
16/10/2025
Pesan Moral buat siswa siswiku''
Pernyataan ini menggambarkan realitas pahit yang sering terjadi dalam dunia yang didominasi oleh kepentingan pribadi dan materialisme. Ketika uang menjadi pusat segalanya, nilai-nilai kemanusiaan seperti empati, solidaritas, dan kejujuran bisa terkikis habis.
"Menikam dari depan" menunjukkan bahwa pengkhianatan bahkan bisa dilakukan secara terang-terangan, tanpa rasa malu atau bersalah, seakan-akan uang telah membutakan hati nurani. Tidak jarang, hubungan yang tadinya dekat, baik itu pertemanan, keluarga, atau rekan kerja retak hanya karena urusan materi.
Tapi ini juga sekaligus menjadi pengingat penting:
Integritas seseorang terlihat jelas ketika dihadapkan pada pilihan antara nilai moral dan keuntungan pribadi.
Maka dari itu ingatlah wahai sodaraku jangan terlalu tergesa-gesa sehingga kita lupa diri.
Keburu-buruan sering membuat kita melangkah tanpa berpikir panjang. Dalam mengejar dunia, entah itu uang, jabatan, atau pengaruh, kita bisa saja menginjak orang lain, menyakiti tanpa sadar, bahkan kehilangan jati diri.
Cepat bukan berarti tepat.
Ambisi tanpa kendali bisa jadi bumerang.
Dan lupa diri adalah awal dari jatuhnya kehormatan seseorang.
Hal seperti ini sangat berharga, terutama di zaman yang serba instan dan kompetitif.
“Sekali lagi, uang bukan segalanya. Semua orang pasti butuh uang, tapi dengan cara yang terhormat. Jagalah dirimu, sehingga tidak terjerumus dalam keserakahan.
Realitas hidup:
Memang benar, kita semua butuh uang untuk hidup. Tapi…
Nilai yang tak boleh hilang:
Kehormatan, kejujuran, dan harga diri jauh lebih berharga daripada tumpukan materi yang didapat lewat cara kotor.
Karena pada akhirnya, uang bisa membeli kenyamanan, tapi tak bisa membeli ketenangan.
Bisa membeli kekuasaan, tapi tak bisa membeli rasa hormat yang tulus.
Bisa membeli hiburan, tapi tak bisa membeli kebahagiaan sejati.
Semoga kalian sukses semua bisa berguna bagi nusa dan bangsa.
Sman I Donggo