
08/02/2025
''Bisa nggak serius? Kalau kamu nggak mau semua tugas kamu saya revisi semua?'' Ucap salah satu dosen tertampan dikampus ini, yang juga terkenal killer.
Part terakhir di Facebook
PAK ARJUNA
Setelah presentasi selesai, Acha memberanikan diri untuk menemui Pak Arjuna di ruang dosen. Ada hal yang ingin ia sampaikan, atau setidaknya ia ingin tahu apakah komentar dingin tadi benar-benar sindiran atau hanya sekadar evaluasi biasa. Walau dalam hati sebenernya ada niat lain.
Namun, begitu sampai di depan pintu, Acha melihat Arjuna sedang berdiri di dekat jendela, berbicara serius di telepon. Wajahnya tetap dingin dan tenang seperti biasa, tapi nada suaranya terdengar tegas.
''Iya, saya sudah bilang... Saya tidak bisa lagi meneruskan hubungan ini,'' kata Arjuna dengan nada rendah. ''Baik. Nanti saya kabari.''
Acha menggigit bibirnya, ragu untuk masuk. Akhirnya, setelah beberapa detik menunggu dan merasa tidak sopan jika terus menguping, ia memutuskan untuk berbalik dan pergi.
Namun, saat baru beberapa langkah meninggalkan pintu, suara khas Arjuna yang datar tapi tegas terdengar memanggil.
''Acha.''
Acha langsung berhenti. Jantungnya berdegup lebih cepat, meski ia berusaha terlihat santai. Ia berbalik perlahan dan mencoba memasang senyum. ''Iya, Pak?''
Arjuna menutup telepon dan berjalan mendekat dengan langkah tenang. ''Kenapa dari tadi di depan pintu?'' tanyanya singkat.
''Eh... nggak, nggak apa-apa, Pak,'' jawab Acha cepat sambil sedikit gugup. ''Saya cuma... mau nanya soal presentasi tadi. Tapi Bapak kelihatan sibuk, jadi saya ... ''
''Tanya saja sekarang,'' potong Arjuna, tetap dengan ekspresi datarnya.
Acha terdiam sejenak, mencoba merangkai kata. ''Eh beneran nggak jadi pak, permisi pak Arjuna.''
Arjuna hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Acha.
****
Hujan deras mengguyur kampus saat Acha berdiri di parkiran, menggigit bibir sambil menatap motor - motor yang terparkir basah.
''Ya ampun, hujan deras banget! Bisa jadi es batu nih kalau nekat pulang naik motor,'' gumamnya kesal.
Sambil merenung, sebuah mobil hitam berhenti di depan Acha. Jendela bagian pengemudi terbuka perlahan, memperlihatkan sosok yang sangat dikenalnya, Arjuna, dosennya yang irit bicara dan selalu dingin.
''Acha,'' panggil Arjuna datar, ''mau pulang?''
Acha menoleh, sedikit terkejut. ''Eh, Pak Arjuna! Iya... tapi, ini hujan deras. Kayaknya nunggu reda dulu deh.''
Arjuna mengangguk kecil, lalu menatap hujan sebentar. ''Naik. Saya antar.''
Acha terdiam sebentar, lalu tersenyum lebar. ''Serius nih, Pak?''
''Iya ayo naik,'' jawab Arjuna singkat sambil menyalakan mesin kembali.
Acha tertawa kecil. ''Beneran nih pak gak papa?''
''Buruan Acha, saya nggak punya banyak waktu,'' ucap Arjuna datar.
''Iya-iya pak, ini orangnya ngajak tapi maksa juga,'' ucap Acha lirih membuat Arjuna menoleh ke arahnya sedikit.
''Kamu tadi mau nanya apa Cha?''
''Enggak pak, nggak jadi.''
Arjuna pun hanya diam, tidak menanyakan lagi. Membuat suasana didalam mobil mulai terasa hening. Acha melirik Arjuna yang fokus mengemudi dengan wajah tanpa ekspresi.
