Banjarbaru Post

Banjarbaru Post Setia Melengkapi Informasi Banua

Dengan Mengulas Beberapa Berita Terkini Dan Terpopuler

Internet cepat, harga murah, dan mimpi rakyat akhirnya dijadikan janji negara. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdi...
06/06/2025

Internet cepat, harga murah, dan mimpi rakyat akhirnya dijadikan janji negara. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) lagi ngulik serius wacana fantastis—internet 100 Mbps cuma Rp 100 ribu per bulan. Murah? Iya. Nyata? Nah, itu dia yang masih disusun dalam “draft harapan”.

Stafsus Menkomdigi, Arnanto Nurprabowo, bilang langkah awalnya dimulai dari lelang frekuensi—alias baru tahap “ngurus sinyalnya dulu, infrastruktur nanti belakangan”. Tapi tenang, katanya ini semua bagian dari niat mulia Menteri Meutya Hafied untuk bikin rakyat dari kota sampai ujung pelosok bisa ngeskrol TikTok tanpa buffering dan Zoom sekolah tanpa freeze wajah gurunya.

Dukungan juga datang dari para kepala daerah yang tampaknya udah gerah ditagih janji “internet merata” tiap musim kampanye. Dari ruang kelas sampai kantor kelurahan, semua butuh koneksi stabil—bukan cuma buat Netflix, tapi juga buat ngisi e-learning dan layanan publik.

Dengan tekanan publik yang makin deras dan harapan setinggi tower BTS, pemerintah menargetkan program ini bisa segera jalan buat menjembatani jurang digital yang selama ini cuma ditambal pakai kuota darurat.

Jadi, kalau kamu masih kehabisan kuota tengah malam atau sinyalmu hilang pas lagi ujian online, sabar... mungkin bentar lagi tinggal bayar Rp 100 ribu buat nonton drama Korea 4K tanpa ngeluh.

Tapi ya... jangan lupa: ini masih rencana. Dan seperti biasa, yang cepat baru wacananya—bukan internetnya.

Source : Now I Know

Drama yang sempat panas di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, akhirnya ditutup dengan pelukan perdamaian dan segelas musy...
06/06/2025

Drama yang sempat panas di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, akhirnya ditutup dengan pelukan perdamaian dan segelas musyawarah. Kasus dugaan penganiayaan—yang katanya berawal dari dugaan pencurian—berakhir dengan kata maaf dan bukan pengacara.

Menurut Kuasa Hukum Ponpes Ora Aji, Adhi Susanto, kedua pihak memilih jalur damai. Bukan karena kehabisan tenaga, tapi katanya karena "semangat kekeluargaan". Ya, siapa bilang musyawarah itu cuma teori di pelajaran PPKn?

“Sudah sepakat damai, tanpa harus lanjut ke meja hijau,” ujar Adhi, Selasa (3/6), sambil mungkin lega karena nggak perlu bolak-balik pengadilan.

Dua laporan polisi yang sebelumnya diajukan—dari kubu Kharisma Dhimas dan Nata Gilang—juga resmi dicabut. Surat-suratnya lengkap, dengan nomor dan segala formalitasnya. Artinya? Kasus ini secara hukum selesai. Tutup buku.

Dari pihak Polresta Sleman, IPDA Arum Sari pun ikut memberi komentar sejuk. Ia berharap ke depan jangan ada lagi drama lanjutan—cukup sinetron saja yang berseason.

“Kami berharap keduanya bisa saling memaafkan, dan silaturahmi jangan putus. Namanya juga pondok pesantren, bukan arena UFC,” tutup IPDA Arum dengan harapan damai di udara.

---
Pesan moral: Kalau bisa damai di meja musyawarah, ngapain harus ke meja hijau?
Tapi tetap, jangan jadikan “damai-damaian” sebagai dalih untuk menormalisasi kekerasan. Karena maaf itu mulia, tapi keadilan juga nggak kalah penting.

Source. : Now I Know

Sekjen KPK, Cahya Hardianto Harefa, kembali melemparkan satu realita pahit yang bikin mengernyit: gaji kepala daerah itu...
06/06/2025

Sekjen KPK, Cahya Hardianto Harefa, kembali melemparkan satu realita pahit yang bikin mengernyit: gaji kepala daerah itu ternyata mirip uang saku mahasiswa—cuma sekitar Rp5,9 juta. Yah, memang ada tambahan legal lainnya, tapi tetap saja, angka itu kayaknya lebih cocok buat hidup sederhana, bukan untuk menahan godaan proyek bernilai miliaran.

Cahya secara tersirat mengungkapkan, dengan biaya politik yang setinggi langit saat Pilkada, gaji segitu jelas nggak masuk akal. Jadi jangan heran kalau ada kepala daerah yang mulai melirik jalan pintas dengan dalih “menutup modal politik.” Godaan banyak, anggaran minim—ya seperti disuruh berenang di laut tapi pakai jas hujan.

