18/09/2025
Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) bersama NU Online menggelar kegiatan Sosialisasi dan Penguatan Program Koin NU bertema Membangun Kemandirian NU Kabupaten Bandung melalui Inovasi dan Penguatan Program Koin NU. Acara ini berlangsung pada Ahad (14/9/2025) di kantor MWCNU Pacet, Kabupaten Bandung.
Kegiatan tersebut dihadiri jajaran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bandung, perwakilan MWCNU se-Kabupaten Bandung, serta badan otonom NU seperti Muslimat, Fatayat, Ansor, IPNU, dan IPPNU.
Wakil Direktur Fundraising, Humas, dan IT NU Care-LAZISNU, Anik Rifqoh, menegaskan bahwa profesi amil kini telah diakui negara. "Ada sertifikasi amil zakat yang diwajibkan oleh negara melalui regulasi BAZNAS. Hal ini menunjukkan bahwa amil adalah profesi yang diatur secara resmi," ungkapnya.
Ia menjelaskan, roh gerakan Koin NU lahir dari Jawa Barat melalui inisiatif almarhum KHR Abdul Basith di Desa Nangerang, Jampang Tengah, Sukabumi. Adapun nama Koin NU digagas oleh KH Ma’ruf Islamuddin. Menurutnya, aksi sosial yang dilakukan NU harus dimaknai p**a sebagai aksi spiritual.
"Peruntukan dana umat dibagi, 80 persen untuk masyarakat, 20 persen untuk organisasi. Ada tiga pilar aman LAZISNU, yaitu Aman Syar’i, Aman Regulasi, dan Aman NKRI," jelasnya.
Anik menambahkan, LAZISNU saat ini memiliki jaringan luas dengan 236 cabang, 14 PCINU, serta lebih dari 14 juta donatur. Pengelolaannya pun telah diaudit dengan predikat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dan audit ISO yang menghasilkan kebijakan mutu bernama MANTAP (Modern, Akuntabel, Transparan, Amanah, dan Profesional).
Selain itu, LAZISNU menjalankan lima pilar program, yaitu NU Care Cerdas, Berdaya, Sehat, Damai, dan Hijau. Ia menegaskan publikasi menjadi bagian penting dalam syiar program. "Digitalisasi, transparansi, dan akuntabilitas harus terus dijaga. Jangan takut disebut pamer, karena publikasi adalah syiar," katanya.
Sementara itu, Manajer Fundraising dan Marcomm NU Care-LAZISNU, Wahyu Noerhadi, menjelaskan tata kelola Koin NU yang kini sudah terintegrasi dengan berbagai platform digital. "Melalui website bisa terkumpul Rp200 juta, sementara lewat aplikasi NU Online mencapai Rp300 juta. Selain itu, ada juga penghimpunan melalui Tokopedia dan Shopee," ungkapnya.
Wahyu menuturkan, Koin NU telah memberikan manfaat nyata, mulai dari penerangan desa, peternakan, hingga pemberdayaan difabel. Di Blora, komunitas difabel binaan LAZISNU bahkan berhasil mengembangkan usaha batik yang mendapat perhatian Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin.
"Program konkret misalnya beasiswa untuk yatim dan dhuafa berprestasi, santunan kesehatan, bantuan beras untuk guru ngaji, renovasi rumah dhuafa, sampai bantuan modal usaha kecil," jelasnya.
Menurutnya, generasi Z juga ikut berkontribusi melalui delapan subprogram utama, seperti bantuan bencana, santunan yatim, beasiswa, hingga dukungan kemanusiaan untuk Palestina. Sosialisasi Koin NU pun dilakukan melalui pengajian, majelis taklim, maupun kotak amal masjid sebelum shalat Jumat.
"Setiap enam bulan harus ada laporan pertanggungjawaban kepada LAZISNU PCNU. SK UPZISNU diterima dari MWCNU, sedangkan izin operasional dari LAZISNU PCNU," ujarnya.
Dalam sesi diskusi, perwakilan UPZISNU MWCNU Ciparay, Mansur Setiawan, menekankan pentingnya kesamaan regulasi dari Aceh hingga Papua.
"Kami berharap ada satu draf pedoman resmi yang bisa dikirimkan ke PCNU, lalu diteruskan hingga ranting. Strategi bisa berbeda, tapi arah dan platform harus sama," ucapnya.
Mansur juga mengingatkan bahwa setiap sistem memiliki risiko dan konsekuensi. Karena itu, diperlukan parameter jelas dalam menjalankan program, termasuk canvasing, form monitoring, serta key performance indicator (KPI) yang terukur.