Nophie Author

Nophie Author Content creator
Author

02/09/2025

Lihat video Nophie.

Terima kasih banyak untuk penggemar berat baru saya! 💎 Vina Sairatu, Saionji Echan, Kayus Ekyochi, Lisna Wati, Sity Aisy...
02/07/2025

Terima kasih banyak untuk penggemar berat baru saya! 💎 Vina Sairatu, Saionji Echan, Kayus Ekyochi, Lisna Wati, Sity Aisyh R R, Zeeo Zeea, Lilis Riyanti, Dewi Lawani

Beri komentar untuk menyambut mereka di komunitas kita, berat

02/07/2025

Pengawalku Wanita Super
By, Nophie

https://www.fizzo.org/page/share/?bid=7445223378425740482&isNew=1&from=copy_link&group=2&d=7596342206180964089&u=7871011234826499326&language=id®ion=ID

Pagi itu di rumah mewah milik Charles Keith, CEO dari Keith CEO, terjadi perbincangan antara Charles dan asisten pribadinya yang bernama Arnold, mantan militer yang kini bekerja untuk melindungi dan melayani Charles.

“Apa kopinya sudah diseduh pake air yang dicampur dengan sesuatu yang membuatnya menjadi sangat pahit?”

Charles Keith mendongak dari balik koran, pria tampan itu merasakan pahitnya kopi pagi itu tidak manusiawi.

Charles memang menyukai rasa kopi pahit di pagi hari. Tapi kopi kali ini beda dengan kopi yang biasa diminum tiap pagi.

“Maaf, Tuan. Baristanya sakit hari ini, jadi yang bikin adalah satpam shift malam,” jelas Arnold, asisten pribadi yang multitasking dan minim ekspresi.

“Satpam?!” Charles menoleh ke arah asistennya sambil memberikan tatapan tajam.

“Dia bilang pernah ikut pelatihan pembuatan kopi yang enak,”sahut asistennya masih dengan nada datar.

Charles memicingkan mata ke cangkirnya, “Dan kamu percaya begitu saja? Entah berapa banyak kopi yang dimasukkan ke dalam mesin itu, karena ini bukan espresso. Tapi kayak... trauma buruk di masa kecil dalam bentuk cair.”

Sebelum asistennya sempat jawab, suara teriakan panik terdengar dari luar.

“ADA MAYAT DI KOLAM! TUAN CHARLES! ADA... MAYAT!!”

Arnold dan Charles saling tatap. “Apa? Lagi?”

Kejadian ini bukan hanya yang pertama bagi mereka. Tapi sudah ada tiga kejadian sebelumnya yang membuat mereka masih bertanya-tanya sampai sekarang.

Pihak kepolisian juga sudah dikerahkan untuk mencari tahu tapi belum ada titik terang dari peristiwa tersebut.

Setelah mereka sampai di kolam renang belakang rumah mewah itu ..

“Ini yang keempat dalam dua minggu,” gumam Charles sambil menatap sosok laki-laki tak dikenal mengambang di kolam dengan ekspresi takut campur kesal.

Polisi sudah dipanggil ‘lagi’, tapi Charles udah hafal prosedur. Yang bikin pusing: empat mayat, empat orang yang semuanya pernah kerja di perusahaannya, dan semuanya ditemukan mati di properti pribadinya.

Arnold berdiri dengan catatan yang di pegangnya di tangan kirinya.

“Korban kali ini namanya Tommy Wood. Kepala bagian IT. Terakhir login ke sistem kantor kemarin malam jam 10.”

“Pakai VPN?”tanya Charles sambil memegang kepalanya yang tiba tiba sakit. Kejadian kejadian ini sungguh bisa membuatnya jadi gila!!!

“Pakai. Tapi lokasinya tetap ketahuan. Kantor pusat. Ada info kalau orang ini sehabis kerja lembur.”

Charles nyender ke kursi untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lemas. “Empat orang. Semua dari divisi berbeda. Semua ditemukan mati di sekitar rumahku. Ini bukan kebetulan. Ini kayak... bintang tamu reality show yang datang satu-satu.”

“Dan semuanya pria,” tambah asistennya dengan suara pelan.

Charles melirik. “Maksudmu?”

“Mungkin pembunuhnya cewek... atau mantan pacar, atau fans berat...”

Charles mendesah. “Kalau ini penggemar, cara dia menunjukkan cinta tuh... agak radikal, Ar.”

***

Ini sudah jam 11 siang, dimana Charles kini sudah berada di kantornya, karena ia harus memimpin rapat di ruangan pertemuan utama.

Rapat darurat digelar. Semua kepala divisi hadir, minus Tommy yang kini sedang dibungkus kantong jenazah.

Charles berdiri di depan layar besar dengan ekspresi yang sangat serius. Ini kejadian keempat, dan pasti bukan karena kebetulan. Pasti ada orang yang menargetkan pegawai di perusahaan Charles. Karena memang yang dibunuh adalah pegawai yang bekerja di perusahaan Charles.

“Guys,” bukanya. “Saya rasa kita semua tahu kenapa kita di sini.”

“Karena ada mayat lagi?” celetuk seseorang dari bagian legal.

“Karena nyawa kalian dan saya udah kayak target latihan lempar pisau!” sahut Charles cepat. “Dan karena itu, mulai hari ini saya akan cari... pengawal pribadi.”

Semua mendadak heboh.

“Kayak di novel di aplikasi sebelah itu ya?”

“Wah, kayaknya ini menjadi semakin rumit dan menakutkan! Para pegawai sudah ditargetkan, Apakah kali ini ceo-nya yang bakal menjadi target selanjutnya?”

Charles angkat tangan karena dirinya sedikit ketakutan ketika mendengar salah satu orang pegawainya berkata bahwa kemungkinan target selanjutnya adalah dirinya.

