29/05/2025
Langkah-langkah Prabowo Memberantas Korupsi, Sudah Tepat
9 April 2025, 11:37
Presiden Prabowo Subianto berulang kali menegaskan komitmennya dalam pemberantasan korupsi di Tanah Air. Baru-baru ini, Prabowo mengaku geram dengan kasus korupsi yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan. Dia pin mendukung beberapa langkah untuk membuat koruptor jera. Salah satunya adalah penyitaan aset koruptor.
Hal tersebut disampaikannya dalam pertemuan dengan enam pemimpin redaksi di kediaman pribadinya, di Padepokan Garuda Yaksa Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (6/4/2025). "Ada soal memiskinkan (koruptor), saya berpendapat begini. Makanya, saya mau negosiasi, kembalikan uang yang kau curi. Tetapi, memang susah, ya kan? Karena, secara sifat, manusia enggak mau mengaku," ujar Prabowo, Senin (7/4/2025). "Jadi, pertama harus dikasih kesempatan. Apa kerugian negara yang dia timbulkan harus dikembalikan. Maka, aset-aset, pantas kalau negara itu menyita," katanya lagi.
Prabowo Minta Warga Videokan Praktik Korupsi: Rekam Saja, Langsung Kirim Kendati demikian, menurut Prabowo, keadilan untuk anak dan istri koruptor tetap harus diperhatikan. Sebab, Prabowo mengatakan, dalam aset yang dimiliki seorang koruptor, bisa saja terdapat harta yang dimilikinya sebelum melakukan tindak pidana korupsi.
"Nanti para ahli hukum suruh bahas. Apakah adil anaknya menderita juga? Kan, dosa seorang tua tidak boleh diturunkan ke anaknya. Tetapi, ini saya minta masukan dari ahli-ahli hukum," ujar Prabowo. Di sisi lain, Menteri Hukum Supratman Andi Agtas mengatakan, rancangan undang-undang (RUU) Perampasan Aset resmi dimasukkan ke dalam program legislasi nasional (prolegnas) untuk periode 2025-2029. "Pemerintah itu komit mengusulkan, itu ada di daftar 40 RUU yang kami ajukan dalam prolegnas 2025-2029, dan RUU Perampasan Aset itu ada di urutan kelima," ujar Supratman dalam rapat bersama Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, Senin (18/11/2024).
Prabowo akan menaikkan gaji semua hakim secara signifikan agar mereka tidak dapat disuap. Dalam waktu dekat, dia mengatakan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi akan mendiskusikan hal tersebut. "Hakim harus dibikin begitu terhormat dan begitu yakin sehingga dia tidak bisa disuap. Saya juga beri petunjuk agar hakim punya rumah dinas yang layak. Ini sedang dikerjakan Menteri Perumahan. Kalau tidak salah, hakim kita di seluruh Indonesia tidak sampai 10.000 orang," ujar Prabowo. Soroti vonis hukuman koruptor Dalam kesempatan lain, Prabowo sempat meminta para hakim menghukum koruptor seberat-beratnya jika sudah jelas dan nyata merugikan negara. "Saya mohon ya kalau sudah jelas melanggar, jelas mengakibatkan kerugian triliunan, ya semua unsur lah, terutama juga hakim-hakim, vonisnya jangan terlalu ringan," kata Prabowo di Gedung Bappenas, Menteng, Jakarta Pusat pada 30 Desember 2024.
