Aneka Ide Kreatif

Aneka Ide Kreatif BERBAGI IDE KREATIF.. S**A? SHARE

Cek 2L Minyak goreng tropical kemasan botol dengan harga Rp49.500. Dapatkan di Shopee sekarang!
12/09/2025

Cek 2L Minyak goreng tropical kemasan botol dengan harga Rp49.500. Dapatkan di Shopee sekarang!

Beli 2L Minyak goreng tropical kemasan botol Terbaru Harga Murah di Shopee. Ada Gratis Ongkir, Promo COD, & Cashback. Cek Review Produk Terlengkap

Cek UPUWE CCTV WIFI V380 ICSEE 8MP Kamera WIFI Camera Bola Tahan Air untuk Luar Ruang - Cocok untuk Halaman Rumah, Gudan...
01/09/2025

Cek UPUWE CCTV WIFI V380 ICSEE 8MP Kamera WIFI Camera Bola Tahan Air untuk Luar Ruang - Cocok untuk Halaman Rumah, Gudang, Lapangan Olahraga & Area Perdagangan, Cahaya Inframerah 30m, Dukung Alarm & Kompensasi Cahaya Belakang dengan harga Rp149.000. Dapatkan di Shopee sekarang!

Beli UPUWE CCTV WIFI V380 ICSEE 8MP Kamera WIFI Camera Bola Tahan Air untuk Luar Ruang - Cocok untuk Halaman Rumah, Gudang, Lapangan Olahraga & Area Perdagangan, Cahaya Inframerah 30m, Dukung Alarm & Kompensasi Cahaya Belakang Terbaru Harga Murah di Shopee. Ada Gratis Ongkir, Promo COD, & Cashback.....

Cek Sania Minyak Goreng Sawit Premium Cooking Oil Pouch 1L dengan harga Rp24.700. Dapatkan di Shopee sekarang!
31/08/2025

Cek Sania Minyak Goreng Sawit Premium Cooking Oil Pouch 1L dengan harga Rp24.700. Dapatkan di Shopee sekarang!

Beli Sania Minyak Goreng Sawit Premium Cooking Oil Pouch 1L Terbaru Harga Murah di Shopee. Ada Gratis Ongkir, Promo COD, & Cashback. Cek Review Produk Terlengkap

30/08/2025

أؤمن بإله واحد، الآب ضابط الكل، خالق السماوات والأرض. وأؤمن برب واحد، يسوع المسيح، ابن الله الوحيد، الذي من أجل خلاصنا، تجسد من الروح القدس، وتأنس من مريم العذراء، وصلب تحت بيلاطس البنطي، ومات وقبر، ونزل إلى الجحيم، وفي اليوم الثالث قام من بين الأموات، وصعد إلى السماء، وجلس عن يمين الآب، وهو قادم ليدين الأحياء والأموات. وأؤمن بالروح القدس، الرب المحيي، المنبثق من الآب والابن، الذي هو مع الآب والابن مسجود له وممجده، الناطق في الأنبياء. وأؤمن بكنيسة واحدة مقدسة جامعة رسولية. أعترف بمعمودية واحدة لمغفرة الخطايا. وأنتظر قيامة الأموات، والحياة في الدهر الآتي. آمين.

30/08/2025
13/08/2025

Apa AgamaMu? Komen d**g.. Yang ga komen kfir

13/08/2025

Kenapa kecoa tidak boleh dipkul sembarangan? 🪳
Karena meskipun kecil dan menjijikkan, mem.ukul kecoa bisa bikin masalah baru. Nih alasannya:

🛑 1. Menyebarkan Kuman dan Bakteri

Kecoa hidup di tempat kotor: selokan, tong sampah, saluran air.

Kalau kamu pukul dan tubuhnya pecah, bakteri seperti E. coli dan salmonella bisa menyebar ke lantai atau tanganmu.

🤢 2. Mengeluarkan Bau Tidak Sedap

Kecoa yang dipukul bisa mengeluarkan cairan tubuh yang bau dan lengket.

Ini bisa bikin lantai atau dinding jadi kotor dan bau menyengat.

😱 3. Bisa Bikin Kecoa Lain Datang

Kecoa punya zat feromon yang bisa jadi sinyal bah4y4 atau tanda lokasi.

Kalau kamu poukul satu, bisa saja malah menarik kecoa lain datang.

🪳 Kecoa Bisa Membawa Risiko Kesehatan

Kecoa dikenal sebagai vektor penyakit, karena sering berada di tempat kotor seperti selokan, sampah, dan toilet. Mereka bisa membawa:
• Bakteri: Salmonella, E. coli (penyebab diare, tifus, infeksi saluran cerna)
• Jamur & virus
• Parasit cacing
• Pemicu asma & alergi: terutama dari kotoran, air liur, dan serpihan tubuh kecoa.

