26/09/2025
Mengesot Berjualan Layangan Demi Masa Depan Sang Anak
“Saya enggak mau anak saya putus sekolah… Saya ingin dia punya masa depan yang jauh lebih baik dari saya. Semoga Allah beri saya kesehatan, agar saya bisa terus mendampingi dan melihat anak saya sukses, jangan sampai hidupnya terulang seperti hidup saya.”
Begitulah lirih suara Pak Yayan Jatmika (47), seorang ayah yang kini tengah berjuang antara hidup, sakit, dan harapan.
Dulu, Pak Yayan adalah kuli bangunan yang kuat. Namun, hidupnya berubah drastis ketika tubuhnya tersambar listrik tegangan tinggi. Benturan keras di kepala membuat sebagian tempurungnya hilang, menyisakan cekungan yang begitu nyata. Sejak itu, tubuhnya lumpuh, rasa sakit kerap datang tak tertahankan, dan pekerjaannya sebagai kuli harus ia tinggalkan.
Kini, dengan tubuh yang rapuh, ia tetap memaksa diri. Setiap hari, Pak Yayan mengesot menyusuri jalan berbatu di bawah terik matahari, hanya untuk menjajakan layangan dari kampung ke kampung. Hanya dengan itulah ia bisa membawa pulang sedikit uang. Sering kali hasilnya hanya cukup untuk sekedar makan, jauh dari cukup untuk biaya sekolah anaknya, apalagi biaya pengobatan yang makin mendesak.
Namun, penderitaan keluarga ini tidak berhenti pada dirinya. Di rumah, sang istri pun tengah sakit dan membutuhkan perawatan. Kondisi itu membuat beban semakin berat, karena di saat seharusnya ada yang bisa saling menopang, justru mereka berdua sama-sama harus melawan sakit. Sementara anak mereka masih begitu membutuhkan perhatian, kasih sayang, serta biaya untuk melanjutkan sekolah.
Meski demikian, satu hal tak pernah padam darinya: semangat seorang ayah.
Ia rela menahan perih, asal anaknya tetap bisa sekolah. Ia ingin anaknya tetap punya masa depan, agar tidak bernasib sama seperti dirinya. Ia ingin meninggalkan warisan berupa doa dan jalan terang, bukan keterbatasan dan penderitaan.
Cek berita selengkapnya : https://s.shopee.co.id/60IV3Vbf9H