22/12/2024
KILAU
Kilau, gadis kecil itu berbaring dipelukan ibunya.
"Kilau sayang Ibu. Kilau tak mau pisah dari Ibu." Dia berkata lirih.
Matanya berkaca-kaca dan mulai menetes satu persatu.
"Kenapa harus menangis? Kita masih dekat. Masih bisa sering bertemu." Ibu mengusap punggung Kilau untuk menenangkannya.
"Tapi sebenarnya Kilau ingin ikut ibu. Tapi takut Bapak makin marah."
"Ibu paham Kilau memilih Bapak demi kebaikan kita semua. Kilau tak perlu merasa bersalah. Ibu tahu Kilau sayang sama Ibu."
"Iya, Kilau sayaaang banget sama Ibu." Kilau menatap Ibunya sendu. Masih dengan mata yang basah.
"Ibu juga sayang sama Kilau."
Kilau bangkit, mengambil selimut berwarna merah jambu.
"Ibu, boleh tidak Kilau bawa selimut ini? Nanti Kilau bisa cium bau Ibu dari selimut ini."
"Tentu saja boleh." Walaupun menjawab sambil tersenyum, hati Ibu terasa perih.
Dia merasa sakit hati, karena keegoisan orangtuanya, anak sekecil Kilau sudah harus berpikiran dewasa. Dia harus memilih antara Bapak dan Ibunya.
Walaupun Ibu tidak pernah membuat pilihan itu untuk Kilau, tapi dia merasa bersalah karena tidak mempertahankan Kilau saat Bapaknya memaksa membawa Kilau pergi.
Dia hanya tidak ingin masalah makin membesar. Dia tidak ingin Kilau makin terluka melihat perseteruan orangtuanya. Dia tahu, Kilau mengerti itu.
211224