
11/07/2025
Cerpen
Mentari sore menyinari wajah Ratih, gadis desa dengan kulit sehalus sutra dan senyum yang mampu menyihir siapapun. Ia mengenakan kebaya sederhana namun anggun, kain batik pemberian ibunya. Hari ini adalah hari pesta rakyat, sebuah perayaan panen raya yang selalu dinanti warga Desa Sekarwangi. Ratih berharap, di antara kerumunan orang, ia akan bertemu pangeran impiannya, seorang yang baik hati, pekerja keras, dan mencintainya apa adanya.
Pesta rakyat berlangsung meriah. Gamelan mengalun merdu, tawa dan canda bergema di seantero lapangan desa. Ratih sibuk membantu ibunya berjualan jajanan pasar, sesekali matanya melirik ke kerumunan, berharap menemukan sosok yang selama ini mengisi khayalannya. Namun, tak ada satupun yang menarik perhatiannya. Hingga, ia melihatnya.
Seorang pemuda dengan rambut sedikit berantakan, mengenakan kemeja putih yang sedikit kusut, namun memancarkan aura yang berbeda. Ia tertawa lepas bersama anak-anak, membagi-bagikan permen, dan membantu orang tua yang kesulitan. Pemuda itu tampak sederhana, namun ada sesuatu yang membuatnya begitu menawan. Ratih merasa jantungnya berdebar-debar. Ini dia, pangeran impiannya!
Dengan hati berdebar, Ratih memberanikan diri mendekat. Ia menawarkan pemuda itu segelas minuman sari buah yang ia buat sendiri. Pemuda itu menerima dengan senyum ramah. Mereka mengobrol, dan Ratih terkejut betapa mudahnya ia berbincang dengan pemuda itu. Namanya Bagas, seorang mahasiswa arsitektur yang sedang melakukan riset tentang arsitektur tradisional di desa tersebut.
Bagas terpesona dengan kecantikan Ratih dan kebaikan hatinya. Ia tak menyangka akan bertemu gadis sespesial Ratih di sebuah pesta rakyat. Mereka menghabiskan waktu berbincang hingga malam tiba, berbagi cerita tentang mimpi dan harapan mereka. Ratih menceritakan tentang keinginannya untuk melanjutkan pendidikan, sementara Bagas menceritakan tentang cita-citanya untuk membangun desa-desa dengan arsitektur yang ramah lingkungan.
Saat pesta berakhir, Bagas mengantar Ratih pulang. Di bawah cahaya bulan purnama, Bagas mengungkapkan perasaannya pada Ratih. Ratih pun tak mampu menyembunyikan perasaannya. Mereka saling jatuh cinta, bukan karena status atau kekayaan, tetapi karena ketulusan hati dan kesamaan mimpi.
Kisah cinta Ratih dan Bagas menjadi perbincangan hangat di Desa Sekarwangi. Seorang gadis desa yang sederhana berhasil menemukan pangeran impiannya, bukan di istana megah, tetapi di tengah keramaian pesta rakyat. Cinta mereka membuktikan bahwa kebahagiaan tak selalu datang dengan kemasan yang mewah, tetapi dari hati yang tulus dan saling menerima. Mereka berdua, dengan latar belakang yang berbeda, membuktikan bahwa cinta mampu melampaui perbedaan dan menciptakan keajaiban. Dan, pesta rakyat itu menjadi saksi bisu awal kisah cinta mereka yang indah.