05/12/2025
Di usia 10 tahun, Rahmat Sugiarto sudah merasakan beratnya hidup yang bahkan orang dewasa pun belum tentu sanggup menjalaninya.
Setiap hari, Rahmat melangkah dari Panjang hingga Wilayah Tanjung Karang.
Jarak puluhan kilo itu ia tempuh dengan berjalan kaki, sambil menenteng kerupuk dagangannya.
Tidak ada kendaraan. Tidak ada teman.
Hanya langkah kecil yang penuh tekad.
Rahmat bukan sedang mencari uang jajan.
Bukan p**a mencari kesenangan.
Ia berjalan sejauh itu karena keluarganya bergantung padanya.
Ibunya sakit maag kronis dan tidak mampu bekerja.
Ayah tirinya jarang memberi nafkah, sekadar cukup untuk susu adiknya.
Dan di tengah kondisi seperti itu… Rahmat memilih menjadi tulang punggung keluarga, meski usianya baru dua digit.
Kerupuk yang ia bawa pun bukan miliknya.
Ibunya mengambil dari orang lain, lalu Rahmat menjualnya kembali.
Setiap bungkus hanya memberi keuntungan seribu rupiah.
Seribu rupiah yang terlihat kecil bagi kita,
tapi bagi Rahmat, itulah cara agar keluarganya tetap bisa makan.
Rahmat sudah berjualan sejak kelas 1 SD, berkeliling kampung demi kampung.
Langkahnya kecil… tapi tanggung jawabnya besar.
Senyumnya tipis… tapi hatinya kuat.
Di saat anak-anak lain p**ang sekolah dan bermain,
Rahmat justru berjalan puluhan kilo, membawa harapan di setiap genggaman kerupuknya.
Dan hari ini, perjalanannya membawanya ke Pahoman Dan Bertemu dengan saya — tetap dengan pakaian sederhana dan suara lirih yang penuh kesabaran.
Semoga kisah Rahmat sampai ke lebih banyak hati.
Bantu sebarkan, tulis doa terbaikmu, dan semoga Allah bukakan jalan rezeki yang lebih baik untuk keluarganya. 🙏💛