“Bisakah kalian semua sekarang serius terlebih dahulu? Fokus! Saya akan bikin audisi terbuka. Saya butuh orang yang kuat, cepat, dan bisa mengatasi kejadian kejadian pembunuhan yang ada di sekitar saya saat ini.!”

“Kenapa nggak sewa agensi keamanan?” tanya Arnold yang merupakan asisten pribadi sekaligus pengawal pribadi dari Charles.

“Karena dua dari empat korban itu juga mantan bodyguard saya dari agensi,” jawab Charles pelan. “Saya butuh yang... benar benar tangguh, cerdas dan bisa tahan banting.”

***

Setelah rapat selesai dan diputuskan untuk melakukan audisi terbuka maka Arnold segera mengirimkan draft pembuatan iklan untuk audisi bodyguard. Charles yang berada di sana segera memberikan benang merah dari pengumuman pembuatan audisi tersebut.

“Agar lebih menarik perhatian, bagaimana kalau kita buat gajinya tinggi biar langsung viral,” katanya. “Berapa ya... Limapuluh juta per bulan?”

Arnold melotot. “Gaji saya yang sebagai asisten pribadi merangkap personal bodyguard juga tidak nyampe segitu? Kalau begitu apakah boleh saya minta kenaikan gaji? “

Charles menatap personal asistennya itu dengan tatapan tajam. “Enak saja! Gajimu sudah termasuk tinggi, lagian emangnya kamu mau menjadi target pembunuhan selanjutnya? Ini adalah strategi pemasaran agar orang banyak datang untuk melamar posisi tersebut. Karena aku membutuhkan bodyguard yang memiliki kemampuan yang sudah aku list di atas, dengan cepat.”

“Pak, rasa-rasanya bapak sudah mulai paranoid ?”

“Arnold, ini adalah kejadian keempat dalam suatu waktu, hanya orang yang psikopat saja yang tidak akan paranoid menghadapi hal ini. Aku realistis, siapapun yang bisa melindungi aku maka aku akan memberikan bayaran segitu banyaknya dalam satu bulan.”

“Baiklah,” kata Arnold segera mengubah draft pengumuman audisi terbuka untuk mencari pengawal yang tangguh.

[Dicari: Pengawal pribadi super tangguh. Bayaran 50 juta/bulan. Bonus, tunjangan, dengan syarat ketentuan berlaku.]

***

Malam hari ketika berada di kamar sendirian, ketakutan kembali muncul di hati Charles Bayangkan saja, 4 kematian yang random dan semuanya adalah pegawainya.

Charles berdiri di depan cermin. “Aku tidak boleh takut … aku kan memiliki kemampuan membela diri … Lha, tapi kalau aku sedang tidur dan tiba tiba ada yang datang, gimana?”

Dia buka lemari dan segera mengambil tongkat baseball.

“Kalau sampai yang datang buat mengangguku, maka aku akan ….”

Suara ketukan di jendela bikin Charles meloncat karena kaget.

Dia buka gorden. Cuma pohon bergoyang. Tapi dari jauh... seperti ada seseorang memandang dari atap rumah tetangga.

***

Malam itu, Charles tidur sambil peluk tongkat baseball, sementara itu di waktu yang sama, seorang wanita mungil dengan hoodie pink dan tas selempang unicorn sedang berpikir bagaimana cara mencari uang dengan cepat dan mudah, karena dirinya sangat membutuhkan uang saat ini.

Sedangkan gaji sebagai seorang satpam di sebuah TK swasta tidak akan cukup untuk membiayai kebutuhan yang sangat mendadak yang saat ini ia harus segera penuhi.

“Aku harus bisa mendapatkan uang karena Ayah sangat membutuhkan uang ini.” Marie meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa dirinya akan bisa memenuhi kebutuhan ayahnya yang saat ini sedang sakit di rumah sakit.

Cari Bodyguard untuk melindunginya, malah Nemu wanita cantik ...Apa bisa seorang wanita cantik jadi pengawal?⬇️⬇️⬇️PENGA...
01/07/2025

Cari Bodyguard untuk melindunginya, malah Nemu wanita cantik ...
Apa bisa seorang wanita cantik jadi pengawal?
⬇️⬇️⬇️

PENGAWALKU, WANITA SUPER

Nophie

Bab 1.

Pagi itu di rumah mewah milik Charles Keith, CEO dari Keith CEO, terjadi perbincangan antara Charles dan asisten pribadinya yang bernama Arnold, mantan militer yang kini bekerja untuk melindungi dan melayani Charles.

“Apa kopinya sudah diseduh pake air yang dicampur dengan sesuatu yang membuatnya menjadi sangat pahit?”

Charles Keith mendongak dari balik koran, pria tampan itu merasakan pahitnya kopi pagi itu tidak manusiawi.

Charles memang menyukai rasa kopi pahit di pagi hari. Tapi kopi kali ini beda dengan kopi yang biasa diminum tiap pagi.

“Maaf, Tuan. Baristanya sakit hari ini, jadi yang bikin adalah satpam shift malam,” jelas Arnold, asisten pribadi yang multitasking dan minim ekspresi.

“Satpam?!” Charles menoleh ke arah asistennya sambil memberikan tatapan tajam.

“Dia bilang pernah ikut pelatihan pembuatan kopi yang enak,”sahut asistennya masih dengan nada datar.

Charles memicingkan mata ke cangkirnya, “Dan kamu percaya begitu saja? Entah berapa banyak kopi yang dimasukkan ke dalam mesin itu, karena ini bukan espresso. Tapi kayak... trauma buruk di masa kecil dalam bentuk cair.”

Sebelum asistennya sempat jawab, suara teriakan panik terdengar dari luar.

“ADA MAYAT DI KOLAM! TUAN CHARLES! ADA... MAYAT!!”

Arnold dan Charles saling tatap. “Apa? Lagi?”

Kejadian ini bukan hanya yang pertama bagi mereka. Tapi sudah ada tiga kejadian sebelumnya yang membuat mereka masih bertanya-tanya sampai sekarang.