Kejagung Diminta Hati-hati Usut Korupsi Pertamina, Komjak: Ngambil Ikan Jangan Sampai Airnya Keruh Pada momen tersebut, Prabowo bertanya langkah yang diambil Kejaksaan Agung atas ringannya vonis hakim terhadap salah satu koruptor. Kepala Negara tidak menyebutkan secara spesifik koruptor yang dimaksud, tetapi publik baru-baru ini dihebohkan dengan vonis ringan terhadap Harvey Moeis. Kejaksaan Agung pun akan melakukan banding atas vonis hakim. "Tolong menteri pemasyarakatan ya, Jaksa Agung. Naik banding enggak? Naik banding. Vonisnya ya 50 tahun begitu kira-kira, ya," ujar Prabowo. Baca juga: Prabowo Geram dengan Korupsi, Siap Naikkan Gaji Hakim Dinilai belum paham Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM), Zaenur Rohman menilai bahwa Presiden Prabowo belum memahami secara menyeluruh akar persoalan korupsi di Indonesia. Menurut Zaenur, pernyataan Prabowo dalam wawancara dengan enam pemimpin redaksi itu menunjukkan bahwa belum memiliki peta jalan yang jelas untuk pemberantasan korupsi dalam lima tahun masa jabatannya. "Dari jawaban-jawabannya, saya melihat Presiden Prabowo tidak benar-benar paham akar masalah korupsi dan tidak punya rencana yang jelas bagaimana selama lima tahun pemerintahannya akan melakukan pemberantasan korupsi,” kata Zaenur, Senin (8/4/2025). Zaenur menilai, langkah-langkah yang disampaikan Presiden Prabowo belum menjawab tantangan utama dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi. Baca juga: Pukat UGM: Presiden Prabowo Tak Benar-benar Paham Akar Masalah Korupsi Salah satu yang disorot adalah rencana Prabowo untuk menaikkan gaji dan memberikan rumah dinas bagi para hakim agar mereka tidak mudah disuap. Selain itu, Prabowo juga tampak ragu dalam mendukung upaya pemiskinan koruptor melalui pengesahan UU Perampasan Aset. Zaenur juga menyoroti soal dorongan Prabowo kepada jaksa agar mengajukan banding terhadap vonis ringan dalam perkara korupsi. Menurut dia, penyataan Kepala Negara dalam wawancara tersebut tidak memperlihatkan adanya arah yang jelas dalam pemberantasan korupsi selama lima tahun ke depan. "Ini tentu cukup meresahkan. Karena apa yang disampaikan beliau sebagai langkah-langkah pemberantasan korupsi itu bukan merupakan jawaban atas permasalahan-permasalahan utama korupsi di Indonesia,” ujar Zaenur.
Prabowo Minta Warga Videokan Praktik Korupsi: Rekam Saja, Langsung Kirim Akar masalah korupsi Di sisi lain, Zaenur mengatakan, salah satu akar korupsi di Indonesia adalah kerusakan sistem politik yang sangat oligarkis. "Saya melihat salah satu akar korupsi di Indonesia itu adalah kerusakan di dalam sistem politik ya. Sistem politik di Indonesia itu sangat oligarkis ya," kata Zaenur. Dia mencontohkan, pengelolaan partai politik di Indonesia yang ditentukan beberapa orang keluarga dan membutuhkan pendanaan yang tidak murah sehingga terjadinya tindak pidana korupsi.
Kemudian, proses pemilihan umum (pemilu) yang masih membutuhkan biaya tinggi dan praktek politik uang atau money politic. Hal tersebut, menurut Zaenur, tidak disinggung Prabowo dalam agenda pemberantasan korupsi. "Harusnya memang ada apalagi sekarang dalam konteks kekuasaan di partai-partai itu semua berada di bawah koalisi Presiden Prabowo. Seharusnya bisa dibuat kesepakatan untuk perbaikan sistem politik di Indonesia agar demokratis di internal partainya," ujarnya. Baca juga: Langkah-langkah Prabowo Memberantas Korupsi, Sudah Tepat? Selain itu, Zaenur mengatakan, Prabowo perlu melalukan reformasi institusi dan sistem penegakan hukum. Dia mengatakan, Polri dan Kejaksaan Agung memiliki kewenangan besar dalam penegakan hukum. Tetapi, aturan terkait akuntabilitasnya masih minim. "Presiden Prabowo sama sekali tidak punya agenda reformasi Polri sampai sekarang. Bagaimana Polri itu di mata masyarakat, sekarang di mata masyarakat Polri sedang sangat disorot karena banyaknya pelanggaran," katanya.
Insya Allah Kembali ke DPR "Bagaimana cara mereformasi Polri? Ubah dulu dasar hukum yang menjadi sumber kewenangan mereka yaitu KUHAP yang lebih menjamin hak asasi manusia dan membatasi kewenangan agar tidak abuse of power," ujarnya lagi. Terakhir, Zaenur mengatakan, Prabowo harus menjadi teladan dalam pemberantasan korupsi dengan mengedepankan integritas dan menerapkan sistem merit dalam pemerintahan. "Presiden Prabowo tidak menerapkan merit system. Pejabat di institusi pemerintah, di badan usaha-badan usaha milik negara itu diisi-isi oleh koroni-koroninya, tidak menerapkan merit system," katanya.