20/10/2025
Nasib Pasutri dan 9 Anggota Keluarga Bertahan di Rumah Reyot di Kota Banjar
BANJAR, - Sebuah rumah semi permanen di RT 4 RW 2 Dusun Cibeureum, Desa Balokang, Kota Banjar, Jawa Barat, menjadi saksi perjuangan hidup pasangan suami istri Tati (61) dan keluarganya.
Di rumah yang nyaris roboh itu, mereka tinggal bersama anak, cucu, dan tujuh anggota keluarga lainnya total 11 jiwa yang hidup dalam keterbatasan.
Setiap kali hujan turun, rasa cemas menyelimuti seluruh penghuni rumah. Dinding bambu yang lapuk, atap bocor, dan lantai tanah yang becek membuat mereka harus berjaga-jaga sepanjang malam.
“Kalau hujan deras, kami takut rumah ini ambruk. Tapi mau bagaimana lagi, kami tidak punya tempat lain,” ujar Tati saat ditemui dikediamannya, Senin (20/10/2025).
Tiga tahun lalu, Tati membeli rumah tersebut seharga Rp500 ribu. Namun, rumah itu berdiri di atas tanah milik orang lain. “Kami hanya beli bangunannya, tanahnya bukan milik kami,” kata Tati.
Suaminya bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan harian yang tak menentu. Untuk makan sehari-hari, keluarga ini mengandalkan hasil kerja seadanya dan bantuan tetangga. “Kadang cuma makan nasi dan garam. Kalau ada rezeki lebih, bisa beli sayur,” tambahnya.
Kondisi rumah yang mereka tempati jauh dari kata layak. Dinding bilik bambu mulai keropos, atap bocor di banyak titik, dan lantai tanah yang tergenang saat hujan menjadi tantangan harian. Tak ada kamar yang benar-benar tertutup, hanya sekat seadanya untuk membagi ruang tidur.
Tati mengaku sudah beberapa kali mengajukan bantuan, namun belum ada tindak lanjut. “Kami ingin punya rumah yang aman, tidak mewah, asal tidak takut roboh,” harapnya.
Kisah Tati dan keluarganya mencerminkan potret kemiskinan yang masih membayangi banyak warga di pelosok negeri. Di tengah geliat pembangunan dan program perumahan rakyat, masih ada keluarga yang hidup dalam ketidakpastian dan menanti uluran tangan dari pemerintah maupun masyarakat.
Pemerintah daerah diharapkan dapat segera melakukan pendataan dan memberikan solusi nyata bagi warga yang tinggal di rumah tidak layak huni. Sebab, hunian yang aman dan sehat bukan sekadar kebutuhan, melainkan hak dasar setiap warga negara.