Pihak kepolisian juga sudah dikerahkan untuk mencari tahu tapi belum ada titik terang dari peristiwa tersebut.

Setelah mereka sampai di kolam renang belakang rumah mewah itu ..

“Ini yang keempat dalam dua minggu,” gumam Charles sambil menatap sosok laki-laki tak dikenal mengambang di kolam dengan ekspresi takut campur kesal.

Polisi sudah dipanggil ‘lagi’, tapi Charles udah hafal prosedur. Yang bikin pusing: empat mayat, empat orang yang semuanya pernah kerja di perusahaannya, dan semuanya ditemukan mati di properti pribadinya.

Arnold berdiri dengan catatan yang di pegangnya di tangan kirinya.

“Korban kali ini namanya Tommy Wood. Kepala bagian IT. Terakhir login ke sistem kantor kemarin malam jam 10.”

“Pakai VPN?”tanya Charles sambil memegang kepalanya yang tiba tiba sakit. Kejadian kejadian ini sungguh bisa membuatnya jadi gila!!!

“Pakai. Tapi lokasinya tetap ketahuan. Kantor pusat. Ada info kalau orang ini sehabis kerja lembur.”

Charles nyender ke kursi untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lemas. “Empat orang. Semua dari divisi berbeda. Semua ditemukan mati di sekitar rumahku. Ini bukan kebetulan. Ini kayak... bintang tamu reality show yang datang satu-satu.”

“Dan semuanya pria,” tambah asistennya dengan suara pelan.

Charles melirik. “Maksudmu?”

“Mungkin pembunuhnya cewek... atau mantan pacar, atau fans berat...”

Charles mendesah. “Kalau ini penggemar, cara dia menunjukkan cinta tuh... agak radikal, Ar.”

***

Ini sudah jam 11 siang, dimana Charles kini sudah berada di kantornya, karena ia harus memimpin rapat di ruangan pertemuan utama.

Rapat darurat digelar. Semua kepala divisi hadir, minus Tommy yang kini sedang dibungkus kantong jenazah.

Charles berdiri di depan layar besar dengan ekspresi yang sangat serius. Ini kejadian keempat, dan pasti bukan karena kebetulan. Pasti ada orang yang menargetkan pegawai di perusahaan Charles. Karena memang yang dibunuh adalah pegawai yang bekerja di perusahaan Charles.

“Guys,” bukanya. “Saya rasa kita semua tahu kenapa kita di sini.”

“Karena ada mayat lagi?” celetuk seseorang dari bagian legal.

“Karena nyawa kalian dan saya udah kayak target latihan lempar pisau!” sahut Charles cepat. “Dan karena itu, mulai hari ini saya akan cari... pengawal pribadi.”

Semua mendadak heboh.

“Kayak di novel di aplikasi sebelah itu ya?”

“Wah, kayaknya ini menjadi semakin rumit dan menakutkan! Para pegawai sudah ditargetkan, Apakah kali ini ceo-nya yang bakal menjadi target selanjutnya?”

Charles angkat tangan karena dirinya sedikit ketakutan ketika mendengar salah satu orang pegawainya berkata bahwa kemungkinan target selanjutnya adalah dirinya.

“Bisakah kalian semua sekarang serius terlebih dahulu? Fokus! Saya akan bikin audisi terbuka. Saya butuh orang yang kuat, cepat, dan bisa mengatasi kejadian kejadian pembunuhan yang ada di sekitar saya saat ini.!”

“Kenapa nggak sewa agensi keamanan?” tanya Arnold yang merupakan asisten pribadi sekaligus pengawal pribadi dari Charles.

“Karena dua dari empat korban itu juga mantan bodyguard saya dari agensi,” jawab Charles pelan. “Saya butuh yang... benar benar tangguh, cerdas dan bisa tahan banting.”

***

Setelah rapat selesai dan diputuskan untuk melakukan audisi terbuka maka Arnold segera mengirimkan draft pembuatan iklan untuk audisi bodyguard. Charles yang berada di sana segera memberikan benang merah dari pengumuman pembuatan audisi tersebut.

“Agar lebih menarik perhatian, bagaimana kalau kita buat gajinya tinggi biar langsung viral,” katanya. “Berapa ya... Limapuluh juta per bulan?”

Arnold melotot. “Gaji saya yang sebagai asisten pribadi merangkap personal bodyguard juga tidak nyampe segitu? Kalau begitu apakah boleh saya minta kenaikan gaji? “

Charles menatap personal asistennya itu dengan tatapan tajam. “Enak saja! Gajimu sudah termasuk tinggi, lagian emangnya kamu mau menjadi target pembunuhan selanjutnya? Ini adalah strategi pemasaran agar orang banyak datang untuk melamar posisi tersebut. Karena aku membutuhkan bodyguard yang memiliki kemampuan yang sudah aku list di atas, dengan cepat.”

“Pak, rasa-rasanya bapak sudah mulai paranoid ?”

“Arnold, ini adalah kejadian keempat dalam suatu waktu, hanya orang yang psikopat saja yang tidak akan paranoid menghadapi hal ini. Aku realistis, siapapun yang bisa melindungi aku maka aku akan memberikan bayaran segitu banyaknya dalam satu bulan.”

“Baiklah,” kata Arnold segera mengubah draft pengumuman audisi terbuka untuk mencari pengawal yang tangguh.

[Dicari: Pengawal pribadi super tangguh. Bayaran 50 juta/bulan. Bonus, tunjangan, dengan syarat ketentuan berlaku.

***

Malam hari ketika berada di kamar sendirian, ketakutan kembali muncul di hati Charles Bayangkan saja, 4 kematian yang random dan semuanya adalah pegawainya.

Charles berdiri di depan cermin. “Aku tidak boleh takut … aku kan memiliki kemampuan membela diri … Lha, tapi kalau aku sedang tidur dan tiba tiba ada yang datang, gimana?”

