Alvan syahreza

Alvan syahreza Ojo baperan yo gaezz,,,
ini hanya sebuah hiburan,,,

Piye iki bolo…
23/12/2025

Piye iki bolo…

Napas napas tuo bolo
21/12/2025

Napas napas tuo bolo

Kalimat ini terdengar sederhana, tetapi ia memukul akar kesalahan finansial banyak orang: orientasi pamer lebih besar da...
20/12/2025

Kalimat ini terdengar sederhana, tetapi ia memukul akar kesalahan finansial banyak orang: orientasi pamer lebih besar daripada orientasi bertumbuh. Banyak orang membeli barang bukan karena butuh, tetapi karena ingin terlihat sukses. Padahal aset sejati bekerja dalam diam, sementara gaya hidup hanya bekerja di permukaan. Ketika seseorang memahami logika ini, pola keuangannya berubah drastis. Kebiasaan konsumtif perlahan bergeser menjadi kebiasaan membangun nilai.

Dalam kehidupan sehari hari, perbedaannya sangat terlihat. Ada orang yang membeli gawai terbaru setiap enam bulan demi reputasi sosial, tetapi tidak punya tabungan darurat. Ada juga yang memakai motor tua tetapi rutin memasukkan uang ke instrumen investasi tanpa membuat keributan. Orang pertama tampak lebih kaya, tetapi orang kedua justru memiliki masa depan finansial yang lebih aman. Contoh sederhana ini menunjukkan bahwa kekayaan sejati tidak terletak pada apa yang ditunjukkan, tetapi pada apa yang disiapkan jauh sebelum dibutuhkan.

1. Fokus pada nilai yang bertambah, bukan yang turun

Banyak orang membeli barang yang nilainya turun hanya demi terlihat mengikuti tren. Namun nilai barang konsumtif akan terus menyusut setiap hari. Ketika seseorang memahami pola ini, ia mulai memprioritaskan aset yang nilainya tumbuh atau menghasilkan pemasukan. Aset seperti deposito, obligasi, saham atau properti mungkin tidak menarik buat dipamerkan, tetapi diam diam menambah kekayaan.

Paradigma ini membuat seseorang berhenti mengejar validasi. Ia mulai merasa lebih puas melihat angka bertambah dalam portofolionya daripada likes di media sosial. Ketika fokus bergeser seperti ini, keputusan finansial menjadi lebih bijak dan stabil.

2. Mengurangi pembelian impulsif yang hanya memuaskan ego

Banyak orang membeli sesuatu bukan karena butuh, tetapi karena dorongan emosional sesaat. Mereka merasa pembelian tersebut membuat mereka terlihat lebih mapan. Namun setelah itu, rasa sesal datang karena uang sebenarnya bisa diarahkan untuk hal yang memberi keuntungan jangka panjang. Itulah salah satu alasan mengapa saldo terus menipis meskipun penghasilan meningkat.

Ketika seseorang mulai memprioritaskan aset, pola ini memudar. Ia belajar menunda keinginan impulsif dan mengarahkan uangnya ke hal yang memberi nilai. Keputusan seperti ini menciptakan ketenangan finansial. Bukan karena ia tidak mampu membeli barang mewah, tetapi karena ia tahu mana yang membuat hidupnya lebih kokoh.

3. Membangun kekayaan secara perlahan tetapi stabil

Aset bekerja dengan ritme yang tidak dramatis. Tidak ada ledakan besar dalam sekejap. Namun angka bergerak naik, pelan tapi pasti. Banyak orang tak sabar dengan mekanisme ini dan akhirnya kembali ke pola konsumtif. Padahal kekayaan terbentuk justru dari akumulasi kecil yang berlangsung konsisten.

Ketika seseorang mau bermain jangka panjang, ia melihat hasil luar biasa dalam beberapa tahun. Grafik portofolio membuktikan bahwa pertumbuhan pelan jauh lebih aman daripada keributan gaya hidup. Ini juga membuat seseorang merasa lebih nyaman secara mental karena tahu bahwa uangnya bekerja bahkan saat ia tidur.

4. Tidak bergantung pada validasi sosial

Barang konsumtif memberi ilusi status. Tetapi aset memberi kenyamanan. Ketika seseorang membeli barang untuk pamer, ia menggantungkan kebahagiaan pada penilaian orang lain. Hal ini membuat hidupnya rapuh secara emosional. Ia cemas ketika tidak terlihat sukses atau ketika barang tersebut tidak lagi dianggap trendi.

Dengan membangun aset, seseorang menemukan sumber kepuasan yang lebih stabil. Ia tidak perlu menunjukkan apa pun untuk merasa berharga. Ia tahu posisinya karena melihat bagaimana uangnya tumbuh. Ini membangun rasa percaya diri yang lebih sehat daripada pencitraan.

5. Memahami bahwa pamer membuat biaya hidup membengkak

Ketika seseorang terbiasa menunjukkan pencapaian secara publik, ia terjebak dalam lingkaran biaya tinggi. Harus selalu makan di tempat mewah, harus selalu upgrade gadget, harus terlihat sibuk dan produktif. Tanpa sadar, gaya hidup ini menggerus keuangan hingga ke akar. Sementara mereka yang fokus membangun aset mengembangkan gaya hidup yang lebih rasional dan hemat.

