Musawwir Jangkat

Musawwir Jangkat Edukasi, pertanian, hiburan, kesehatan, serta hal menarik lainnya.

Rekomendasi Ditanam Pekarangan dan Tanaman Buah Dalam Pot
08/06/2024

Rekomendasi Ditanam Pekarangan dan Tanaman Buah Dalam Pot

Sawo adalah tanaman yang paling rekomendasi ditanam di pekarangan rumah. Kelebihan tanaman ini yaitu cepat berbuah dan berbuah sepanjang tahun.Sawo juga bisa...

Mutiara Jangkat.
29/03/2024

Mutiara Jangkat.

06/12/2023

Diundang berdialog nggak pernah datang.
Dengan alasan macam-macam.
Eh Sekali berdialog malah bahas asam sulfat untuk ibu hamil.

Part 3Dokter Keempat. Naik Meja Operasi.Saya masuk dan duduk di kursi pasien. Posisi menghadap ke dokter. Ini dokter kee...
01/12/2023

Part 3
Dokter Keempat. Naik Meja Operasi.

Saya masuk dan duduk di kursi pasien. Posisi menghadap ke dokter. Ini dokter keempat yang saya temui. Ada apa Pak? Pertanyaan pembuka yang diucapkan dokter. Saya mulai bercerita. Saya ceritakan secara detail riwayat keluhan saya dari awal hingga saya bertemu dokter hari ini. Tanpa banyak tanya lagi. Saya diminta berbaring di bed pasien. Sama halnya seperti pemeriksaan pada dokter pertama, kedua, dan ketiga.

Lalu saya disilakan duduk kembali. Sekarang giliran dokter yang banyak bicara. Akhir dari pembicaraan, saya diputuskan harus operasi. Bapak dioperasi ringan. Cuma cairan biasa. Mau Bapak dioperasi? Saya langsung bertanya bisa dioperasi di Bangko Pak? Ya bisa kata dokter. Mau Bapak dioperasi? Jika itu solusinya saya siap Pak. Kapan bisanya Pak? Hari ini Bapak sudah dirawat inap. Operasinya besok! Mendengar penjelasan dokter, saya malah jadi ragu. Saya sudah diminta rawat inap. Sementara saya belum siap. Saya belum memberitahu keluarga. Wah…jangan hari ini Pak. Saya datang ke rumah sakit sendirian. Saya harus menghubungi keluarga dulu. Kalau besok rawat inapnya gimana Pak? Ya nggak apa-apa.

Setelah konsultasi, saya p**ang ke rumah. Saya sampaikan kepada istri saya bahwa besok sudah rawat inap. Lusanya kemungkinan dioperasi. Waktu itu anak kedua saya masih kecil. Baru berumur satu tahun. Tidak mungkin dibawa ke rumah sakit. Jadi, istri saya tidak bisa menemani saya di rumah sakit. Akhirnya saya telepon keluarga di kampung. Saya jelaskan perihal operasinya serta jadwal yang ditentukan. Keesokan harinya Bapak, Abang, langsung meluncur ke Bangko. Pagi itu juga kami langsung ke rumah sakit. Saya selesaikan administrasi rawat inapnya, termasuk penandatanganan pernyataan persetujuan keluarga. Waktu itu ditandatangani oleh Bapak. Administrasi selesai.

Tak lama menunggu. Datang perawat membawa Emergency Bed/Brangkar. Brangkar adalah tempat tidur di atas roda yang digunakan untuk memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, tidak boleh melakukan sendiri, atau tidak sadar. Saya diminta berbaring di atas brangkar itu. Layaknya pasien yang sakit parah. Padahal saya bisa berjalan dan berlari menuju kamar inap. Saya tidak menolak. Saya ikuti arahan perawat. Brangkar mulai didorong melewati koridor rumah sakit menuju kamar inap. Saya senyum-senyum di atas brangkar. Tapi saya coba tahan, nggak enak sama perawat yang mendorong. Saya senyum karena nggak mestinya saya berada di atas brangkar. Saya bisa berjalan sendiri.

Sesampainya di kamar inap, saya langsung dipasang inpus. Malamya diminta puasa. Saya lupa jam berapa mulai berpuasa. Tak ayal lagi malam itu saya tidur di rumah sakit dengan kondisi tangan terikat inpus. Sungguh itu hari pertama dalam hidup saya menginap di rumah sakit dengan status sebagai pasien. Saya berharap itu yang pertama dan terakhir. Namun Allah berkehendak lain. Lima tahun setelah itu saya kembali terbaring di rumah sakit. Operasi lagi. Kasusnya lebih serius. Lebih berat dan mengerikan. Kelak akan saya ceritakan. (sabar ya hehehe).

Keseokan harinya, datang perawat. Bapak masih puasa kan? Ya. Kapan jadwal saya dioperasi? Pagi ini Pak. Bapak siap-siap dulu. Ganti semua pakaian, cukup pakai celana pendek dan kain panjang. Saya ikuti instruksinya. Setelah selesai, saya langsung didorong menuju kamar operasi. Selama di atas brangkar tak henti-hentinya saya beristigfar. Memohon ampun dan perlindungan kepada Allah. Tanpa terasa brangkar terhenti di depan kamar operasi. Di depan pintu, brangkar disambut lagi oleh perawat khusus ruang operasi. Maklum itu ruang streril. Selain petugas dilarang masuk.

Bagaimana suasana di ruang operasi? Apakah menyeramkan?
Bismillah…hari bersejarah dalam hidup saya dimulai. Tidak terpikirkan harus berakhir di meja operasi. Sesampainya di ruang operasi… (bersambung Part 4).

