Pena.revolusi

  • Home
  • Pena.revolusi

Pena.revolusi Pena.revolusi adalah media informasi terkait persoalan politik nasional dan internasional yang hanya mengacu pada solusi islam.

CARA ISLAM MENGENTASKAN KEMISKINANBuletin Kaffah Edisi 393 (18 Dzulqadah 1446 H/16 Mei 2025 M)Kemiskinan tetap menjadi t...
16/05/2025

CARA ISLAM MENGENTASKAN KEMISKINAN

Buletin Kaffah Edisi 393 (18 Dzulqadah 1446 H/16 Mei 2025 M)

Kemiskinan tetap menjadi tantangan besar di Indonesia. Menurut Bank Dunia (World Bank), lebih dari 60,3% penduduk Indonesia, atau sekitar 171,8 juta jiwa, hidup di bawah garis kemiskinan internasional dengan standar US$6,85 perkapita perhari (berdasarkan Purchasing Power Parity/PPP 2017). Standar US$6,85 PPP ini digunakan untuk negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income), yang merupakan kategori Indonesia sejak 2023 dengan GNI perkapita US$4.870.

Adapun menurut Badan Pusat Statistik (BPS), dengan garis kemiskinan nasional perkapita Rp 595.242 perbulan, tingkat kemiskinan di Indonesia pada September 2024 hanya sebesar 8,57%, atau hanya sekitar 24,06 juta jiwa.

Menurut Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, perbedaan perhitungan antara Bank Dunia dan BPS ini wajar karena standar garis kemiskinan yang digunakan oleh masing-masing berbeda (Merdeka.com, 2 Mei 2025).

Selain problem kemiskinan, Indonesia juga menghadapi problem ketimpangan ekonomi yang cukup parah. Laporan Global Inequality Report 2022 menyebutkan Indonesia sebagai negara keenam dengan ketimpangan kekayaan tertinggi di dunia. Empat orang terkaya di Indonesia memiliki kekayaan lebih besar dari total kekayaan 100 juta penduduk termiskin. Data Oxfam (2023) menyebutkan: Dalam 20 tahun terakhir, kesenjangan antara yang terkaya dan termiskin di Indonesia tumbuh lebih cepat dibandingkan negara lain di Asia Tenggara.

Jelas, ini menunjukkan bahwa kemiskinan dan ketimpangan ekonomi di Indonesia bersifat struktural. Penyebab utamanya adalah penerapan sistem kapitalisme. Sistem kapitalisme memungkinkan akumulasi kekayaan di tangan segelintir elit, sementara mayoritas rakyat kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Kebijakan seperti pencabutan subsidi BBM dan dominasi konglomerasi atas sektor strategis memperburuk kondisi ini.

Di sisi lain, Negara, yang seharusnya melayani rakyat, sering abai dalam menyediakan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Hal ini menciptakan kesenjangan ekonomi yang sangat parah.

Standar Kemiskinan dalam Islam

Islam tidak hanya memandang kemiskinan dari aspek materi, tetapi juga dari kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (dharûriyyat) dengan cara yang menjaga martabat dan keimanan seseorang. Dalam al-Quran, orang miskin disebut dengan istilah faqir dan miskin. Dalam pandangan para ulama, kedua istilah ini memiliki makna berbeda, namun kadang saling dipertukarkan. Keduanya disebutkan sebagai penerima zakat, sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ...

Sesungguhnya sedekah itu hanya untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin... (TQS at-Taubah [9]: 60).

Menurut Imam Ibn Katsir dalam ayat di atas orang faqir didahulukan karena jauh lebih membutuhkan daripada yang lainnya. Namun, menurut Abu Hanifah, orang miskin kondisinya jauh lebih buruk daripada orang faqir (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur'ân al-‘Azhîm, 4/165).

Syaikh Abdul Qadim Zallum dalam Kitab Al-Amwâl fî Dawlah al-Khilâfah (hlm.142-143) secara lebih rinci menjelaskan: Fakir adalah mereka yang tidak memiliki harta atau penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka seperti makan, pakaian dan tempat tinggal. Karena itu siapa saja yang penghasilannya lebih sedikit dari kebutuhan pokoknya, ia tergolong fakir, dan halal bagi dia menerima zakat. Ia boleh diberi zakat sampai kadar yang dapat mengangkat kefakirannya dan mencukupkan kebutuhannya (Zallum, Al-Amwâl, hlm. 142).