Dan yang paling menarik, menurut Cahya, justru banyak orang yang berebut pengin jadi kepala daerah meski sudah tahu gajinya tak seberapa. Ini bukan dedikasi tingkat dewa, tapi lebih kayak tanda tanya besar: kalau bukan karena uangnya, terus niatnya apa ya? Cahya menyarankan, mungkin ini waktunya kita curiga—apakah kekuasaan benar-benar dijadikan ladang pengabdian, atau justru investasi berbalut niat mulia?

Source: Now I Know

MasyaAllah..Kisah inspiratif..“Saya buang jauh-jauh gengsi.” Kalimat ini diucapkan dengan mantap oleh Dika Widia Putra, ...
06/06/2025

MasyaAllah..Kisah inspiratif..
“Saya buang jauh-jauh gengsi.” Kalimat ini diucapkan dengan mantap oleh Dika Widia Putra, pria 27 tahun lulusan S2 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), yang kini memilih berjualan bakso sebagai jalan hidupnya. Warung bakso milik Dika, bernama “Bang Uyo”, berdiri sederhana di parkiran barat Taman Monjali, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dikelilingi rimbunnya pepohonan, warung ini memberikan suasana sejuk yang nyaman bagi para pembeli. "Saya asal dari kecil di Jepara. Cuman bapak, ibu, simbah dari Sukoharjo," ujar Dika saat ditemui Kompas di warungnya, Jumat (25/4/2025).
Dari Kampus ke Kuali
Dika menamatkan SMA pada 2015 dan berhasil diterima di Fakultas Peternakan UGM.
Setelah lulus S1, pandemi Covid-19 membuatnya kembali ke kampung halaman di Jepara. Di sana, ia membantu orangtuanya berjualan bakso sambil sekaligus belajar membuatnya.
"Saya sempat membantu orangtua satu tahunan, berhubung orang tua basic-nya dari kecil emang berdagang bakso di situ saya belajar selama Covid, belajar dari bisnis orangtua," katanya. Dorongan untuk melanjutkan S2 datang dari orangtuanya yang ingin melihat anaknya mencapai pendidikan pascasarjana. "Sebenarnya untuk melanjutkan jenjang ke S2 itu kemauan dari orangtua malahan awalnya. Soalnya bapak itu kepingin walaupun dagang bakso, ingin anaknya bisa sampai pasca sarjana," ungkap Dika.
Dengan bantuan promotor yang bersedia membimbingnya, Dika melanjutkan studi S2 di UGM dan lulus pada April 2024.
Gagal CPNS, Buka Warung Sendiri
Usai lulus, Dika mencoba mengikuti seleksi CPNS dan berhasil lolos SKD. Namun, ia gagal di tahap SKB karena kalah peringkat. "Di SKB saya kalah perangkingan... Ya udah berarti rejekinya yang peringkat satu," tuturnya. Ia juga sempat melamar ke beberapa perusahaan swasta, tapi mayoritas penempatan di luar DIY atau Jawa Tengah, sementara ia adalah anak sulung yang perlu dekat dengan orangtua. Dari kebingungan itu, Dika memilih membuka usaha bakso sendiri di Yogyakarta. Ia terinspirasi dari bakso berbentuk kotak yang ia temui di Surabaya, lalu memodifikasi konsep tersebut berdasarkan ilmu dan pengalaman dari orangtuanya. "Bakso kan bentuknya selalu bundar, saya terinspirasi dari yang ada di Surabaya, baksonya bentuknya kotak," kata Dika.
Usaha warung bakso Bang Uyo ia dirikan dengan tabungannya sendiri, menolak tawaran bantuan modal dari orangtua.
"Dulu saya sempat ditawari sama orangtua modal, nggak usah, jangan Bu... saya masih punya tabungan, coba saya maksimalkan," katanya. Bukan Sekadar Berjualan Dika menyewa gerobak, mengambil alih kontrak lokasi dari usaha sate klatak yang tutup, dan mengganti seluruh perlengkapan dengan miliknya sendiri. Modal awalnya tak sampai Rp 10 juta, dengan biaya sewa gerobak hanya Rp 150.000 per bulan. Meski lulusan S2 dan aktif dalam organisasi semasa kuliah, Dika tidak merasa malu. "Saya buang jauh-jauh gengsi, saya buang jauh-jauh malu, yang penting di sini mentalnya kuat dan konsisten," ujarnya.
Ia percaya bahwa berjualan bakso bukan berarti menyia-nyiakan pendidikan tinggi yang ditempuhnya. "Kalau kata orang eman-eman kuliah sampai S2 kok jualan bakso... saya menerapkan ilmu-ilmu yang saya dapatkan dari S1, S2 saya bawa ke sini," ujarnya.
Ilmu Peternakan Bantu Rancang Bisnis
Dika menyebut latar belakang pendidikannya sangat relevan dengan bisnis baksonya, mulai dari pemilihan daging, teknik membuat bakso yang kenyal, hingga strategi pemasaran dan analisis perilaku konsumen. "Saya dulu S1, S2 fokus saya di sosial ekonomi peternakan... kepuasan, loyalitas, pemasaran... sangat banyak terbantu," katanya. Meski sudah merintis usaha bakso sendiri, Dika belum meninggalkan cita-cita menjadi dosen. Jika ada penerimaan CPNS, ia berencana kembali mendaftar. Namun jika diterima, warung bakso miliknya akan tetap berjalan sebagai bentuk kontribusi membuka lapangan kerja. "Ini kan ada Bang Uyo yang bisa membantu orang lain juga buka lapangan pekerjaan," katanya
Source: Kompas