Dia buka lemari dan segera mengambil tongkat baseball.

“Kalau sampai yang datang buat mengangguku, maka aku akan ….”

Suara ketukan di jendela bikin Charles meloncat karena kaget.

Dia buka gorden. Cuma pohon bergoyang. Tapi dari jauh... seperti ada seseorang memandang dari atap rumah tetangga.

***

Malam itu, Charles tidur sambil peluk tongkat baseball, sementara itu di waktu yang sama, seorang wanita mungil dengan hoodie pink dan tas selempang unicorn sedang berpikir bagaimana cara mencari uang dengan cepat dan mudah, karena dirinya sangat membutuhkan uang saat ini.

Sedangkan gaji sebagai seorang satpam di sebuah TK swasta tidak akan cukup untuk membiayai kebutuhan yang sangat mendadak yang saat ini ia harus segera penuhi.

“Aku harus bisa mendapatkan uang karena Ayah sangat membutuhkan uang ini.” Marie meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa dirinya akan bisa memenuhi kebutuhan ayahnya yang saat ini sedang sakit di rumah sakit.

''Bisa nggak serius? Kalau kamu nggak mau semua tugas kamu saya revisi semua?'' Ucap salah satu dosen tertampan dikampus...
08/02/2025

''Bisa nggak serius? Kalau kamu nggak mau semua tugas kamu saya revisi semua?'' Ucap salah satu dosen tertampan dikampus ini, yang juga terkenal killer.

Part terakhir di Facebook

PAK ARJUNA

Setelah presentasi selesai, Acha memberanikan diri untuk menemui Pak Arjuna di ruang dosen. Ada hal yang ingin ia sampaikan, atau setidaknya ia ingin tahu apakah komentar dingin tadi benar-benar sindiran atau hanya sekadar evaluasi biasa. Walau dalam hati sebenernya ada niat lain.

Namun, begitu sampai di depan pintu, Acha melihat Arjuna sedang berdiri di dekat jendela, berbicara serius di telepon. Wajahnya tetap dingin dan tenang seperti biasa, tapi nada suaranya terdengar tegas.

''Iya, saya sudah bilang... Saya tidak bisa lagi meneruskan hubungan ini,'' kata Arjuna dengan nada rendah. ''Baik. Nanti saya kabari.''

Acha menggigit bibirnya, ragu untuk masuk. Akhirnya, setelah beberapa detik menunggu dan merasa tidak sopan jika terus menguping, ia memutuskan untuk berbalik dan pergi.

Namun, saat baru beberapa langkah meninggalkan pintu, suara khas Arjuna yang datar tapi tegas terdengar memanggil.

''Acha.''

Acha langsung berhenti. Jantungnya berdegup lebih cepat, meski ia berusaha terlihat santai. Ia berbalik perlahan dan mencoba memasang senyum. ''Iya, Pak?''

Arjuna menutup telepon dan berjalan mendekat dengan langkah tenang. ''Kenapa dari tadi di depan pintu?'' tanyanya singkat.

''Eh... nggak, nggak apa-apa, Pak,'' jawab Acha cepat sambil sedikit gugup. ''Saya cuma... mau nanya soal presentasi tadi. Tapi Bapak kelihatan sibuk, jadi saya ... ''

''Tanya saja sekarang,'' potong Arjuna, tetap dengan ekspresi datarnya.

Acha terdiam sejenak, mencoba merangkai kata. ''Eh beneran nggak jadi pak, permisi pak Arjuna.''

Arjuna hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Acha.

****

Hujan deras mengguyur kampus saat Acha berdiri di parkiran, menggigit bibir sambil menatap motor - motor yang terparkir basah.

''Ya ampun, hujan deras banget! Bisa jadi es batu nih kalau nekat pulang naik motor,'' gumamnya kesal.

Sambil merenung, sebuah mobil hitam berhenti di depan Acha. Jendela bagian pengemudi terbuka perlahan, memperlihatkan sosok yang sangat dikenalnya, Arjuna, dosennya yang irit bicara dan selalu dingin.

''Acha,'' panggil Arjuna datar, ''mau pulang?''

Acha menoleh, sedikit terkejut. ''Eh, Pak Arjuna! Iya... tapi, ini hujan deras. Kayaknya nunggu reda dulu deh.''

Arjuna mengangguk kecil, lalu menatap hujan sebentar. ''Naik. Saya antar.''

Acha terdiam sebentar, lalu tersenyum lebar. ''Serius nih, Pak?''

''Iya ayo naik,'' jawab Arjuna singkat sambil menyalakan mesin kembali.

Acha tertawa kecil. ''Beneran nih pak gak papa?''

''Buruan Acha, saya nggak punya banyak waktu,'' ucap Arjuna datar.

''Iya-iya pak, ini orangnya ngajak tapi maksa juga,'' ucap Acha lirih membuat Arjuna menoleh ke arahnya sedikit.

''Kamu tadi mau nanya apa Cha?''

''Enggak pak, nggak jadi.''

Arjuna pun hanya diam, tidak menanyakan lagi. Membuat suasana didalam mobil mulai terasa hening. Acha melirik Arjuna yang fokus mengemudi dengan wajah tanpa ekspresi.

''Pak,'' panggil Acha sambil menyandarkan kepala ke jok, ''saya masih kepikiran soal ucapan pak Arjuna di parkiran kemarin.''

''Obrolan apa?'' tanya Arjuna tanpa menoleh.

''Yang soal... orang spesial,'' jawab Acha dengan nada menggoda. ''Bapak bilang ada pertemuan keluarga dengan orang spesial. Siapa tuh, Pak? Pacar ya?''

Arjuna tetap fokus ke jalan. ''Bukan.''

''Ah, masa sih?'' Acha semakin penasaran. ''Kalo bukan pacar, terus siapa? Tunangan?''

''Bukan juga.''