Adapun miskin adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki apa-apa, seakan-akan kefakiran telah “memukimkan” mereka (tidak bisa bergerak), namun mereka tidak meminta-minta kepada manusia. Demikian sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِي يَطُوفُ عَلَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ وَلَكِنْ الْمِسْكِينُ الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ وَلَا يُفْطَنُ بِهِ فَيُتَصَدَّقُ عَلَيْهِ وَلَا يَقُومُ فَيَسْأَلُ النَّاسَ

Bukanlah orang miskin itu orang yang berkeliling (meminta-minta) kepada manusia, yang diberi sesuap dua suap, sebutir dua butir kurma. Akan tetapi, orang miskin adalah yang tidak memiliki kecukupan, namun tidak diketahui orang sehingga tidak diberi sedekah, dan tidak berdiri untuk meminta-minta kepada manusia (HR Muttafaq ‘alaih).

Dengan demikian, menurut Syaikh Abdul Qadim Zallum, miskin tingkatannya di bawah fakir, sebagaimana dalam firman Allah SWT: …aw miskîn [an] dzâ matrabah (atau orang miskin yang sangat fakir (melekat di tanah) (QS al-Balad [90]: 16). Maksudnya, orang yang bergelimang debu karena tak punya pakaian dan kelaparan. Orang miskin berhak menerima zakat dan boleh diberi sampai kadar yang mengangkat kemiskinannya dan mencukupi kebutuhannya (Zallum, Al-Amwâl, hlm. 143).

Ini menegaskan bahwa kefaqiran dan kemiskinan diukur dari ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.

Keadilan Sistem Ekonomi Islam

Salah satu prinsip fundamental dalam sistem ekonomi Islam adalah keadilan (al-‘adl). Keadilan dalam Islam bukan hanya bersifat moral, melainkan merupakan pilar dalam setiap aktivitas ekonomi.

Oleh karena itu, untuk menciptakan keadilan ekonomi, mekanisme distribusi kekayaan menjadi pusat perhatian. Islam menolak sistem yang membuat harta beredar hanya di sekelompok orang kaya (QS al-Hasyr [59]:7). Islam menekankan pentingnya sirkulasi kekayaan secara merata dalam masyarakat.

Dalam praktiknya, pemerataan kekayaan di tengah-tengah masyarakat ini membutuhkan peran negara. Dalam Islam, negara bukanlah aktor pasif atau sekadar regulator seperti dalam sistem kapitalisme. Negara bertanggung jawab penuh untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu (pangan, sandang dan papan; juga pendidikan dan kesehatan). Hal ini ditegaskan oleh Al-Maliki dalam kitabnya, Politik Ekonomi Islam (2001). Beliau menyebut bahwa Negara Islam (Khilafah) wajib mengelola sumber daya publik demi kesejahteraan rakyat dan mencegah pemusatan kekayaan di tangan segelintir individu atau korporasi.

Karena itu Al-Maliki (2001) menegaskan bahwa negara tidak hanya bertindak sebagai regulator, tetapi juga sebagai fasilitator aktif dalam pembangunan sektor-sektor strategis seperti pertanian, perdagangan dan industri. Keterlibatan negara dalam sektor-sektor ini menjadi sangat penting.

Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan

Dalam hal mengentaskan kemiskinan, Islam memiliki sejumlah mekanisme. Di antaranya: Pertama, pengaturan kepemilikan yang adil. Islam mengatur kepemilikan harta untuk mencegah penumpukan kekayaan pada segelintir orang. Al-Quran menyatakan:

كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ ۚ

Agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kalian (TQS al-Hasyr [59]: 7).

Karena itu dalam sistem Islam, SDA (sumber daya alam) seperti minyak, gas, tambang dan mineral adalah milik umum (al-milkiyyah al-‘aammah) yang wajib dikelola hanya oleh negara untuk rakyat. Haram dikuasai oleh individu atau korporasi. Namun, sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini telah memperlihatkan sisi gelapnya melalui praktik eksploitasi ekonomi yang terjadi akibat liberalisasi pasar dan privatisasi sumber daya alam. Dalam sistem kapitalisme, kepemilikan dan pengelolaan aset-aset strategis seperti minyak, gas, air dan hutan diserahkan kepada individu atau korporasi. Akibatnya, yang terjadi adalah akumulasi kekayaan di tangan segelintir orang, sementara masyarakat luas justru kehilangan akses terhadap hak-hak ekonominya. Ini berbeda dengan sistem ekonomi Islam yang menempatkan sumber daya strategis sebagai milik umum. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani (2004) dalam An-Nizhâm al-Iqtishâdi fî al-Islâm menegaskan bahwa negara berkewajiban mengelola dan mendistribusikan hasil dari sumber daya tersebut demi kemaslahatan umat. Prinsip kepemilikan umum ini bertujuan mencegah eksploitasi serta menjamin distribusi kekayaan yang lebih adil dan merata.
Kedua, dalam Islam, mekanisme seperti zakat, infak dan sedekah juga memastikan redistribusi dan pemerataan kekayaan di tengah-tengah masyarakat.