06/06/2025

Momen Goal Ole Romeni !!!

📍 Nonbar Di Jln Bina Putra Tadi Malam !

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin blak-blakan: kalau Indonesia mau punya layanan kesehatan sekelas Malaysia, siap-si...
06/06/2025

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin blak-blakan: kalau Indonesia mau punya layanan kesehatan sekelas Malaysia, siap-siap rogoh kocek sampai Rp1,3 kuadriliun. Iya, kamu nggak salah baca—kuadriliun, alias angka nolnya udah gak cukup di layar kalkulator.

Angka segede itu katanya hampir tiga kali lipat dari anggaran Kemenkes sekarang. Jadi kalau mau nyamain standar negeri tetangga, kita butuh bukan cuma suntikan dana, tapi infus jumbo langsung ke sistem kesehatan.

Masalahnya, belanja sektor kesehatan Indonesia memang terus naik, tapi sayangnya nggak dibarengi dengan efisiensi atau pertumbuhan ekonomi yang sepadan. Menkes sampai bilang, pengeluaran kesehatan kita tuh udah kayak lari maraton, sementara PDB-nya masih pemanasan.

Intinya? Kalau sistem ini cuma ditambal-tambal pakai duit tanpa diberesin manajemennya, ya siap-siap aja suatu saat nanti BPJS berubah jadi singkatan dari Bukan Pilihan Jaminan Sehat.

Source: Now I Know

Semoga saat berlaga di timur tengah nanti kita engga di culasi lagi ! Hehe
05/06/2025

Semoga saat berlaga di timur tengah nanti kita engga di culasi lagi ! Hehe

Thanks Mang Ole !!!
05/06/2025

Thanks Mang Ole !!!

kesulitan ekonomi membuat agung terpaksa berhenti sekolah, diusia 11 tahun agung bekerja menjadi kuli panggul kayu.tubuh...
05/06/2025

kesulitan ekonomi membuat agung terpaksa berhenti sekolah, diusia 11 tahun agung bekerja menjadi kuli panggul kayu.

tubuhnya yang mungil harus memikul kayu sembari mendaki jalan terjal di hutan.

agung tidak pernah malu saat memanggul kayu, ia ikhlas untuk membantu orangtuanya.

dengan upah 15-20 ribu per harinya, ia hanya mampu membelikan beras untuk sang ibu dan adik-adiknya.

semangat terus ya, agung🥹

Krisis Lowongan Pekerjaan di Indonesia: Pengangguran Meningkat, Peluang MenyusutJakarta, 29 Mei 2025 — Indonesia tengah ...
05/06/2025

Krisis Lowongan Pekerjaan di Indonesia: Pengangguran Meningkat, Peluang Menyusut

Jakarta, 29 Mei 2025 — Indonesia tengah menghadapi krisis ketenagakerjaan yang serius. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran mencapai 7,28 juta jiwa pada Februari 2025, meningkat 1,11% dibandingkan tahun sebelumnya. Tingkat pengangguran terbuka kini berada di angka 4,76%, menandakan tantangan besar dalam penyerapan tenaga kerja.

Penyebab Krisis

Beberapa faktor utama yang memicu krisis ini antara lain:

PHK Massal: Sejak Januari 2024, lebih dari 101.000 pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Hingga kuartal pertama 2025, jumlah ini bertambah 74.000 kasus. Sektor tekstil dan garmen paling terdampak, dengan kebangkrutan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang menyebabkan lebih dari 10.000 pekerja kehilangan pekerjaan.

Penurunan Perekrutan: Survei Mercer Indonesia menunjukkan hanya 19% perusahaan berencana menambah tenaga kerja baru pada 2025, turun dari 25% pada 2024. Penambahan tenaga kerja lebih difokuskan untuk menggantikan posisi yang kosong, bukan ekspansi.