✅ Mem.uk.ul Kecoa Boleh, Tapi Perhatikan:
1. Jangan dengan tangan langsung
Gunakan benda seperti sandal, sapu, atau tisu. Menyentuh langsung bisa menularkan kuman.

2. Bersihkan area setelahnya
Kecoa bisa meninggalkan jejak kuman, jadi setelah dipkul dan dibuang, bersihkan tempatnya dengan disinfektan.

3. Cuci tangan setelahnya
Meski tidak menyentuh langsung, tetap disarankan mencuci tangan agar terhindar dari paparan kuman.

4. Jangan sampai terbang pecah
Kadang tubuh kecoa pecah dan serpihannya menyebar. Ini bisa memicu alergi jika terhirup.

21/07/2025

Sebotol Air Dari Langit
Adaptasi dari kisah nyata seorang anak yang mencintai ibunya.

Aceh, 26 Desember 2004
Pagi itu, matahari belum tinggi saat getaran keras mengguncang bumi Serambi Mekah. Gempa besar menggoyang rumah-rumah dan membuat burung-burung beterbangan panik dari pepohonan. Di sudut kota Banda Aceh, seorang gadis kecil berusia sembilan tahun bernama Ainul Mardhiah tengah bersiap-siap bersama keluarganya untuk pergi ke laut.

“Ainul, bantu umi siapkan bekal, ya,” kata sang ibu dari dapur.

Tapi pagi itu tidak biasa. Ayahnya, yang biasanya tenang, tiba-tiba menghentikan mereka semua.

“Kita tidak jadi ke laut. Ayah merasa… tidak enak hati,” ujarnya dengan nada serius.

Tak lama setelah itu, suara gemuruh memekakkan telinga. Sirene meraung, dan para polisi berteriak dari pengeras suara:

“Air laut naik! Segera ke tempat tinggi!”

Dalam hitungan menit, kota itu dilanda teror gelombang raksasa—tsunami yang kelak dikenal sebagai bencana paling dahsyat dalam sejarah Indonesia.

Ainul menggenggam tangan adik-adiknya erat sambil berlari mengikuti orang-orang yang berebut naik ke gedung tinggi. Tangis dan teriakan mengiringi langkah mereka.

Tiba-tiba, mata Ainul membelalak. Sebuah gelombang hitam, lebih tinggi dari gedung tiga lantai, menerjang dari arah laut—menghantam semua yang dilaluinya: rumah, pohon, kendaraan, manusia...

“Umi!” jerit Ainul saat tubuhnya tercerai dari keluarganya, lalu semuanya menjadi gelap.

Ketika ia sadar, tubuhnya terjepit puing-puing bangunan. Di sampingnya—ibunya.

Hari pertama di bawah reruntuhan adalah hari penuh kebingungan. Tubuh Ainul tak bisa bergerak. Kakinya tertindih tiang beton. Napas ibunya berat, suara tangisnya hanya terdengar lirih.

“Umi… umi jangan tidur ya. Ainul di sini,” bisik gadis kecil itu.

Hari berganti malam, dan malam berganti hari. Mereka tak tahu apakah dunia masih ada di luar sana.

Hari kedua, Ainul mulai kehilangan harapan. Tubuhnya lemas. Lidah kering. Lapar dan haus menusuk lambung seperti ribuan duri. Tapi satu hal yang ia jaga: doa dan cinta untuk ibunya.

“Kalau aku lemah, Umi bisa mati,” batinnya.

Setiap kali ibunya terlelap, Ainul mengusap wajah ibunya dengan sisa kain yang basah karena air hujan yang menetes dari celah puing.

“Umi jangan pergi dulu. Ainul belum bisa hidup tanpa umi.”

Di hari keenam, keajaiban itu datang.

Dari celah-celah atap yang runtuh, tiga botol air mineral entah bagaimana jatuh perlahan. Satu dari botol itu jatuh tepat di depan wajah Ainul, memercikkan sisa embun ke bibirnya yang pecah-pecah.

Ia menangis. Bukan karena sakit. Tapi karena harapan itu datang saat napas ibunya sudah nyaris tak terdengar.

Dengan seluruh sisa tenaga, ia menyodorkan tutup botol kecil ke bibir ibunya.

“Minum, umi... ini dari Allah... dari langit,” katanya.

Ibunya menangis—air mata yang tak bersuara, hanya mengalir lemah di p**i penuh debu.

Hari ketujuh, suara manusia terdengar dari kejauhan. Suara alat berat, suara panggilan tim SAR.