Ketiga, dalam Islam, setiap lelaki dewasa, terutama yang punya tanggungan keluarga, wajib mencari nafkah. Ini karena al-Quran memerintahkan:

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya (TQS ath-Thalaq [65]: 7).

Menurut Imam Ibn Katsir, ayat ini memerintahkan individu untuk memenuhi kewajiban nafkah sesuai dengan kapasitasnya (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur'ân al-‘Azhîm, 10/45–48).

Rasulullah saw. juga bersabda:

مَنْ طَلَبَ الدُّنْيَا حَلاَلاً اِسْتِعْفَافًا عَنْ مَسْأَلَةٍ، وَسَعْيًا عَلَى أَهْلِهِ، وَتَعَطُفًا عَلَى جَارِهِ، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ

Siapa saja yang mencari dunia (harta) dengan cara yang halal karena menjaga kehormatan diri dari meminta-minta, untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, dan untuk membantu tetangganya, maka ia akan datang pada Hari Kiamat dengan wajah bagaikan bulan purnama (HR al-Baihaqi).

Di sisi lain, agar setiap orang yang wajib bekerja bisa mendapatkan pekerjaan, maka negara wajib menyediakan lapangan kerja bagi mereka. Negara wajib menyediakan lapangan kerja bagi warganya melalui kebijakan ekonomi berorientasi sektor riil seperti perdagangan, pertanian dan industri.

Keempat: Jaminan kebutuhan dasar oleh negara. Negara dalam Islam wajib menjamin pemenuhan kebutuhan dasar rakyat (pangan, sandang dan papan). Negara juga wajib menyelenggarakan pendidikan dan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma bagi warganya. Ini karena pemimpin negara (Imam/Khalifah) dalam Islam bertanggung jawab penuh atas urusan warga negaranya. Rasulullah saw. bersabda:

الإِمَامُ رَاعٍ وَ هُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus (HR an-Nasa’i).

Semua mekanisme ini hanya mungkin dilakukan jika negara menerapkan syariah Islam secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan. Inilah yang seharusnya diwujudkan, khususnya di negeri ini.

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

---*---

Hikmah:

Rasulullah saw. bersabda:

مَا آمَنَ بِي مَنْ بَاتَ شَبْعَانًا وَجَارُهُ جَائِعٌ وَهُوَ يَعْلَمُ بِهِ

Tidak beriman kepadaku orang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya lapar dan ia mengetahui keadaannya. (HR ath-Thabarani). []

*AKANKAH KRISIS EKONOMI DAN  MONETER 1998 TERULANG ?**Muhammad Ayyubi ( Direktur Mufakkirun Siyasiyyun Community )*Sumbe...
23/03/2025

*AKANKAH KRISIS EKONOMI DAN MONETER 1998 TERULANG ?*

*Muhammad Ayyubi ( Direktur Mufakkirun Siyasiyyun Community )*

Sumber: https://whatsapp.com/channel/0029VagW0LL0G0Xbwb1rZC2e

Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dihentikan sementara karena anjlok terlalu dalam hingga 5%. Pada pukul 11.19 IHSG berhenti di level 6.149 setelah anjlok 4,99%.

Sejumlah indeks lain turun tajam seperti LQ45 turun 4,06% ke 699,75, JII anjlok 5,3% ke 395,30. Sementara IDX30 dan MNC36 masing-masing turun sekira 4%.

Pergerakan IHSG sudah melemah sejak awal perdagangan. Pagi ini, IHSG turun 0,57% ke level 6.434,99. Sebanyak 184 saham menguat, 129 turun, dan 644 lainnya stagnan.

Pasar saham dalam sistem ekonomi kapitalisme adalah instrumen penting bagi keberlangsungan ekonomi negara. Karena di pasar saham para investor mendapatkan akumulasi modal secara cepat. Maka jika terjadi penurunan indeks harga saham berarti tidak ada atau berkurangnya penjualan saham di sana.

Layaknya sebuah pasar, pasar saham memperjualkan saham saham perusahaan yang sudah go publik. Perdagangan saham di lantai bursa rentan akan isu isu ekonomi dan politik negara.

