30/05/2025
FENOMENA KEMARAU BASAH DIPERKIRAKAN BERLANGSUNG HINGGA AGUSTUS 2025 , INI PENJELASAN BMKG ,
- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena kemarau basah tengah melanda beberapa wilayah di Indonesia.
BMKG memperkirakan bahwa fenomena ini akan membuat masyarakat tetap harus menghadapi hujan meskipun telah memasuki musim kemarau.
Proyeksi BMKG, fenomena kemarau basah akan berlangsung hingga akhir musim kemarau pada Agustus 2025.
Setelah itu, Indonesia akan memasuki masa pancaroba antara September hingga November 2025 sebelum memasuki musim hujan yang diperkirakan berlangsung dari Desember 2025 hingga Februari 2026.
Apa Itu Kemarau Basah? Kemarau basah adalah kondisi cuaca tidak biasa di mana hujan tetap terjadi dengan intensitas cukup tinggi meskipun berada dalam periode musim kemarau.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyebut fenomena ini dipicu oleh berbagai faktor atmosfer dan perubahan iklim yang memengaruhi pola cuaca di Indonesia. “Kemarau basah adalah fenomena tidak biasa yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim dan pola cuaca yang tidak stabil,” kata Guswanto dikutip dari Kompas,com, Rabu (14/5/2025).
Dinamika Atmosfer yang Memicu Kemarau Basah BMKG mencatat sejumlah dinamika atmosfer yang berperan dalam memperkuat potensi kemarau basah.
Beberapa faktor yang disebut antara lain sirkulasi siklonik di sekitar wilayah Indonesia, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer seperti gelombang Kelvin dan Rossby Ekuator. Kondisi atmosfer tersebut menyebabkan terbentuknya awan-awan hujan meskipun Indonesia secara umum sedang berada dalam masa kemarau.
Peran Perubahan Iklim dalam Fenomena Kemarau Basah BMKG menegaskan bahwa fenomena kemarau basah tidak hanya merupakan kejadian cuaca sesaat, tetapi juga mencerminkan tren perubahan iklim global jangka panjang.
Fenomena kemarau basah di Indonesia terjadi akibat interaksi kompleks antara dinamika atmosfer musiman dan perubahan iklim jangka panjang, Secara musiman, kemarau basah dipicu oleh aktifnya gelombang atmosfer tropis seperti MJO, gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuator.
Ketiga fenomena ini membawa uap air dalam jumlah besar dan mendorong pembentukan awan hujan, meskipun Indonesia sedang berada dalam periode kemarau. “MJO, misalnya, adalah gelombang atmosfer tropis yang bergerak secara periodik dan membawa kelembapan tinggi ke wilayah Indonesia, sehingga mengakibatkan hujan yang tidak biasa pada periode kemarau. Kondisi ini mengganggu pola cuaca normal, menyebabkan curah hujan meningkat secara signifikan walaupun musim kemarau sedang berlangsung
Dilansir dr berita KOMPAS,com