03/08/2025
Kalau kamu pernah main ke kampung nelayan di Lampung—terutama pas bulan Muharram—mungkin pernah dengar atau lihat acara unik bernama Ngumbai Lawok.
Namanya memang terdengar asing, tapi maknanya dalam banget. Ngumbai Lawok itu tradisi masyarakat pesisir secara harfiah berarti “nyuci laut”.
Tapi jangan dibayangkan pakai sabun atau alat pel lantai, ya.
Ini lebih ke bentuk syukuran dan doa bareng-bareng supaya laut tetap bersahabat dan rezeki dari laut tetap lancar.
Biasanya, acara ini digelar di awal bulan Muharram. Masyarakat percaya, bulan ini adalah waktu yang baik untuk tolak bala dan memulai tahun baru dengan niat baik.
Jadi, mereka berkumpul, bawa sesaji, dan melarungnya ke laut sebagai bentuk syukur. Yang paling ikonik sih, pelarungan kepala kerbau ke tengah laut.
Kepala kerbau dan sesaji lain seperti bunga, makanan, bahkan miniatur perahu, dibawa pakai perahu besar sambil diiringi doa-doa.
Terdengar magis? Iya. Tapi ini bukan soal mistis, ini soal bagaimana orang pesisir Lampung menjaga hubungan baik dengan alam yang jadi sumber hidup mereka.
Habis pelarungan, suasana berubah jadi pesta. Semua warga makan bareng, ada pertunjukan seni, musik, dan anak-anak main air di pinggir pantai.
Kadang ada yang ngadain lomba kecil-kecilan juga. Suasananya ramai, hangat, dan bikin kangen kampung halaman.
Yang bikin seru, semua orang ikut terlibat. Mulai dari ibu-ibu masak, bapak-bapak urus logistik, sampai anak muda jadi panitia.
Dibalik keseruannya, Ngumbai Lawok punya nilai penting banget. Tradisi ini ngajarin kita buat Bersyukur atas rezeki yang datang dari laut.
Kemudian peduli lingkungan, karena laut itu harus dijaga, bukan dieksploitasi serta ngumpulin warga, biar makin kompak dan nggak individualis.
Pokoknya, ini bukan sekadar upacara, tapi juga cara masyarakat pesisir menjaga nilai hidup dan kebersamaan.
Kalo kamu bertanya, sekarang tradisi ini masih ada nggak sih? Jawabannya masih ada, tapi mulai jarang.
Beberapa desa di Lampung Selatan, Pesisir Barat, dan Tanggamus masih rutin mengadakannya, walau nggak semeriah dulu.
Kenapa mulai pudar? Banyak alasannya. Ada yang bilang tradisi ini bertentangan dengan ajaran agama mayoritas masyarakat Lampung, IsIam.
Lalu biayanya lumayan besar, jadi nggak semua kampung bisa adain. Dan anak muda sekarang lebih akrab sama TikTok daripada adat 😅
Tapi kabar baiknya, beberapa daerah mulai menghidupkan lagi tradisi ini lewat acara budaya atau festival.
Pemerintah dan komunitas di Pesisir Barat disebut mulai sadar kalau tradisi kayak gini nggak boleh hilang.
Ngumbai Lawok adalah contoh nyata bagaimana masyarakat pesisir menghormati alam. Bukan cuma ambil hasilnya, tapi juga berterima kasih dan menjaga keseimbangannya.
Di tengah dunia yang makin sibuk dan egois, tradisi kayak gini ngingetin kita buat lebih membumi, lebih peka, dan lebih bersyukur.
Jadi kalau suatu hari ada Ngumbai Lawok, jangan ragu untuk ikutan. Rasakan sendiri suasananya. Karena kadang, budaya paling indah itu justru yang tumbuh di kampung sendiri.
"Laut nggak cuma tempat cari ikan, tapi juga tempat kita belajar tentang hidup. Dan Ngumbai Lawok adalah salah satu caranya."