalah petunjuk kepada Allah untuk ditemukan dengan guru. Istikhorohlah.
Dalam kitab Ummul Barohin halaman 69 disebutkan bahwa ciri-ciri guru mursyid itu:
1. Muayyidin; Ulama memilih untuk berguru kepada imam-imam Muayyidin (yang menguatkan) agama Allah dengan nur pengawasannya,
2. Zahidin yang zuhud terhadap/dari dunia (harta),
3. Musyfiqin; yang mengasihi orang-orang miskin,
4. Ru’afa; yang lembut dan kasih sayang kepada orang-orang mukmin yang lemah. Maka barang siapa menemukan seseorang yang bersifat seperti sifat ini pada zaman yang sangat sedikit kebaikannya ini, maka berpegang kuatlah dan belajarlah kepadanya, karena sesungguhnya ia itu tiada duanya”
Sekarang muncul pertanyaan, bagaimana jika seseorang yang seperti disebutkan --sesuai kriteria sudah tidak ada? Maka carilah dan pilih diantara yang paling bisa.
Dan saya yakin sebetulnya ada. Tinggal bagaimana kitanya mau istiqomah tidak?
Bagaimana akan ketemu jika istikhiroh tidak, mencaripun tidak, belajar istiqomah saban saban bengi jumat aja kosong pun tidak!
Wallahu a'lam