Transaksi perdagangan di pasar saham yang sarat akan spekulasi dan riba menyebabkan situasi pasar saham tidak akan pernah stabil, fluktuatif dan tidak menentu seperti gerakan orang mabuk.

Maka bisa jadi isu ekonomi ketika pemerintah menggabungkan aset aset BUMN di dalam Danantara direspon negatif oleh pasar sehingga pasar saham melemah. Termasuk isu keluarnya Sri Mulyani dan Airlangga Hartarto dari Kabinet Prabowo.

Defisit anggaran pemerintah hingga Rp. 31,2 triliun akibat rendahnya pemasukan pemerintah dari target pajak juga berpengaruh terhadap pasar saham.

Oleh karena itu jika perdagangan IHSG dihentikan itu adalah tanda bahwa tidak ada saham yang diperdagangkan bisa karrna pasar menunggu kondisi ekonomi dan politik negara atau modal modal investasi itu dialihkan ke luar negeri alias capital flight.

Jika ini terus terjadi, bukan tidak mungkin kondisi Indonesia akan mengalami hal yang sama seperti 1998 yakni krisis moneter.

Maka jika seperti itu, maka perushaan perusahaan tidak bisa berproduksi, barang barang komoditas menumpuk di gudang gudang penyimpanan, pada gilirannya perusahaan kesulitan membayar gaji karyawan, maka rasionalisasi berupa PHK tidak bisa dihindari.

Nah, pertanyaannya apakah sinyal PHK, lesunya produksi dan daya beli masyarakat dan berhentinya perdagangan saham sudah terjadi ?. Ya, maka siap siap Indonesia menuju krisis ekonomi.

Begitulah gambaran ekonomi kapitalisme, rapuh dan keropos pilar pilarnya. Kondisi ini meniscayakan krisis berulang.

Spelulatif, riba dan gharar menjadi pangkal ketidakstabilan ekonomi kapitalisme, persis sebagaimana gambaran Al Quran di dalam Surat Al Baqarah : 275

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.

Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Bangunan ekonomi kapitalisme layaknya sarang sarang laba laba karena tidak menjadikan Wahyu sebagai sandaran perbuatan mereka.

مَثَلُ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْلِيَاۤءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوْتِۚ اِتَّخَذَتْ بَيْتًاۗ وَاِنَّ اَوْهَنَ الْبُيُوْتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوْتِۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْن

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui. ( Al Ankabut : 41 )

Tinggalkan ekonomi kapitalisme yang membuat kerusakan dan dosa dihadapan Allah, dan segera mengambil hukum hukum Allah SWT dalam ekonomi yang penuh berkah dan selamat dunia akhirat, In sya Allah.[]

*MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA EMAS 2045 DENGAN MENYANYIKAN LAGU KEBANGSAAN, BISAKAH ?**Muhammad Ayyubi ( Direktur Mufak...
11/01/2025

*MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA EMAS 2045 DENGAN MENYANYIKAN LAGU KEBANGSAAN, BISAKAH ?*

*Muhammad Ayyubi ( Direktur Mufakkirun Siyasiyyun Community )*

Tujuan mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan mewajibkan siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum masuk kelas adalah bentuk ketidaksinkronan antara sebab dan akibat.

Pemerintah melalui Kemedikdasmen mencanangkan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Tujuan gerakan ini dimaksudkan untul membentuk Generasi Emas 2045.

Diantara tujuh kebiasaan adalah menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya sebelum masuk kelas.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'thi menyampaikan bahwa menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pembelajaran dalam rangka untuk menanamkan rasa cinta tanah air.

Bagaimana bisa membangun sebuah generasi yang tangguh demi melawan hegemoni peradaban dunia dengan mengumandangkan lagu kebangsaan ?

Kalau pun tujuan menyanyikan lagu kebangsaan itu bertujuan meningkatkan rasa nasionalisme itu pun jauh dari harapan. Karena sesungguhnya nasionalisme itu adalah ungkapan dari naluri mempertahankan diri manusia dari serangan pihak musuh. Naluri ini akan bangkit jika ada objek atau fakta yang bisa menstimulasi naluri ini bangkit, jika tidak ada maka naluri ini diam tidak bergejolak.

Selama ini kurang nasionalisme bagaimana para anggota TNI dan Polri karena setiap hari mereka diperdengarkan dan menyanyikan lagu lagu kebangsaan, tetapi buktinya mereka tidak berdaya ketika Timor Timur lepas dari NKRI, belum lagi Papua yang masih terus bergejolak ingin pisah dari Indonesia.