Ainul mencoba berteriak, tapi suaranya nyaris tak keluar. Ia menggesekkan potongan besi ke batu puing—membuat bunyi yang akhirnya didengar petugas penyelamat.

Butuh dua jam untuk menggali mereka.

Saat tubuh Ainul diangkat, ia masih memeluk tangan ibunya yang dingin. Tapi ibunya masih bernapas. Lemah, namun hidup.

Setelah sembuh dari luka-luka, Ainul tinggal di pengungsian bersama ibunya yang selamat meski dengan kondisi sangat lemah. Ayah dan sebagian anggota keluarganya tidak ditemukan.

Kini, dua puluh tahun kemudian, Ainul tak lagi gadis kecil. Tapi ia tetap membawa luka itu, dan cinta yang tak pernah pudar pada ibunya.

“Kalau bukan karena umi, aku pasti sudah menyerah. Tapi karena umi, aku hidup. Karena cinta, kami bertahan,” tuturnya dalam wawancara RRI, 26 Desember 2024, tepat dua dekade setelah tsunami itu.

Pesan Moral
Penulis Edi Warsono
Kontributor Eva Nurhayati Bundanya Khafa

Cinta dan bakti seorang anak bukan hanya tampak saat senang, tapi diuji saat gelap. Ainul Mardhiah, dengan tubuh kecilnya, membuktikan bahwa kasih anak yang tulus bisa menjadi nyala lilin dalam reruntuhan. Bahkan dalam kegelapan tujuh hari, ia tak pernah tinggalkan ibunya. Ketika tubuh tak bisa bergerak, doa, bakti, dan harapanlah yang menyelamatkan mereka. Bencana bisa meluluhlantakkan rumah, tapi tidak bisa menghancurkan ikatan jiwa antara seorang ibu dan anak yang setia.

Bagikan d**geng ini di beranda Facebook sobat semua jika menyukai isinya, agar semakin banyak sahabat kita yang membaca dan termotivasi untuk selalu berbuat kebajikan di muka bumi ini.

PENGUMUMAN :
Bagi sobat yang s**a dengan cerita hantu dan cerita misteri, atau cerita yang seram-seram bisa mengikuti kami di saluran baru yang khusus untuk cerita-cerita Mistis dan Misteri, silakan Klik Cerita Horror Nusantara dan ikuti untuk mendapatkan cerita misteri setiap hari. Terimakasih.

21/07/2025

“Mama, Bolehkah Aku Sedih?”

(Membantu Anak Menghadapi Kesedihan Tanpa Terluka)

> “Anak-anak tidak butuh dunia yang sempurna. Mereka hanya butuh pelukan yang tak menghakimi saat dunia membuat mereka terluka.”

---

Bab 1: Tangisan Kecil yang Menggetarkan

Hari itu sepulang sekolah, Dafa—anak laki-lakiku yang baru berusia 7 tahun—menutup pintu kamar dengan keras. Ia langsung menangis di balik pintu tanpa suara.

Aku mengendap, lalu duduk di depan pintunya.
“Dafa, boleh Mama masuk?”

Tidak ada jawaban.

Aku duduk saja di depan pintu, menunggu. Lima menit... sepuluh menit... hingga akhirnya suara lirih terdengar.

“Iya.”

Aku masuk, dan melihat matanya sembab.
“Ada apa, Nak?” tanyaku sambil duduk di lantai bersamanya.

“Aku... sedih,” jawabnya pelan. “Teman-teman bilang gambarku jelek... Padahal aku udah gambar yang paling bagus menurutku.”

Aku memeluknya.

Dan saat itulah aku sadar...

Anak-anak pun bisa patah hati. Dan luka kecil di hati mereka tak kalah dalam dari luka orang dewasa.

---

Bab 2: Dulu Aku Sering Salah Menyikapi

Dulu, saat Dafa masih lebih kecil dan menangis karena hal-hal yang menurutku sepele, aku sering bilang:

“Udah, jangan cengeng.”

“Ah, masa gitu aja sedih?”

“Kamu laki-laki, harus kuat!”

Aku kira itu cara terbaik mendidiknya.
Tapi nyatanya… aku hanya membuatnya ragu akan emosinya sendiri.

Aku lupa…

> Anak bukan butuh solusi.
Mereka butuh rasa aman untuk merasa.
Butuh ruang untuk diakui bahwa luka itu nyata.

---

Bab 3: Belajar Mendengarkan

Sejak hari itu, aku mengubah caraku.

Alih-alih langsung menasihati, aku mulai menjadi pendengar pertama dan terbaik untuk Dafa.

Ketika ia sedih, aku tak buru-buru membantah.