Acha mengerutkan dahi. ''Hmmm... jangan-jangan calon istri? Wah, wah, Bapak nggak bilang-bilang nih mau nikah.''

Arjuna akhirnya melirik Acha sekilas, lalu kembali menatap jalan. ''Kamu terlalu banyak berasumsi.''

Acha tertawa kecil. ''Ya, soalnya Bapak misterius banget. Kan saya penasaran.''

Arjuna menghela napas pelan. ''Orang spesial itu... keluarga.''

Acha mengerutkan kening. ''Keluarga? Maksudnya?''

''Pertemuan dengan keluarga. Itu saja,'' jawab Arjuna, tetap singkat dan tegas.

Acha terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. ''Oh, saya kira pacar atau tunangan. Tapi saya nggak percaya pak Juna nggak punya pacar.''

''Bukan urusanmu,'' balas Arjuna dengan nada datar.

''Iya, tapi kan...'' Acha memiringkan kepala, menatap Arjuna dengan senyum jahil. ''Pak Arjuna ini ganteng, masa nggak ada yang spesial? Cewek-cewek kampus aja banyak yang ngefans.''

Arjuna tetap diam, tidak merespons pujian Acha.

Acha menghela napas. ''Pak, kalau saya ngefans sama Bapak, Bapak gimana?'' godanya lagi.

Arjuna melirik sekilas, lalu menjawab singkat, ''Itu bukan urusan saya, saya tidak perlu menanggapi orang seperti kamu.''

Acha tertawa lepas. ''Pak, itu jawaban paling kaku yang pernah saya dengar.''

Arjuna hanya menatap jalan, tetap tenang. ''Itu juga yang sebenarnya.''

Acha menyandarkan kepala ke jendela, senyum masih menghiasi wajahnya. ''Iya deh, Pak. Tapi jujur, Bapak lucu juga, walaupun kaku.''

Mobil berhenti di depan rumah Acha. Arjuna menoleh. ''Sudah sampai.''

Acha membuka pintu, lalu menatap Arjuna. ''Makasih ya, Pak. Lain kali kalau hujan lagi, saya boleh nebeng lagi nggak?''

''Lihat situasi,'' jawab Arjuna singkat.

''Pak nggak mampir dulu? Siapa tahu mama Acha pengen kenalan sama pak Juna, biar Acha nggak jadi di jodohin sama orang yang bau badan,'' goda Acha sebelum turun.

''Kalau sudah di jodohin, berati orang tuamu sudah tidak memiliki pandangan lagi terhadap laki-laki lain sebagai calonmu,'' jawab Arjuna membuat Acha nampak terlihat diam.

''Siapa tahu lihat pak Juna langsung tertarik kan, terimakasih pak!'' ucap Acha lirih sembari keluar dan menutup mobil.

Arjuna melihat ada kilat sedih di mata Acha, tapi mau bagaimana pun ia tidak bisa membantu Acha. Tugasnya hanya sebagian dosen Acha, bukan lebih.

Yuk baca kisah serunya hanya di KBM App.

Judul: Pak Dosenku Sayang
Author: Nervayana

Selanjutnya 👇👇

https://read.kbm.id/book/detail/8a7941b3-a9d3-4604-84a7-12dac05bb1f6

  Menikah dengan Pria Impiannya, Arinka Tak Menyangka Akan Menjalani Neraka Rumah Tangga. Ternyata Suaminya…. 🍂🍂🍂Baca Se...
08/02/2025


Menikah dengan Pria Impiannya, Arinka Tak Menyangka Akan Menjalani Neraka Rumah Tangga. Ternyata Suaminya….
🍂🍂🍂
Baca Selengkapnya di Aplikasi KBM
Judul : Pernikahan yang Tak Diinginkan
Pena : Kinan Larasati

Bab 2

Arin memasak makanan kesukaan Ethan untuk ia bawa ke kantor Ethan. Ia berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Ethan. Bahkan ia tak memperdulikan tangannya yang melepuh dan masih terasa perih juga panas.

Setelah berkutat dengan kompor dan masakannya, ia berhasil menyelesaikan masakannya dan menuangkannya ke dalam tempat bekal. Ia bergegas kembali ke kamar untuk mempersiapkan diri secantik mungkin.

20 menit berlalu, kini Arin sudah berada di jalan menuju ke kantor Ethan menggunakan taxi.

ΩΩΩ

Ethan menerima panggilan telpon masuk saat ia tengah duduk merenung di dalam ruangannya.

“Ada apa?” tanyanya.

“Maaf Pak, tetapi Nyonya Arin tidak ada di penthouse anda.”

Ethan menggeram kesal mendengar ucapan asisten pribadinya Yossy. Kemana wanita itu, apa dia berniat kabur darinya karena semua rencananya sudah terbongkar?

“Baiklah Yossy, kau boleh kembali.”

Ethan dengan kesal melempar handphone nya ke atas meja. Tadi dia meminta Yossy ke rumahnya untuk mengantarkan salep luka bakar untuk luka yang di buatnya tadi pagi pada tangan Arin. Ia ingin tak perduli lagi pada wanita itu dan sangat ingin membencinya, tetapi ia tidak bisa. Sialnya cintanya pada wanita itu sudah sangat besar membuatnya sulit mengotrol emosionalnya sekarang ini.

Ethan mendapat panggilan dari Vallen, ia segera mengambil jasnya dan berlalu pergi meninggalkan ruangannya.

Selang 30 menit Arinka sampai di kantor Ethan. Tetapi sekretarisnya mengabarkan kalau Ethan baru saja keluar membuat Arin mendesah kecewa. Sekretarisnya pun tidak tau kapan Ethan akan kembali. Arin pun memutuskan untuk menunggu Ethan di dalam ruangannya, berharap Ethan kembali cepat.

