14/05/2025
Menolak Raffi Ahmad Cs di Lariti? Lihat Berapa Puluh Milyar Nilai Peluang yang Telah Terbuang
Baru-baru ini, muncul sebuah postingan yang menyatakan penolakan kedatangan Ariel NOAH, Raffi Ahmad, Desta, dan Gading Marten—empat tokoh publik papan atas Indonesia—di kawasan wisata Lariti, Bima. Jika kabar ini benar, maka sungguh sangat disayangkan. Sebab, mereka bukan sekadar tamu biasa, tapi mesin promosi raksasa yang bernilai miliaran rupiah—dan kini, kesempatan emas itu telah lewat begitu saja. (Lihat SS unggahan tersebut di kolom komentar.)
Apapun alasan di balik penolakan tersebut, kami tidak membahas motifnya di sini. Yang ingin kami tunjukkan adalah betapa besarnya peluang promosi gratis yang terbuang, jika kabar ini memang benar.
Mari kita lihat dengan kalkulasi sederhana:
1. Efek Postingan Raffi Ahmad
Raffi Ahmad memiliki 76 juta pengikut di Instagram. Dalam dunia digital marketing, tingkat jangkauan (reach rate) akun besar seperti ini biasanya berada di angka 5–15%. Kita ambil angka tengah: 10%.
76.2 juta x 10% = 7,62 juta orang melihat satu postingan. Kalau Raffi memposting 3 kali di Instagram, maka: 3 x 7,62 juta = 22,86 juta jangkauan hanya dari satu platform.
Perlu dicatat, Raffi juga memiliki basis pengikut besar di platform lain:
TikTok: 16.6 juta
Facebook: 15 juta
Twitter: 8 juta
YouTube: 26,5 juta
Jika dijumlahkan dengan Instagram maka total pengikutnya mencapai: 142.3 juta
Dengan asumsi 10% jangkauan dari tiap platform, maka total dari semua akun Raffi bisa menyentuh ±14.23 juta orang hanya dari 1 postingan lintas platform.
Bagaimana jika Raffi memposting 3 kali di lintas platform? Maka Raffi bisa menjangkau 42.69 juta orang.
2. Gabungan Kekuatan 4 Figur Publik
Ariel NOAH: ±6 juta
Desta: ±3 juta
Gading Marten: ±8 juta
Total gabungan follower mereka di Instagram: ±17 juta. Jika dihitung dengan jumlah follower di platform lain, angka tersebut bisa naik menjadi ±30 juta.
Dengan 10% jangkauan dan 3 postingan lintas platform: 30 juta x 10% x 3 = 9 juta jangkauan tambahan
Total jangkauan semua artis: 42.69 juta (Raffi) + 9 juta (tiga artis) = ±51.69 juta orang.
Catatan:
Itu belum termasuk konten viral atau FYP yang peluangnya sangat besar. Jika terjadi, maka total jangkauan dari postingan mereka bisa mencapai ratusan juta orang.
3. Efek Bola Salju dari Komunitas
Mengingat mereka adalah para figur terkenal, maka mereka juga adalah materi konten yang sangat berpeluang trending.
Anggap ada 1.000 akun warga atau fans yang ikut mengunggah konten bersama para artis ini. Jika masing-masing akun punya jangkauan rata-rata 100.000 orang, maka:
1.000 akun x 100.000 = 100 juta jangkauan
Diposting di 4 platform: 100 juta x 4 = 400 juta jangkauan tambahan
Jika konten viral (dan sangat mungkin, karena melibatkan figur nasional), angka ini bisa melonjak menjadi lebih dari 1 miliar jangkauan kumulatif.
4. Nilai Promosi Gratis: Setara Rp25 Miliar
Dalam dunia iklan digital, biaya promosi dihitung berdasarkan CPM (cost per mille) atau biaya per 1.000 jangkauan. Rata-rata CPM adalah Rp25.000.
Jika jangkauan mencapai 1 miliar orang:
1.000.000.000 / 1.000 x Rp25.000 = Rp25.000.000.000
Artinya, Lariti melewatkan promosi gratis senilai Rp25 miliar. Hanya karena menolak kehadiran tokoh-tokoh yang bisa mendongkrak citra daerah secara instan.
Bukan sekadar menolak orang, tapi menutup pintu peluang promosi gratis bernilai puluhan miliar.
Pertanyaannya:
Adakah daerah yang mampu mengalokasikan Rp25 miliar dari APBD-nya hanya untuk satu kali promosi destinasi? Bisakah Anda mengembalikan peluang itu, atau membayar angkanya kepada masyarakat? Karena yang rugi bukan Anda sendiri. Tetapi daerah.
Semoga kedepan kita bisa lebih bijak dalam menyambut peluang. Karena momen emas tidak datang dua kali.
Kita tambahkan sedikit, agar kita dapat lebih cerdas menyikapi peluang serupa.
Jika sebuah tempat menjadi populer, maka arus kunjungan wisatawan pun akan meningkat. Ketika itu terjadi, tanpa perlu repot membuat proposal, seluruh sektor pemerintahan biasanya akan otomatis turun tangan—memberikan perhatian, melakukan pembangunan, dan mempercepat pengembangan kawasan.
Dampaknya? Nilai aset di daerah tersebut, terutama destinasi utama, akan meroket. Misalnya, jika saat ini harga satu are tanah hanya Rp10 juta, maka dalam kondisi tersebut bisa meroket hingga ratusan juta per are—dan akan terus naik.
Artinya, setiap warga di kawasan itu memiliki peluang besar untuk menjadi kaya dan sejahtera. Belum termasuk terbukanya peluang kerja dan usaha baru yang menyertainya.
Salam waras!
Sorotanpublik