Kesenjangan Lowongan dan Pencari Kerja: Pada 2024, terdapat 909.000 pencari kerja terdaftar, namun hanya tersedia 630.000 lowongan kerja, menciptakan kekurangan sekitar 279.000 posisi.

Dampak pada Lulusan Pendidikan Tinggi

Lulusan pendidikan tinggi juga tidak luput dari dampak krisis ini. Tingkat pengangguran di kalangan lulusan diploma dan sarjana mencapai 13,89% pada Februari 2025, naik dari 12,12% pada tahun sebelumnya.

Fenomena

Krisis ini memicu tren migrasi tenaga kerja muda ke luar negeri, dikenal dengan tagar . Fenomena ini mencerminkan keinginan generasi muda untuk mencari peluang kerja yang lebih baik di luar negeri akibat ketidakpuasan terhadap kondisi domestik.

Upaya Pemerintah

Pemerintah mengklaim telah menciptakan 3,59 juta lapangan kerja baru selama masa transisi ekonomi. Namun, angka ini belum cukup untuk menampung lonjakan angkatan kerja dan mengatasi ketimpangan antara lowongan dan pencari kerja.

Kesimpulan

Krisis lowongan pekerjaan di Indonesia memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Diperlukan kebijakan yang proaktif untuk menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan, serta mendorong investasi di sektor-sektor yang dapat menyerap tenaga kerja secara signifikan.

Ternyata di balik sepiring nasi yang kamu makan hari ini, ada drama ekonomi bertema “Yang kerja keras nggak kaya, yang n...
05/06/2025

Ternyata di balik sepiring nasi yang kamu makan hari ini, ada drama ekonomi bertema “Yang kerja keras nggak kaya, yang nggak nanam panen cuan”. Yup, Menteri Pertanian Amran mengungkap, para middleman alias tengkulak lagi pesta pora dari selisih harga beras—mereka cuan sampai Rp 42 triliun setahun!

Ceritanya begini: mereka beli beras dari petani dengan harga yang sangat bersahabat (buat tengkulak, bukan buat petani), lalu dijual ke konsumen dengan harga yang lebih dewasa. Selisih rata-rata? Sekitar Rp 2.000 per kg. Kalau dikalikan volume beras nasional—21 juta ton—hasilnya: cha-ching, Rp 42 triliun mendarat manis di kantong para perantara.

Sementara itu, petani—yang kerja dari matahari belum nongol sampai hujan turun sambil pegang cangkul—dapet apa? Paling banter Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta per bulan per keluarga. Itu pun setelah 3–4 bulan kerja keras tanpa jaminan cuaca atau harga pasar. Jadi kalau kamu mikir petani itu “pahlawan pangan”, ya mereka memang pahlawan—cuma sayangnya bukan yang dapet bonus tahunan.

Amran pun geram, “Jangan permainkan! Kita udah setengah mati bantu petani!” Tapi sayangnya, permainan lama ini masih terus jalan, dan para petani tetap main di level “survival”, bukan “profit”.

Source: Now I Know

Pemerintah Resmi anggarkan Rp.9 Miliar dari APBN untuk Proyek Tulis Ulang Sejarah IndonesiaMenteri Kebudayaan Fadli Zon ...
05/06/2025

Pemerintah Resmi anggarkan Rp.9 Miliar dari APBN untuk Proyek Tulis Ulang Sejarah Indonesia

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan bahwa anggaran sebesar Rp9 miliar dari APBN untuk proyek penulisan ulang sejarah Indonesia telah disetujui dan prosesnya tengah berjalan sesuai jadwal.

Proyek ini melibatkan 113 penulis, 20 editor per jilid, dan 3 editor umum dari berbagai disiplin ilmu dan wilayah Indonesia.

Uji publik atas draf awal buku dijadwalkan berlangsung pada Juli 2025, dengan pendekatan Indonesia sentris yang mencakup seluruh periode sejarah, mulai dari peradaban awal hingga era reformasi dan demokrasi modern.

Fadli menekankan pentingnya pembaruan buku sejarah sebagai cara membangun kesadaran sejarah generasi muda secara objektif dan menyeluruh.

Dalam rapat bersama Komisi X DPR, disepakati bahwa proyek ini harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sejarawan independen dan tokoh lokal, guna menghasilkan narasi yang inklusif dan representatif.

DPR juga mendorong Kementerian Kebudayaan untuk meningkatkan komunikasi publik agar prosesnya transparan.

Penulisan ulang ini ditargetkan selesai pada Agustus 2025 dan menjadi strategi penting membentuk memori kolektif bangsa.

[ANTARA News]

Address

Banjarbaru
70721

Telephone

+6282148503311

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Banjarbaru Post posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Banjarbaru Post:

Share