ΩΩΩ

Ethan memasuki ruangan serba putih itu dimana hanya ada beberapa meja dan sofa berwarna hitam. Sosok tinggi tampak berdiri dengan angkuh di sana. Ethan berjalan mendekatinya. “Bagaimana?” tanyanya pada pria yang di kenal sebagai Vallen. Pria yang merupakan sahabatnya jauh sebelum mereka bergabung di team Delta.

“Kami mendapat laporan kalau Jeff baru saja datang ke Boston, tetapi kami tak bisa melacaknya. Tetapi kami berhasil menemukan tempat mereka melakukan produksi barang-barang ilegal.”

Ethan duduk dengan lesu di sofa yang ada di sana. Vallen masih diam memperhatikannya dalam diam. “Ada apa? Tenanglah Ethan, sebentar lagi kita akan menemukan Jeff.”

“Aku sudah menemukannya.”

“Apa?” tanya Valen seakan memastikan pendengarannya.

“Aku bertemu dengannya, dia datang ke Boston untuk mendatangi acara pernikahan putrinya.”

“Apa? Lalu kenapa kau tidak memberitahu kami dan segera menyergapnya.” Vallen semakin tak paham sama sekali.

Ethan menengadahkan kepalanya menatap Vallen, orang yang paling ia percaya selama ini. Vallen sedikit bingung melihat ekspresi kesakitan di mata Ethan.

“Jeff adalah Mr. Drummond, ayah dari Arinka Drummond!”

Deg

Saking kagetnya, Vallen sempat oleng hingga berpegangan pada meja di belakangnya.

“A-arin? Jeff?”

“Dia mertuaku,” gumam Ethan dengan penuh penekanan.

“Permainan macam apa ini!” gumam Vallen yang sangat syok. “Lalu apa Arin, maksudku Arin. Dia mengetahui segalanya selama ini, dan dia diam saja? Apa mungkin dia terlibat?” tanya Vallen.

“Entahlah!” gumam Ethan. “Pernikahanku hancur seketika. Dan aku bersumpah akan membunuh dan menghabisi semua keluarga Drummond tanpa sisa.”

“Termasuk Arin?” tanya Vallen.

Cukup lama Ethan terdiam. “Ya”

Vallen semakin syock mendengarnya, bagaimana bisa seperti ini? Ia tau Ethan sangat mencintai Arin, Arin bagaikan obat penenang bagi Ethan setelah bertahun-tahun dia hancur. Dan benarkah Arin datang karena perintah Jeff untuk menghancurkan Ethan dan Rachel? Kalau sampai itu terjadi, maka Vallen tidak bisa diam saja.

“Apa rencanamu sekarang? Kita hanya akan menunggu perintah darimu,” ucap Vallen.

“Rahasiakan kenyataan ini untuk sementara, terutama dari Rachel. Kita tetap pada rencana awal kita, melacak keberadaan Gerald lalu Jeff dan menghancurkan segala bisnis mafianya.”

“Lalu Arin?” pertanyaan Vallen kembali membuat Ethan terdiam.

“Biar dia jadi urusanku.”

Vallen sedikit merasa khawatir, apakah Ethan akan berbuat kasar pada Arin atau dia akan langsung melenyapkan Arin. Tetapi di balik itu semua Vallen harus mencari tau keterlibatan Jeff dalam hubungan Arin dan Ethan. Apa Arin sungguh datang hanya untuk menghancurkan Ethan, atau dia sungguh tidak tau apapun.

ΩΩΩ

Arin terbangun dari tidurnya, ia ketiduran di dalam ruangan Ethan karena terlalu lama menunggu Ethan. Ia melirik jam yang ada di pergelangan tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ia menatap sekelilingnya dan tak ada tanda-tanda kedatangan Ethan. Akhirnya dengan berat hati, ia beranjak dari duduknya dan membawa kembali bekalnya untuk pulang. Saat sampai di lobi kantor, ia melihat butiran putih turun dari atas langit.

“Salju pertama,” gumamnya menengadahkan telapak tangannya hingga salju jatuh mendarat di telapak tangannya.

Tahun lalu saat salju turun pertama kali, Arin menikmatinya bersama Ethan dalam keadaan mesra. Tetapi sekarang dia merasa Ethan semakin jauh darinya. Kenapa?

Arin sungguh tak paham dengan semua yang terjadi, kenapa harus dirinya. Kenapa harus Dad yang ada di balik semua kehancuran Ethan. Kenapa sekarang dia merasa menjadi musuh besar bagi suaminya sendiri. Suami yang baru 2x24 jam menyandang status itu.

Arin berjalan menembus salju dengan mengeratkan mantelnya. Saat salju turun, suhu udara di sini bisa mencapai minus lima derajat celcius. Ia berjalan menyusuri jalanan kota Boston yang masih tampak ramai. Bahkan tak jarang para pasangan menikmati dan menyaksikan salju pertama di sana.

Arin sampai di rumahnya dan melepaskan sepatu beserta mantelnya dan menyimpannya di tempat penyimpanan dekat pintu masuk. Ia berjalan masuk ke dalam rumah setelah memakai sandal rumahannya.

“Darimana saja kau?” pertanyaan itu menghentikan langkah Arin yang hendak menaiki tangga. Ia menoleh dan melihat Ethan duduk bersandar di atas meja dengan segelas wine di tangannya.

“Ethan.”

Ethan menyimpan gelasnya dan berjalan santai mendekati Arin yang berdiri tak jauh darinya.

“Aku pergi ke kantormu untuk mengantarkan makan siang, dan aku menunggumu di sana.”

“Benarkah itu? Lalu kenapa kau tidak menghubungiku?” tanyanya dengan nada tajam.

“Karena aku merasa kamu tidak akan menerima panggilanku, maka dari itu aku memutuskan untuk menunggumu,” ucapnya.

“Bohong!”

“Aku mengatakan yang sesungguhnya, Ethan.”

“Dengarkan aku Miss. Drummond, kau tidak akan bisa menipuku lagi untuk saat ini.” Ethan mengatakan dengan sangat tajam tepat di depan wajah Arin.