''Pak,'' panggil Acha sambil menyandarkan kepala ke jok, ''saya masih kepikiran soal ucapan pak Arjuna di parkiran kemarin.''
''Obrolan apa?'' tanya Arjuna tanpa menoleh.
''Yang soal... orang spesial,'' jawab Acha dengan nada menggoda. ''Bapak bilang ada pertemuan keluarga dengan orang spesial. Siapa tuh, Pak? Pacar ya?''
Arjuna tetap fokus ke jalan. ''Bukan.''
''Ah, masa sih?'' Acha semakin penasaran. ''Kalo bukan pacar, terus siapa? Tunangan?''
''Bukan juga.''
Acha mengerutkan dahi. ''Hmmm... jangan-jangan calon istri? Wah, wah, Bapak nggak bilang-bilang nih mau nikah.''
Arjuna akhirnya melirik Acha sekilas, lalu kembali menatap jalan. ''Kamu terlalu banyak berasumsi.''
Acha tertawa kecil. ''Ya, soalnya Bapak misterius banget. Kan saya penasaran.''
Arjuna menghela napas pelan. ''Orang spesial itu... keluarga.''
Acha mengerutkan kening. ''Keluarga? Maksudnya?''
''Pertemuan dengan keluarga. Itu saja,'' jawab Arjuna, tetap singkat dan tegas.
Acha terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. ''Oh, saya kira pacar atau tunangan. Tapi saya nggak percaya pak Juna nggak punya pacar.''
''Bukan urusanmu,'' balas Arjuna dengan nada datar.
''Iya, tapi kan...'' Acha memiringkan kepala, menatap Arjuna dengan senyum jahil. ''Pak Arjuna ini ganteng, masa nggak ada yang spesial? Cewek-cewek kampus aja banyak yang ngefans.''
Arjuna tetap diam, tidak merespons pujian Acha.
Acha menghela napas. ''Pak, kalau saya ngefans sama Bapak, Bapak gimana?'' godanya lagi.
Arjuna melirik sekilas, lalu menjawab singkat, ''Itu bukan urusan saya, saya tidak perlu menanggapi orang seperti kamu.''
Acha tertawa lepas. ''Pak, itu jawaban paling kaku yang pernah saya dengar.''
Arjuna hanya menatap jalan, tetap tenang. ''Itu juga yang sebenarnya.''
Acha menyandarkan kepala ke jendela, senyum masih menghiasi wajahnya. ''Iya deh, Pak. Tapi jujur, Bapak lucu juga, walaupun kaku.''
Mobil berhenti di depan rumah Acha. Arjuna menoleh. ''Sudah sampai.''
Acha membuka pintu, lalu menatap Arjuna. ''Makasih ya, Pak. Lain kali kalau hujan lagi, saya boleh nebeng lagi nggak?''
''Lihat situasi,'' jawab Arjuna singkat.
''Pak nggak mampir dulu? Siapa tahu mama Acha pengen kenalan sama pak Juna, biar Acha nggak jadi di jodohin sama orang yang bau badan,'' goda Acha sebelum turun.
''Kalau sudah di jodohin, berati orang tuamu sudah tidak memiliki pandangan lagi terhadap laki-laki lain sebagai calonmu,'' jawab Arjuna membuat Acha nampak terlihat diam.
''Siapa tahu lihat pak Juna langsung tertarik kan, terimakasih pak!'' ucap Acha lirih sembari keluar dan menutup mobil.
Arjuna melihat ada kilat sedih di mata Acha, tapi mau bagaimana pun ia tidak bisa membantu Acha. Tugasnya hanya sebagian dosen Acha, bukan lebih.
Yuk baca kisah serunya hanya di KBM App.
Judul: Pak Dosenku Sayang
Author: Nervayana
Selanjutnya 👇👇
https://read.kbm.id/book/detail/8a7941b3-a9d3-4604-84a7-12dac05bb1f6