26/11/2023

Saya telah menerima 300 tanggapan pada postingan saya dalam 30 hari terakhir. Terima kasih atas dukungan Anda. 🙏🤗🎉

Part 2Dokter KetigaKeesokan harinya. Sesuai saran dokter kedua, saya pun meluncur menuju tempat praktik dokter gigi yang...
19/11/2023

Part 2
Dokter Ketiga
Keesokan harinya. Sesuai saran dokter kedua, saya pun meluncur menuju tempat praktik dokter gigi yang dimaksud. Ini dokter ketiga yang saya temui. Praktiknya dimulai pukul 16.00 WIB. Di ruang tunggu sudah ada satu pasien yang datang lebih awal dari saya. Kemudian kami masuk bersama-sama. Di dalam sudah ada dua orang dokter gigi. Laki-laki dan perempuan. Apakah mereka suami istri? Entahlah. Kedatangan saya bukan untuk menyelidiki status mereka. Saya datang dengan label pasien dan mereka berdua dokter.

Pasien perempuan yang datang lebih awal ditangani oleh dokter perempuan. Dan saya jelas ditanganii oleh dokter laki-laki. Dari situ saya yakin mereka berdua adalah dokter gigi. Saya dipersilakan duduk. Ada apa Pak? Saya mulai menceritakan keluhan saya panjang kali lebar. Sama halnya dengan dokter pertama dan kedua. Lalu saya diminta duduk di kursi dental (dental chair). Kursi dental berfungsi sebagai tempat duduk bagi pasien yang sedang menjalani perawatan gigi.

Saya diperiksa, gigi, gusi, semua bagian mulut tak luput dari pemeriksaan. Benjolan aneh itu ditekan-tekan. Sakit? Tidak Pak. Pemeriksaan selesai. Ini benjolan biasa Pak. Ada infeksi di pangkal gigi. Nanti saya kasih obat. Insya Allah sehat. Kemarin juga ada pasien saya bapak-bapak, keluhannya sama dengan bapak ini. Bengkak, ada cairan di gusinya. Setelah minum obat alhamdulillah sehat. Mendengarkan penjelasannya hati saya senang. Dalam hati saya berdoa, semoga saya juga sehat.

Dokter pun menyodorkan beberapa obat di hadapan saya. Ini obatnya Pak. Dihabiskan dan diminum sesuai anjuran. Coba minum 3 hari. Jika tidak ada perubahan dalam tiga hari, konsultasikan lagi. Dalam hati saya berkata “saya tidak ingin mendengar kalimat konsultasikan lagi”. Baik Pak jawab saya. Lalu saya membayar jasa dan beli obatnya. Saya lupa berapa jumlahnya. Tak lupa saya ucapkan terima kasih.

Saya p**ang ke rumah dengan keyakinan insya Allah sembuh. Selesai makan malam, bismillah saya minum obat lagi dari dokter ketiga. Tiga hari berlalu. Obat habis. Benjolan aneh itu sepertinya tidak menghiraukan kalau saya sudah mengkonsumsi obat tiga minggu tapan henti. Saya tidak putus asa. Saya konsultasikan lagi ke dokter. Saya diberi obat untuk tiga hari lagi. Jika tidak ada perubahan, coba Bapak konsultasikan lagi ke dokter bedah. Ya Allah…terdengar lagi frasa “konsultasikan lagi”. Tidak usah khawatir. Kalau pun dioperasi, ini operasi kecil. Baiklah Pak, semoga setelah minum obat yang ini saya sehat. Amiin…

Saya kembali ke rumah. Saya konsumsi lagi obat ronde ke 4 sesuai
anjuran dokter. Hari kedua saya merasa mual. Sepertinya ada masalah dengan asam lambung. Atau bisa jadi efek dari mengkonsumsi obat nonstop 3 minggu plus minggu ke 4 sedang berjalan. Maka saya putuskan untuk berhenti mengkonsumsi obat.

Ya Allah…benjolan ini tak kunjung hilang. Saya konsultasi lagi. Kali ini bukan ke dokter umum, bukan p**a dokter gigi apalagi dokter bedah. Tapi konsultasi kepada perawat pribadi sekaligus dokter terbaik dalam hidup saya. Dia adalah istri saya. YuLia ALi HaMdi. Selalu ada dalam s**a dan duka. Saya bercerita bagaimana langkah selanjutnya. Apa yang mesti saya lakukan. Dokter ketiga meminta saya konsultasi lagi kepada dokter bedah. Saya teringat saat konsultasi kepada dokter bedah itu. Dia sudah menyampaikan panjang lebar. Saya disarankan untuk ke spesialis bedah mulut. Di jambi atau ke Padang. Dari bincang-bincang itu, kami sampai pada keputusan. Coba konsultasikan lagi pada dokter spesialis yang lain. Barangkali ada solusi tanpa harus ke luar daerah.

Entah kenapa saya jadi ragu untuk berobat ke luar daerah. Saya teringat di rumah sakit kan ada beberapa orang dokter spesialis bedah. Mana tau ada solusi dari dokter yang berbeda. Maka keesokan harinya saya langsung menuju rumah sakit. Saya mendaftar di bagian resepsionis. Sedikit mengantri. Registrasi selesai. Saya diminta menunggu di depan poli bedah. Saya berharap tidak bertemu dengan dokter spesialis yang pernah memeriksa saya di tempat praktiknya dan menyarankan saya untuk ke Jambi atau Padang. Saya berharap bisa ditangani di Bangko saja. Tak lama kemudian, terdengar panggilan “Pak Musawwir”. Saya langsung berdiri. Silakan masuk Pak.

Apa hasilnya setelah berkonsultasi dengan dokter ke empat?
Begini Pak! Saya divonis…Bersambung part 3.

Address

Bangko
37317

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Musawwir Jangkat posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share