“Aku tidak pernah menipumu Ethan.”

“Omong kosong!”

“Aww,” pekik Arin saat Ethan mencengkram kedua p**i Arin dengan keras.

“Aku tidak mempercayai wanita busuk dari keluarga Drummond!” ucapnya dengan kejam dan sedikit mendorong Arin hinngga ia oleng ke belakang. Ethan berlalu pergi begitu saja meninggalkan Arin yang terpaku dan menangis dalam diam di tempatnya.

ΩΩΩ

Baru juga bercerai, udah dilamar aja sama majikan! #3Terlahir dari keluarga sederhana, Amara Wilson adalah seorang manta...
08/02/2025

Baru juga bercerai, udah dilamar aja sama majikan!

#3

Terlahir dari keluarga sederhana, Amara Wilson adalah seorang mantan perawat yang jatuh cinta dengan pasiennya sendiri bernama Brian.

Tak ada masalah akan cintanya di awal kisah mereka, karena Brian membalas cinta Amara, sampai kedua orang tua Brian yang cukup dekat, juga begitu menyayangi Amara, meminta mereka untuk menikah setahun lalu.

Namun, bersamaan dengan pernikahannya, Amara mendapatkan kabar jika kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dan berakhir di atas meja operasi karena serangan jantung serta pendarahan otak hingga menewaskan keduanya. Naas memang,namun itulah takdir.

Tak banyak yang mengenal Amara, akan tetapi, kebaikan gadis itu selalu dikenang oleh mereka yang telah mengenalnya. Gadis polos yang baik dan ceria. Begitu Amara dikenal.

Tapi kini ... semuanya berubah terbalik dengan kehidupannya dulu. Apalagi Amara harus berjuang seorang diri. Seperti saat ini, Amara bertandang ke rumah seorang billionaire kaya raya yang jelas lahir dengan sendok perak sejak kecil, ia berniat untuk mengais kebutuhan sehari-harinya dengan bekerja sebagai baby sitter.

Melamar sebagai baby sitter sekaligus ibu susu untuk seorang anak bayi di kediaman yang lebih pantas disebut dengan sebuah kerajaan. Mencoba peruntungan sembari menemukan pekerjaan yang pas sesuai keahlian.

Akan tetapi, karena riwayat Amara yang belum memiliki anak, membuat Haidar terkejut, tak percaya. Pasalnya jika dipikir secara logika, wanita mana yang mampu menyusui jika ia sendiri belum pernah hamil dan melahirkan, apakah itu mungkin? Tentu saja jawabannya tidak, begitu pikir sang Billionaire.

Dengan suara tegas dan seraknya, Haidar bertanya kepada Amara. “Bisa kamu buktikan padaku sekarang?”

“Heh? Maksud Tuan apa? Bagaimana ceritanya saya harus membuktikan kepada Tuan?” sembur Amara tak percaya. ternyata bosnya mesum. Bisa-bisanya minta dibuktikan?

Membuang napasnya kasar, Haidar kembali bertanya. "Jangan berpikir aneh-aneh! Kamu bisa buktikan itu kepada anakku, beri dia ASI mu kalau ucapanmu itu memang benar. Bukan sesuatu yang ada di otakmu.

“Kamu pikir aku akan menyusu padamu? Dipakai otaknya, dasar perempuan mesum!”

Malu sendiri, Amara mengelak. “Si-siapa yang mesum? Makanya kalau Tuan mau bicara yang benar, jangan sepotong-sepotong. Jadi orang ‘kan salah paham dengan ucapan anda tadi,” tolak Amara tak ingin dikata mesum, lebih-lebih oleh orang baru.

“Nyatanya kamu memang mesum!” tuduh Haidar tak ingin ada penolakan.

"Andai anda bukan ..." Amara tak melanjutkan kata-katanya. Memilih untuk menyudahi obrolan tak bermutu sambil menarik napasnya berkali-kali dan berusaha melapangkan hati andi saja pekerjaan ini bisa ia dapatkan.

'Sabar Amara, sabar, Ini adalah ujian untukmu. Setidaknya jika kamu bisa mengalah, itu artinya bukan kamu yang gila. Tapi dia calon tuanmu, Mara!’ ucapnya membatin.

"Ethan, bawa putraku ke sini! Aku ingin melihat, apa ucapannya benar!" perintahnya pada lelaki di samping Amara.

“Baik Tuan!”

Tak berselang lama, Ethan sudah menggendong seorang bayi mungil menggunakan pakaian berbulu terlihat sangat tampan, bahkan nyaris menyerupai wajah Haidar, hanya ambutnya sedikit ikal.

Ah, menggemaskan sekali, bayi mungil itu seperti wajah Haidar dalam versi mini. Hanya saja—jelas ini seribu kali lipat lebih lucu.

“Tuan muda sedang tidur, Tuan,” lapor Ethan, memperlihatkan wajah sang bayi kecil yang tengah tertidur pulas.

“Tidak apa, berikan saja Jordan padanya.”

“Baik Tuan,” angguk Ethan, lantas ia mengayunkan langkah kaki menuju Amara.

“Ya Tuhan, dia tampan sekali. Gemesnya bayi mungil ini, siapa namanya? Eh … tapi kenapa mirip sekali dengan … ayahnya?” gumamnya lirih melirik singkat pada Haidar.

“Kamu tuli? Bukankah aku tadi memanggilnya, Jordan?”

“Di sini semua orang harus jauh lebih peka, terutama kepada anakku, sedikit saja kamu lalai, akan langsung dipeat dari sini!” tegas Haidar, tatapannya tak ubahnya seorang serigala buas yang tengah lapar.

“Ya Tuhan, aku ‘kan hanya mengajak bicara bayi mungil ini, bilangnya suruh peka, tapi dia sendiri tidak peka denan bicara keras. Bagaimana kalau Jordan terbangun?” gumam Amara kesal.