Aku peluk, aku dengarkan, aku ulangi ucapannya:

> “Oh, kamu sedih karena temanmu bilang gambarmu jelek?”
“Pasti sakit ya rasanya?”
“Kamu sudah berusaha keras... lalu dikata-katai seperti itu.”

Setiap aku ulang kalimatnya, ia tampak sedikit lega.

Ternyata... divalidasi itu menyembuhkan.

---

Bab 4: Anak Butuh Ditolong Bukan Disalahkan

Banyak dari kita—karena ingin anak cepat kuat—malah mematikan kesedihan anak.

Tanpa sadar, kita bilang:

“Ah, cuma itu aja.”

“Biasa. Mama juga dulu digituin.”

“Awas kalau nangis terus!”

Padahal...

Kesedihan yang dipendam akan menjadi trauma. Tapi kesedihan yang diterima akan berubah jadi pemahaman.

Dan orang tua… seharusnya jadi tempat anak bisa bersandar, bukan bersembunyi.

---

Bab 5: Mengajari Anak Menamai Emosi

Aku pun mulai mengenalkan nama-nama perasaan pada Dafa.

“Saat kamu merasa dadamu sesak dan ingin menangis, itu namanya sedih.”
“Saat kamu marah karena tidak dipilih, itu wajar. Itu kecewa.”

Kami pun membuat jurnal emosi sederhana.

Setiap malam sebelum tidur, Dafa menggambar wajah yang menggambarkan emosinya hari itu—senyum, marah, atau menangis.

Pelan-pelan, ia belajar bahwa semua emosi itu sah.

> “Tidak ada perasaan yang salah, yang ada adalah bagaimana kita menyikapinya.”

---

Bab 6: Aku Pernah Bertanya pada Diriku Sendiri

Pernah suatu malam, aku duduk sendiri di kamar, sambil menangis dalam diam.

Aku kelelahan. Fisik. Emosi. Mental.

Aku bertanya dalam hati, “Kalau aku yang dewasa saja bisa selelah ini dan butuh pelukan... bagaimana dengan anakku yang belum bisa berkata-kata utuh?”

Itulah momen saat aku berhenti menuntut Dafa selalu bahagia.

Anak-anak juga butuh ruang untuk menangis.
Jangan minta mereka dewasa sebelum waktunya.

---

Bab 7: Momen Saat Dafa Menjadi Lebih Berani

Suatu hari, ia pulang dari sekolah sambil tersenyum.

“Mama, aku cerita ya... Tadi ada yang bilang gambarku jelek lagi. Tapi aku bilang, ‘Itu pendapat kamu. Aku s**a gambaranku sendiri.’”

Aku memeluknya erat.
Itu adalah hari di mana aku tahu... kesedihan tak membuatnya lemah. Justru membuatnya tangguh.

Anak-anak yang didengar, yang dikuatkan emosinya, akan tumbuh jadi anak-anak yang percaya diri dan lembut hatinya.

---

Bab 8: Pesan untuk Semua Orang Tua

Untuk semua Mama, Papa, Ayah, dan Bunda...

Jangan takut melihat anakmu menangis.
Jangan buru-buru bilang “tidak apa-apa.”

Tanyakan dulu:
“Apa yang kamu rasakan?”
“Boleh Mama bantu?”
“Mama di sini, kamu nggak sendirian.”

Karena kalimat-kalimat sederhana seperti itu...
bisa menyelamatkan luka batin anakmu yang tak terlihat.

---

Bab 9: Anak yang Sedih, Bukan Anak yang Lemah

Anak yang sedih itu bukan anak yang gagal.

Justru, saat anak bisa menunjukkan perasaannya, itu tanda dia merasa cukup aman bersamamu.

Tugas kita bukan membuat anak kuat dalam diam.
Tapi membuat mereka tahu… mereka boleh rapuh asal tidak sendiri.

---

Bab 10: Penutup

Hari ini Dafa sudah berusia 10 tahun.
Ia masih kadang menangis, masih merasa kecewa, masih merasa sedih.

Tapi kini… dia tahu bagaimana menghadapinya.

Ia tidak membentak. Tidak menyalahkan diri. Tidak menyakiti orang lain.

Ia menulis. Ia menggambar. Ia bicara. Ia memelukku.

Dan aku tahu, itulah anak yang tumbuh dengan jiwa yang sehat.

---

> “Anak-anak tidak butuh dunia yang bebas dari kesedihan. Tapi mereka butuh orang tua yang mengajarkan cara menghadapi kesedihan, tanpa harus kehilangan harapan.”

21/07/2025

Address

Bantenan

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Aneka Ide Kreatif posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Aneka Ide Kreatif:

Share

Category