05/11/2025
Di tengah perubahan iklim dan cuaca yang semakin sulit diprediksi, dunia pertanian Indonesia kini menemukan cara baru untuk menjaga sawah tetap produktif. Tidak hanya dengan pupuk, air, dan tenaga petani, tetapi juga dengan teknologi satelit yang bekerja dari angkasa. Melalui inovasi Sistem Pemantauan Pertanian Digital “SISCROP 2.0”, Kementerian Pertanian Republik Indonesia mencoba menghadirkan solusi digital untuk memastikan pertanian nasional bisa terpantau dengan presisi, dari masa tanam hingga panen.
Menurut tanaman pangan brmp pertanian, SISCROP 2.0 dikembangkan oleh Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) sebagai sistem pemantauan berbasis teknologi satelit Sentinel-1 dan radar Synthetic Aperture Radar (SAR). Teknologi ini memungkinkan pengamatan lahan pertanian tanpa terhalang awan atau cuaca buruk, karena radar SAR mampu menembus awan dan membaca kondisi permukaan sawah. Dalam penjelasan yang dikutip dari laman resmi BRMP tersebut, disebutkan bahwa sistem ini berfungsi untuk “memperkirakan luas tanam, potensi produksi, dan menghasilkan peta spasial tematik yang membantu pengambilan keputusan berbasis data.”
Melalui data citra yang dikumpulkan secara berkala, sistem SISCROP mampu mendeteksi fase pertumbuhan padi, mulai dari fase tanam, vegetatif, generatif, hingga panen. Hasil pemantauan kemudian ditampilkan dalam bentuk peta tematik berwarna yang mudah dibaca, sehingga pemerintah dan petani dapat mengetahui kondisi pertanian secara menyeluruh. Seperti yang dikutip dari brmp pertanian, peta ini telah digunakan untuk memperkirakan luas tanam dan potensi hasil panen di beberapa wilayah penghasil padi utama di Indonesia.
Dalam laporan brmp tanaman pangan tahun 2024, data simulasi menunjukkan bahwa satu wilayah dengan luas tanam sekitar 120 hektar yang berada pada fase generatif II memiliki potensi hasil sekitar 360 ton gabah, sedangkan wilayah lain seluas 40 hektar yang baru memasuki fase tanam awal diperkirakan menghasilkan sekitar 120 ton gabah. Data ini menunjukkan bahwa satelit mampu memberikan gambaran produksi dengan cepat dan membantu pemerintah merencanakan distribusi pupuk, air, dan logistik panen lebih efisien.
Namun, teknologi ini tetap membutuhkan kehadiran manusia di lapangan. Menurut brmp pertanian, setiap hasil pemetaan satelit perlu diverifikasi melalui ground truth atau pengecekan langsung oleh petugas dan penyuluh. “Verifikasi lapang dilakukan agar peta yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kondisi nyata di sawah,” tulis tim teknis BRMP dalam laporan kegiatan verifikasi lapang tahun 2023. Dengan cara ini, data digital dapat disesuaikan dengan situasi aktual di lapangan, sehingga akurasi sistem semakin meningkat.
Kehadiran SISCROP 2.0 membawa dampak positif yang besar bagi pertanian Indonesia. Data yang akurat memungkinkan pemerintah mengambil keputusan lebih cepat, misalnya mengidentifikasi wilayah yang berpotensi gagal panen akibat kekeringan atau banjir. Sistem ini juga membantu mengoptimalkan perencanaan pasokan pangan nasional. Menurut tanaman pangan brmp pertanian, pemanfaatan data satelit telah meningkatkan ketepatan dalam pendataan luas tanam dan waktu panen, yang sebelumnya sering hanya didasarkan pada laporan manual.
Selain manfaat teknis, sistem ini juga membuka peluang pembelajaran bagi sekolah-sekolah pertanian dan komunitas tani muda. Guru dan siswa dapat belajar cara membaca data citra satelit, memahami peta pertanian digital, dan melihat bagaimana teknologi membantu petani modern mengambil keputusan. Seperti yang dijelaskan brmp pertanian, SISCROP juga dapat digunakan “untuk pembelajaran dan penguatan kapasitas sumber daya manusia di bidang pertanian modern.” Dengan demikian, sistem ini bukan hanya alat pemantau, tetapi juga media edukasi bagi generasi muda untuk memahami pentingnya data dalam menjaga ketahanan pangan.
Meski begitu, penggunaan SISCROP 2.0 juga memiliki tantangan. Menurut brmp tanaman pangan, sistem radar SAR memiliki keterbatasan pada resolusi spasial dan masih membutuhkan dukungan data lapangan agar hasilnya lebih akurat. Selain itu, tidak semua daerah memiliki infrastruktur internet dan perangkat teknologi yang memadai untuk mengakses data SISCROP secara langsung. Karena itu, BRMP terus mendorong kerja sama dengan dinas pertanian daerah dan pelatihan bagi penyuluh agar pemanfaatan sistem ini bisa lebih luas dan efektif.
Kehadiran teknologi ini juga menimbulkan pertanyaan penting apakah pertanian digital seperti SISCROP dapat membuat pertanian Indonesia menjadi lebih stabil? Jawabannya, menurut brmp pertanian, sangat mungkin, asalkan digunakan secara inklusif dan berkelanjutan. Data yang dihasilkan dari satelit bisa membantu mempercepat respons terhadap ancaman gagal panen, memperbaiki sistem distribusi pupuk dan air, serta menjaga pasokan pangan tetap aman. Namun, teknologi ini tidak akan berhasil tanpa kerja sama manusia. Data satelit harus diiringi dengan pengetahuan lokal petani dan penyuluh agar keputusan yang diambil benar-benar sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pada akhirnya, SISCROP 2.0 mengajarkan kita bahwa pertanian masa kini tidak hanya soal mencangkul dan menanam, tetapi juga tentang memahami data, membaca peta, dan mengelola informasi dengan cerdas. Melalui kerja sama antara ilmu pengetahuan dan pengalaman petani, Indonesia bisa membangun sistem pertanian yang lebih tangguh, adaptif, dan stabil di tengah perubahan zaman. Seperti yang dikutip dari tanaman pangan brmp pertanian, “inovasi ini hadir untuk memastikan bahwa setiap hektare sawah di Indonesia dapat terpantau dan terkelola dengan baik demi ketahanan pangan nasional.” Dan dari sinilah tumbuh kesadaran bahwa menjaga sawah bukan hanya urusan tanah dan air, tetapi juga tentang cara kita melihat masa depan pertanian dari langit.
---
Disclaimer:
Tulisan ini merupakan ulasan sederhana terkait fenomena bisnis atau industri untuk digunakan masyarakat umum sebagai bahan pelajaran atau renungan. Walaupun menggunakan berbagai referensi yang dapat dipercaya, tulisan ini bukan naskah akademik maupun karya jurnalistik.
Sumber : PecahTelur