Seolah rasa nasionalisme itu tidak sanggup menghalau konstelasi politik internasional yang terus menghegemoni negera negara berkembang sebagai satelit bagi negara besar.

Penguasa lupa bahwa munculnya peradaban yang tangguh itu bermula dari ideologi yang khas dalam negara. Tanpa itu, negara hanya akan menjadi pembebek dari kebijakan kebijakan internasional yang disetir oleh Negara besar seperti Amerika dan Inggris.

Ideologi adalah ide dasar yang lahir diatasnya sistem . Ide dasar tentang dari mana manusia, untuk apa di dunia ini dan akan kemana setelah kematian.

Jawaban jawaban atas pertanyaan diatas akan berkorelasi dengan siapa pemilik kedaulatan, siapa pemilik kekuasaan dan hukum apa yang dipakai untuk mengatur rakyat?

Dan yang mampu menjawab pertanyaan tersebut hanya ideologi kapitalisme, komunisme dan Islam.

Dari tiga ideologi yang ada, hanya islam yang mampu menjawab dengan jawaban yang logis, sesuai dengan fitrah manusia dan memuaskan akal.

Maka untuk menandingi ideologi kapitalisme yang diemban oleh Amerika tidak ada lain selain ideologi Islam.

Alhasill, mencanangkan generasi emas 2045 adalah dengan cara menerapkan Islam sebagai ideologi negara, yang dengannya akan terbentuk sistem yang akan membawa Indonesia menjadi negara besar yang akan mengalahkan hegemoni Amerika.

Sistem sistem itu berupa sistem pendidikan, sistem pemerintahan, sistem peradilan, sistem ekonomi dan sistem interaksi sosial.

Secara khusus dalam sistem pendidikan, maka membentuk generasi hebat adalah dengan menerapkan kurikulum yang digali dari Syariat Islam.

Pendidikan Islam menanamkan aqidah yang kuat sejak dini. Dengannya setiap siswa menyandarkan semua perbuatannya sehari hari. Pola pikir dan pola sikap mereka akan sejalan tidak bersebrangan.

Tidak hanya taat dan patuh dalam hal menajankan kewajiban kewajiban harian seperti shalat atau menutup aurat, bahkan untuk berjihad yang mengorbakan nyawa pun mereka siap.

Bukan hanya taat dan patuh untuk menjalankan kewajiban kewajiban ringan seperti sedekah dan senyum, bahkan kewajiban yang berat pun bersedia, seperti i'dad ( semacam wajib militer ) atau hijrah demi dakwah mereka tidak menolak.

Inilah gambaran hasil pendidikan Islam yang telah terbukti dalam sejarah, bagaimana para pemuda Islam siap berkorban harta, jiwa dan raga mereka demi mempertahankan agama dan negara Islam ketiak itu.

Lihatlah sosok ssperti, Ali Bin Thalib, Saad bin Abi Waqash, Musa bin Nushair, Thariq bin Ziyad, Abdurrahman ad Dakhil, Nuruddin Zanki, Saifuddin Quttuz, Shalahuddin Al Ayyubi dan Muhammad Al Fatih adalah gambaran yanh tidak terbantahkan dalam sejarah peradaban dunia.

Mereka adalah hasil pendidikan Islam yang didasari Aqidah dan Syariat Islam.

Maka hanya sekedar menyanyikan lagu lagu kebangsaan dan sejenisnya hanya upaya artifisial yang tidak akan sepenuhnya membentuk generasi hebat.[]

*PEMBINAAN GENERASI MUDA DITANGAN ARTIS, APA JADINYA?**Muhammad Ayyubi ( Direktur Mufakkirun Siyasiyyun Community )*Rafi...
29/10/2024

*PEMBINAAN GENERASI MUDA DITANGAN ARTIS, APA JADINYA?*

*Muhammad Ayyubi ( Direktur Mufakkirun Siyasiyyun Community )*

Rafi Farid Ahmad resmi diangkat menjadi Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni oleh Prabowo.

Sosok yang selama ini dikenal sebagai artis yang hedon bahkan pernah menjadi tersangka narkoba tiba tiba diberi amanah untuk membina generasi muda.

Menurut data BNN 2,2 juta remaja terpapar narkoba. 93 % remaja pernah mengakses pornografi, lebih dari 60 % anak pernah mengakses konten pornografi lewat internet, 90 % pelaku tawuran adalah remaja, kriminalitas yang dilakukan remaja mencapai 50 % kasus.

Perubahan perilaku seseorang ditentukan oleh perubahan pemikirannya. Pertanyaannya, Pemikiran apa yang akan diberikan untuk memperbaiki kondisi pemuda hari ini? Sementara dia sendiri sebenarnya adalah bagian dari masalah itu sendiri.

Apakah dengan pemikiran merdeka alias liberal? Memboleh perbuatan apa saja. Serba boleh tanpa aturan? Sebagaimana yang biasa di praktikkan para artis?

Apa jadinya remaja kita disuntikkan pemikiran serba boleh, ink sama dengan menjerumuskan mereka ke dalam jurang kematian.

Pelatihan apa yang akan diberikan kepada remaja untuk beralih dari kenakalannya?

Apakah dengan memberikan kesempatan berkarir dalam lawak dan entertainment? Karena itulah bidang yang selama ini membesarkan namanya.

Sementara sudah menjadi rahasia umum bahwa dunia entertainment berhubungan erat dengan miras dan narkoba. Bukankah ini sama dengan menyiram api dengan bensin? Bukan padam tetapi semakin besar.

Apa jadinya jika suatu amanah diberikan kepada bukan ahlinya? Yang terjadi adalah kerusakan. Rasulullah bersabda

وسِّدَ الأمرُ إلى غَيرِ أهلِه فانتَظِرِ السَّاعةَ

" Jika diserahkan suatu perkara kepada bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancuranya "

Penunjukan pejabat di dalam sistem demokrasi didasari atas balas budi bukan karena keahliannya. Maka bisa dipastikan sejak awal kegagalannya. Wallahu A'lam bi shawab []

*GAGAL MEMBERI SOLUSI PENGANGGURAN, MALAH MELECEHKAN RASULULLAH SAW.**Muhammad Ayyubi ( Direktur Mufakkirun Siyasiyyun C...
28/10/2024

*GAGAL MEMBERI SOLUSI PENGANGGURAN, MALAH MELECEHKAN RASULULLAH SAW.*

*Muhammad Ayyubi ( Direktur Mufakkirun Siyasiyyun Community )*

Calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Suswono berkelakar soal janda kaya di Jakarta sebaiknya menikahi pria muda yang masih pengangguran. Menurutnya, hal itu demi meningkatkan kesejahteraan.

Suswono mencontohkan kisah Siti Khadijah dan Nabi Muhammad SAW. Dia berkata Siti Khadijah berstatus janda kaya saat menikah dengan Rasulullah.

Saat itu, Khadijah berusia 40 tahun. Adapun Muhammad SAW berusia 25 tahun.

"Setuju ya? Coba ingat Khadijah enggak? Tau Khadijah kan? Dia kan konglomerat. Nikahi siapa? Ya Nabi waktu itu belum jadi Nabi. Masih 25 tahun pemuda kan? Nah itu contoh kaya begitu," ucap Suswono.

Paling tidak ada tiga kesalahan pada ucapan Suswono secara yuridis historis dan empiris.

*Pertama* secara yuridis hukum Islam bahwa ucapan Suswono adalah kurang adab kepada Rasulullah. Sungguh tidak pantas mulut seorang beriman mengatakan bahwa beliau menikah dengan Sayyidah Khadijah karena motif kemiskinan.

Mustahil Rasulullah memiliki sifat tamak terhadap harta, tuduhan seperti ini meski bercanda bisa menjatuhkan pelakunya di dalam kemunafikan bahkan jika disertai itikad akan membuat pelakunya menjadi kafir.

Sesungguhnya siapa pun yang menghina Nabi Shallalllahu Alaihi wa Sallam baik muslim ataupun kafir, wajib diihukum mati, inilah pendapat mayoritas ulama.

Ibnu Mundzir berkata, “Mayoritas ulama sepakat bahwa hukuman atas penghina Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah hukuman mati.”

Ini merupakan pendapat Malik, Laits, Ahmad, juga Ishaq, dan merupakan madzhab Syafi’i.

*Kedua*, secara historis, Suswono tidak memahami sejarah bahwa pernikahan Rasulullah bermula dari cerita Maisarah budak Sayidah Khadijah yang kerap kali menceritakan ketinggian akhlaq beliau.

Sayidah Khadijah takjub dengan Rasulullah dan meminta Nafisah bin Maniyyah untuk menyampaikan maksud hatinya kepada Rasulullah.

Gayung bersambut, Rasulullah datang bersama kedua pamanya Abu Thalib dan Hamzah untuk menikahi Sayidah Khadijah. Rasulullah memberikan mahar sebanyak 20 ekor unta.

Fakta sejarah ini juga membantah dua hal, yakni motif pernikahan beliau karena kemiskinan dan bahwa pada saat menikah beliau seorang pengangguran.

*Ketiga*, secara empiris bahwa tingginya angka penangguran di Indonesia secara umum dan di Jakarta khususnya karena sempitnya lapangan kerja akibat akumulasi perputaran uang di sektor non real lebih besar dari pada sektor real. Di mana transaksi di lantai bursa dunia nilainya dapat mencapai 700 triliun dolar AS dalam satu tahun. Padahal hanya sekitar 7 triliun dolar AS saja nilai arus barang dan jasa yang diperdagangkan atau hanya seperseratusnya.

Untuk pasar Indonesia, perputaran uang di pasar saham rata-rata nilai transaksi harian Bursa sebesar Rp12,589 triliun.

Dengan nilai uang sebanyak itu tidak menyerap tenaga kerja dan menghasilkan barang apa pun. Karena transaksi yang terjadi di pasar saham hanyalah uang bertemu uang.

Kenapa ini bisa terjadi? Karena Indonesia menerapkan sistem ekonomi kapitalisme yang tidak bisa tidak kecuali perusahaan- perusahaan terbatas yang melakukan IPO atau initial Public Offering untuk mencari dana produksi.

Ditambah lagi praktik globalisasi yang menyebabkan perusahaan perusahan dalam negeri berguguran karena kalah bersaing dengan perusahaan luar negeri. Akibatnya PHK besar besaran akibat pabriknya tutup.

Jadi, solusi untuk mengatasi pengangguran bukan dengan menikahkan pengangguran dengan janda kaya tetapi dengan menutup sektor ekonomi non riil dan menghentikan praktik globalisasi dengan menerapkan ekonomi Islam dalam sistem Khilafah.

Tidak ada lagi pengangguran di dalam sistem Khilafah karena setiap orang yang mampu akan di sediakan lapangan kerja dan Khilafah menta'zir lelaki dewasa yang mampu bekerja tetapi menganggur.

Umar bin Khattab pernah menegur lelaki di masjid pada jam jam bekerja sementara dia duduk di masjid. Beliau bertanya " kenapa anda tidak bekerja ? ". Lelaki itu menjawab " Aku tidak memiliki lahan dan bibit untuk bertani ".

Maka kemudian Umar bin Khattab memberikan lahan dan bibit untuk bercocok tanam.

Alangkah indahnya hidup dalam naungan Khilafah Islam ketika pemimpin negara bertanggung jawab memberi kesejahteraan kepada seluruh rakyatnya tanpa diskriminasi. Anda mau ?[]

*NEGERI INI BUTUH PERUBAHAN SISTEM BUKAN PERUBAHAN ISTILAH*.*Muhammad Ayyubi ( Mufakkirun Siyasiyyun Community )*Preside...
12/10/2024

*NEGERI INI BUTUH PERUBAHAN SISTEM BUKAN PERUBAHAN ISTILAH*.

*Muhammad Ayyubi ( Mufakkirun Siyasiyyun Community )*

Presiden terpilih Prabowo Subianto meminta pejabat negara di pemerintahannya mendatang menjelaskan keadaan sesuai apa yang terjadi di lapangan. Sebab, Prabowo melihat masih terdapat penghalusan bahasa sehingga terkesan tidak jujur.

Menurut dia, penghalusan bahasa tersebut sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia. “Dia bukan miskin, dia prasejahtera. Ya bilang miskin, ya, miskin gitu loh. Enggak enak, tetapi kita sebagai pemimpin harus berani melihat itu. Kita harus berani melihat kesulitan,” kata Prabowo saat memberikan sambutan di acara rapat koordinasi nasional legislatif PKB, di Hotel Sahid Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024

Problem bangsa ini bukan pada bahasa, apakah halus atau kasar tetapi pada solusi yang dipakai untuk menyelesaikannya.

Memang, ungkapan bahasa adalah refleksi dari adab dan pemikiran yang ada di dalam benak seseorang. Semestinya seseorang apalagi pemimpin menggunakan bahasa yang menyejukkan dan sopan.

Tetapi tidak cukup bahasa yang bagus dan halus sementara apa yang dilakukan justru tidak menyelesaikan masalah.

Solusi atas kompleksitas problematika bangsa ini adalah karena sekularisme yang diterapkan pada negara ini.

