01/12/2025
Justin Bieber — Dari Ketenaran yang Hampa ke Iman yang Menyelamatkan
⁽ⱽᵉʳˢᶦ ᴷᵃᵗᵃ ᴬˡᵏᶦᵗᵃᵇ⁾
Kalimat ini bukan datang dari seorang pendeta, bukan p**a dari pengkhotbah terkenal.
Ini datang dari Justin Bieber — seorang superstar dunia yang kariernya pernah hampir hancur karena tekanan, kegagalan, dan keputusan-keputusan buruk.
Namun suatu hari ia berkata dengan jujur:
“Selama bertahun-tahun aku percaya kepada Yesus… tapi aku tidak hidup seperti pengikut-Nya.”
Itu adalah pengakuan yang lahir dari luka, dari jatuh bangun, dari hati yang akhirnya menyerah kepada Tuhan.
Justin pernah berada di puncak segalanya: uang, ketenaran, fans jutaan.
Namun ia sendiri mengakui bahwa di balik semua itu ia:
tertekan,
kehilangan tujuan,
hancur secara emosional,
dan jauh dari apa yang Tuhan rindukan.
Ketenaran memberinya panggung besar,
tetapi membuat hatinya kosong.
Ia berkata:
“Aku punya semuanya… tapi aku tidak punya damai.”
Pada masa paling gelap — di tengah skandal, kecanduan, dan hidup yang berantakan — Justin kembali memegang iman yang pernah dia tinggalkan.
Ia belajar bahwa Tuhan bukan mencari kesempurnaan,
tetapi pertobatan.
Ia dibaptis bukan untuk pencitraan,
tetapi sebagai tanda ia benar-benar ingin hidup baru.
Justin berkata:
“Setiap pagi aku menerima pengampunan dan kasih yang aku tidak layak menerimanya.”
Itu bukan kata seorang selebriti.
Itu kata seorang manusia yang akhirnya mengerti arti kasih karunia.
Justin tidak lagi menyembunyikan imannya.
Ia tidak malu menulis tentang Yesus di media sosialnya.
Ia tidak takut dianggap “tidak keren” oleh dunia hiburan yang sinis pada iman.
Ia memilih untuk hidup berbeda:
lebih rendah hati, lebih sadar diri, lebih dekat kepada Tuhan.
Ia berkata:
“Aku ingin hidup seperti Kristus — apa pun konsekuensinya.”
Dan itulah komitmen yang mengubah hidupnya.
Ini bukan kisah tentang orang yang sudah selesai tapi tentang seseorang yang terus berjuang dan selalu mau kembali kepada Tuhan.
Sama seperti kita:
iman bukan tentang kesempurnaan,
melainkan tentang kembali setiap kali kita tersesat.
Tuhan tidak mencari orang yang hidup tanpa cacat.
Tuhan mencari hati yang mau p**ang.
Dan jika Tuhan bisa bekerja dalam hidup seorang superstar dunia,
maka Ia juga sanggup bekerja dalam hidup kita — apa pun luka dan masa lalu kita.
Kata Alkitab
Matius 7:21
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
Justin dulu hanya berseru “Tuhan…”,
tapi kini ia belajar mengikuti, bukan sekadar percaya.
Kisah Justin Bieber mengingatkan bahwa:
Tidak ada masa lalu yang terlalu kotor untuk dipulihkan Tuhan.
Tidak ada hati yang terlalu jauh untuk ditemukan kembali oleh kasih-Nya.
Dan tidak ada panggung yang terlalu besar untuk menyaksikan nama Yesus.
Karena ketika hati akhirnya kembali kepada Tuhan,
bahkan bintang dunia pun bisa berubah menjadi kesaksian yang hidup.
Tuhan Yesus memberkati