“Kasihan ibumu, Nak. Suaminya menyeramkan begini, untung saja ibumu cinta, kalau tidak, tekanan batin dia tinggal dengan ayahmu yang seperti ini.”

Ethan yang ada di dekatnya menahan tawa, ia mendengar makian Amara pada tuannya. Dan itu memang realite sekali, Haidar memang keras. ‘Sepertinya dia cocok bekerja di sini,’ kekehnya.

“Apa yang kamu katakan?” sengit Haidar menyipitkan matanya.

“Tidak Tuan, saya tidak mengatakan apa-apa. Saya hanya gemas dengan anak ini dia tampan sekali,” elak Amara salah tingkah, memulas senyum palsu.

“Tentu saja dia tampan, dia putraku. Bukan putramu!”

“Hah? Ah … i-iya Tuan, ini anak anda, ini memang putra anda, saya hanya orang asing.”

Menarik napasnya dalam, lalu ia embuskan perlahan. Amara berusaha untuk mengontrol kesabarannya.

‘Bisa tekanan batin aku kalau sampai bekerja di sini. Apa aku langsung tolak saja, ya? Tapi anak ini … kasihan sekali dia kalau sampai harus ditinggal. Dia masih butuh ASI. Sayang ayahmu menyebalkan sekali Sayang.’

“Aku beri waktu kamu satu hari ini. Jika kamu bisa menjadi baby sitter yang baik untuk putraku, dan … memberikan dia ASI, kamu akan aku terima. Satu lagi, kalau Jordan cocok denganmu, gajimu akan aku tambahkan. Itu tidak masalah bagiku.”

Mendongak, Amara menatap ragu lelaki di hadapan. “Satu hari Tuan? Tapi saya malam sudah harus pulang. Apartemen tempat saya tinggal cukup jauh dari sini, saya tidak berani naik taxi malam-malam juga. Takut ditipu,” tukas Amara.

Sekitar satu setengah jam perjalanan dari sini menuju ke apartemen Merry, tentu saja ia tidak berani jika harus pulang sendiri, terlebih daerah ini masih asing baginya.

“Yang bilang kamu harus pulang malam siapa? Jam kerjamu di sini hanya sampai saya pulang kerja, Sekitar pukul 6 sore, bukan sampai malam.”

“O … kalau jam segitu, saya tidak masalah Tuan,” kikik Amara malu.

“Makanya, kalau orang bicara dengarkan dulu. Jangan asal potong ucapan orang. Dengarkan, dan telaah dengan baik!”

“Tcih, itu ‘kan kalimatku tadi,” lirih Amara mencibir. Memberikan senyuman palsu, ia mengangguk. “Ya Tuan, maafkan saya.”

“Jaga bicaramu ketika di sini. Selama kamu bekerja, akan ada banyak pasang mata yang memperhatikan. Apa pun yang kamu lakukan, aku pasti akan mengetahui semuanya.Jadi, jangan macam-macam, lakukan saja tugasmu, dan hari ini juga akan menjadi penentu kamu diterima atau tidak. Mengerti?”

Terdiam sesaat, kembali mempertemukan dua manik mata dengan wanita di depannya, Haidar melanjutkan, “jika aku cocok dengan cara kerjamu, aku tidak akan segan membayarmu dengan harga yang sepadan.”

“Memangnya kalau boleh tahu … bayaran saya berapa, Tuan? Maaf, saya hanya ingin tahu.”

“Belum juga bekerja, tapi sudah banyak tanya!” sembur Haidar. Ia pun berdiri sembari membenarkan jas yang dipakainya.

Mengerucutkan bibirnya, Amara dengan malas menatap kembali bayi mungil menggemaskan dalam gendongan. “Memang paling enak melihat wajahmu yang tampan, walau ayahmu menyeramkan, Sayang,” bisiknya pada Joran.

Ia menciumi gemas p**i si kecil Jordan, dan tingkahnya itu sempat diperhatikan oleh Haidar.

“Putraku sedang tidur, jangan bangunkan dia!”

“Maaf Tuan, saya juga menciumnya dengan pelan. Dia tidak akan bangun juga.”

Sambil menatap tajam, Haidar berkata, “kalau orang bicara jangan dijawab. Dengarkan dan lakukan!”

Sekali lagi Amara melakukan satu tarikan napas panjang sebelum akhirnya ia mengangguk dan mengiyakan permintaan calon bosnya yang belum apa-apa banyak sekali omelannya.

“Baik Tuan, maafkan saya.”

“Aku akan berangkat kerja, nanti akan ada Bibi yang mengantarkanmu dan memberitahukan kebiasaan apa yang dilakukan putraku setiap harinya di jam yang biasa dilakukan Jordan.”

Amara hanya mengangguk sembari menikmati wajah si kecil yang tertidur sangat pulas. Sesekali bahkan lelaki mungil tersenyum di kala tidur, entah mimpi apa yang membuat malaikat kecil itu tersenyum teramat manis.

“Antarkan dia untuk menemui Bibi, Ethan, setelah itu kita berangkat. Aku akan bersiap dulu,” ucapnya kemudian melenggang masih dengan santai menggunakan handuk yang dililitkan di pinggang.

“Dasar, walaupun tuan rumah, harusnya dia tahu sopan santun. Mana ada menemui orang asing hanya menggunakan handuk kecil yang menutupi ... itunya aja? Siapa yang menggoda siapa!”

Dengan gurat senyum, bersemangat, Amara mengikuti Ethan yang akan mengantarnya ke tempat Bibi, pengurus rumah.

Bersambung ....

Judul: GODAAN IBU SVSV
Nama Pena: ceisyaarsy

Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah :
https://read.kbm.id/book/read/4a45692d-955a-4cc0-a2f8-ca39118f3956/aba72e25-dc03-45e7-8d95-4cbc4262ee89?af=ff1a3507-5ac5-4f77-b2b1-902fb7a74822

Address

Bekasi

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Nophie Author posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Nophie Author:

Share