15/10/2022
Al Imam Hasan Al-Bashri berkata :
“Aku mendatangi seorang pedagang kain di kota Makkah untuk membeli baju, aku lihat si pedagang mulai memuji-muji barang dagangannya dan s**a sekali bersumpah.
Aku pun meninggalkannya dan berkata di dalam hati, "Tidaklah layak membeli dari orang macam itu." Lalu aku pun membeli baju dari pedagang lain.
2 tahun berlalu, aku pergi lagi ke kota Makkah untuk berhaji dan aku bertemu lagi dengan pedagang itu. Tetapi, aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji barang dagangannya dan dia tidak lagi s**a bersumpah. Aku pun penasaran Lalu bertanya kepadanya :
“Bukankah engkau adalah orang yang 2 tahun lalu pernah berjumpa denganku?”
Setelah mengingat pedagang itupun berkata : “Iya, benar."
Aku bertanya lagi : “Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang ini? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji barang daganganmu dan kamu tidak lagi bersumpah”.
Pedagang itu pun bercerita :
“Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rezeki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rezeki yang banyak ia menganggapnya sedikit. lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita, yang Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata :
“Wahai suamiku.. bertaqwalah kepada Allah! janganlah sekali-sekali engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak mendapatkan apa-apa, maka aku akan membantumu memintal kain.”
Hikmah :
1. Milikilah sifat Qana’ah (bersedia menerima) atau jiwa yang selalu merasa cukup.
2. Janganlah menjadi jurang dosa bagi suami. Wanita shalihah akan mendorong suaminya pada kebaikan, sedangkan wanita kufur akan menjadi pendorong bagi suaminya untuk berbuat dosa.
3. Ukuran rezeki itu terletak pada keberkahannya, bukan pada jumlahnya.
(Kitab al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm)