21/04/2022
•┈┈••✾•◆◆❀◆◆•✾••┈┈•
۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞
Gus Dur
Dalam ranah pemikiran filsafat, Gus Dur adalah pengejawantahan roh Islam yang rahmatallilalamin. Islam yang inklusif, lepas dari kotak-kotak sejarah memilukan yang dipendam ribuan tahun.
Seorang darah biru, cucu pendiri organisasi Islam terbesar dunia Nahdhatul Ulama (NU) Hadratussyekh Hasyim Asy'ari, yang setia kepada nilai-nilai fleksibilitas agama atas budaya.
Gus Dur sangatlah berani, mengakui keberadaan agama Konghucu, melindungi minoritas Syiah dan Ahmadiyah, dan juga sangat akrab dengan semua agama lain termasuk Kristen dan Hindu, bahkan dengan Israel pun Gus Dur bersahabat.
Gus Dur juga sangat rajin membaca dan belajar hal-hal baru, sehingga ilmunya sangat luas dan dalam. Dari khasanah ilmu klasik hingga ilmu modern dikuasainya.
Bagi yang ilmu keagamaannya rendah, mereka jelas bingung atas perilaku sufi hakikatnya, misalnya koq Gus Dur mau-maunya dibaptis di gereja. Dan dengan renyah penuh tawa Gus Dur berujar , wong sudah terlanjur datang, tuan rumah mau membaptis, ya ga enak kalau ditolak. Bagi yang imannya tingkat dasar, jelas bisa marah dan menuduh Gus Dur murtad, padahal bagi Gus Dur, iman itu jauh di pelosok jiwa, tidak akan goyah oleh ancaman kematian, apalagi cuma oleh pembaptisan. Output dari iman dan islam adalah rahmatallilalamin, dengan dibaptis Gus Dur telah merangkul saudara Kristiani dalam pelukan Islam yang damai dan indah.
Betapa saat ini, jiwa agung Gus Dur telah banyak hilang dari ghirah Islam. Islam telah disulap menjadi agama menakutkan, yang jangankan dengan agama lain, dengan Islam beda tafsir dan aliran saja sudah banyak terjadi pembunuhan.
Islam di langkah agung Gus Dur adalah Islam yang rileks, santai, penuh senyum canda, dan menebarkan keindahan persaudaraan. Islam yang luas pengetahuan, mau belajar ilmu dari segala penjuru angin. Islam terbuka yang menerima semua manusia dengan segala perbedaannya apa adanya.