Percuma saja misalnya miskin diganti prasejahtera, korupsi diganti dengan rasuwah, gagal diganti belum berhasil, kenaikan harga diganti penyesuaian atau sejenisnya tetapi problem dasarnya tidak diselesaikan maka tidak akan ada perubahan apapun.

Yang terjadi hanyalah pengalihan, penyimpangan dan penyesatan dari masalah utama.

Walhasil, negeri ini membutuhkan perubahan sistem, dari sistem sekulerisme yang merusak seluruh sendi sendi kehidupan bernegara kepada sistem Khilafah warisan Rasulullah yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam. Wallahu alam bi shawab. []

Karena itulah Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki menegaskan:فَلَوْ أَنَّ الْمُسْلِمِينَ (الْيَوْمَ) عَمِلُوْا بِأَحْكَ...
11/10/2024

Karena itulah Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki menegaskan:

فَلَوْ أَنَّ الْمُسْلِمِينَ (الْيَوْمَ) عَمِلُوْا بِأَحْكَامِ الْفِقْهِ وَ الدِّيْنِ كَمَا كَانَ أَبَاءُهُمْ لَكَانُوْا أَرْقَ الْأُمَمِ وَ أَسْعَدَ النَّاسِ

Andai kaum Muslim hari ini menerapkan hukum- hukum fiqih dan (syariah) agama ini, sebagaimana generasi pendahulu mereka (pada masa lalu), niscaya mereka menjadi umat yang paling maju dan paling bahagia (Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki al-Hasani, Syarîatul Lâh al-Khâlidah, hlm. 7).

Sumber: channel YouTube "Rumah Inspirasi Perubahan"

*DEMOKRASI MENISCAYAKAN POLITIK DINASTI**Muhammad Ayyubi ( Dir. MSC )*Fakta empiris yang tidak terbantahkan. Seolah menj...
10/10/2024

*DEMOKRASI MENISCAYAKAN POLITIK DINASTI*

*Muhammad Ayyubi ( Dir. MSC )*

Fakta empiris yang tidak terbantahkan. Seolah menjadi pola tetap dalam perpolitikan demokrasi yakni adanya politik dinasti.

Sebagian kecil dari contoh itu adalah keluarga Syahrul Yasin Limpo, Keluarga Pramono Anung, Keluarga Megawati dan terakhir adalah keluarga Jokowi yang mempraktekkan politik dinasti.

Kecenderungan para pejabat yang masih aktif akan menempatkan anaknya, istrinya, adiknya atau keponakannya untuk menduduki jabatan tertentu dengan memanfaatkan pengaruh kekuasaanya.

Tren ini akhirnya dibaca oleh para politikus daerah, maka tidak bisa dicegah bagiamana mereka menerapkan pola yang sama dengan pendahulunya. Yakni politik dinasti.

Karena mereka tahu bahwa tanpa kuasa mustahil akan duduk dalam singgasana pemerimtahan. Dan mereka pun tahu bagaimana mudahnya mendapatkan uang negara dari berkuasa.

Naluri mencintai keturunan dan mempertahankan kekuasaan berkilnadan menjadi satu dalam diri penguasa untuk tetap mempertahankan kekuasaan hingga tujuh turunan.

Maka tidak ada cara untuk menghentikan politik dinasti ini kecuali dengan merobohkan pohon politik demokrasi di mana para politikus palsu bertengger di sana.

Dan kemudian menggantikannya dengan sistem politik islam yang hanya akan memilih orang orang paling baertaqwa, paling cerdas, paling adil dan paling beriman untuk menjadi wakil umat.[]

Air mendidih yang membuat  kentang menjadi lembut adalah air yang sama yg bisa membuat telor menjadi keras. Jadi masalah...
09/10/2024

Air mendidih yang membuat kentang menjadi lembut adalah air yang sama yg bisa membuat telor menjadi keras. Jadi masalahnya bukan pada airnya tapi pada bahan bakunya. Begitu juga dg diri kita, dengan kejadian yang sama bisa membuat manusia berbeda tergantung kondisi kejiwaan yang ada di dalam diri kita. Jiwa yang selalu diisi dengan asma Allah akan berbeda dengan jiwa yang tidak mengenal Allah...

Cara pandang kita terhadap satu peristiwa akan menjadikan kita berbeda-beda. Cara kita memaknai satunperistiwa bergantung pada kondisi kejiwaan kita.

K.H. Yasin Muthohar
Ulama

Address


Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Pena.revolusi posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Pena.revolusi:

Shortcuts

  • Address
  • Alerts
  • Contact The Business
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share