Dengan hidup lebih sederhana, uang bisa dialihkan ke instrumen yang memberi hasil nyata. Seseorang tidak perlu lagi merasa bersaing dengan standar sosial. Ia hanya fokus pada kestabilan masa depan. Ini membuat keuangan lebih sehat tanpa harus mengorbankan kualitas hidup.

6. Aset memberi rasa aman, bukan hanya rasa bangga

Barang konsumtif membuat seseorang bangga sebentar. Tetapi aset memberi rasa aman bertahun tahun. Ketika ada dana darurat, investasi, atau tabungan pensiun, seseorang merasa lebih tenang menghadapi ketidakpastian. Ia memiliki tameng finansial yang membantunya menghindari stres berlebihan.

Rasa aman ini tidak bisa dibeli dengan barang mewah. Justru barang mewah sering menambah stres karena harus dijaga, dirawat, dan diperbarui. Sebaliknya, aset bekerja tanpa banyak perhatian. Ia tumbuh dengan disiplin kecil yang dilakukan secara konsisten.

7. Mengerti bahwa kekayaan sejati adalah hasil kebiasaan, bukan penampilan

Orang kaya bukan terlihat kaya. Orang kaya membangun kebiasaan mengelola uang dengan teratur. Mereka memahami arus masuk dan keluar, memastikan ada alokasi untuk masa depan, dan bersedia menunda kesenangan demi hasil besar. Sementara mereka yang fokus pada penampilan justru sibuk menciptakan ilusi tanpa fondasi.

Ketika seseorang mempraktikkan kebiasaan ini, perubahan hidup terjadi secara bertahap. Keuangan lebih tenang, arah lebih jelas, dan keputusan lebih matang. Ia tidak terjebak dalam permainan status, tetapi fokus pada pembangunan nilai yang terus meningkat.

Aset tidak perlu dipamerkan karena fungsinya bekerja jauh lebih dalam daripada sekadar tampilan. Kekayaan sejati dibangun oleh pilihan kecil yang konsisten, bukan oleh barang yang dilihat orang lain. Ketika seseorang belajar mengarahkan uangnya pada hal yang tumbuh, hidup terasa lebih ringan, lebih aman, dan lebih bermakna. Gaya hidup boleh sederhana, tetapi fondasi finansial menjadi semakin kuat, dan itu jauh lebih bernilai daripada sekadar impresi singkat.

*Tatkala Anak-Anak Sulit Diatur*♦️Tatkala anak-anak kau rasa sulit diatur atau sulit dididikIngatlah sejenak tingkah mas...
19/12/2025

*Tatkala Anak-Anak Sulit Diatur*

♦️Tatkala anak-anak kau rasa sulit diatur atau sulit dididik
Ingatlah sejenak tingkah masa kecil-mu terhadap orang tua-mu
♦️Bisa jadi engkau pun sulit diatur dan dididik di masa kecil-mu
Sering menyusahkan orang tua
♦️Bisa jadi ini lah salah satu sebabnya … [1]
❣️Segera berbakti sekarang, belum lah terlambat.[2]
Segera telpon orang tua sesering mungkin, terutama ibumu
❣️Sering lah p**ang kunjungi mereka
Buat tersenyum sebagaimana dahulu pernah membuat mereka bersedih
❣️Mohon maaf kepada kedua orang tua-mu
Raih lah ridha mereka, Allah pun akan Ridha [3]
🪷Catatan kaki:
[1] Balasan sesuai dengan perbuatan, hal ini cukup banyak dalam berbagai nash.
💟Allah berfirman
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (p**a).” (QS:Ar-Rahmaan | Ayat: 60).
❣️Demikian juga balasan dari keburukan, maka keburuan yang serupa
💟Allah berfirman,
“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu” (QS:An-Nisaa | Ayat: 123).
💟Ibnul Qayyim menyebutkan sebuah kaidah serupa,
“Barang siapa yang menyikapi makhluk Allah (orang lain) dengan suatu sikap/sifat maka Allah akan menyikapinya dengan sikap tersebut p**a di dunia dan di akhirat” (Al-Waabil As-Shayyib hal 49)
♦️Demikian juga sebuah ungkapan,
الجزاء من جنس العمل
“Balasan sesuai dengan perbuatan.”

💟✍🏻 Penyusun: Raehanul Bahraen

🤲 Semoga Bermanfaat

Bara

Hawane adem bolo
18/12/2025

Hawane adem bolo

JATUHNYA HARGA DIRI SEORANG SUAMIBukan karena ia belum kaya. Bukan karena ia belum punya jabatan tinggi.Tapi karena **si...
03/12/2025

JATUHNYA HARGA DIRI SEORANG SUAMI
Bukan karena ia belum kaya. Bukan karena ia belum punya jabatan tinggi.

Tapi karena **sikapnya sendiri terhadap istri dan keluarganya.**

Saat suami mulai merendahkan istri, menganggap istri tak penting, dan merasa paling benar dalam segala hal...

Saat suami berani bersikap manis di luar rumah, tapi membawa wajah kasar ke dalam rumah...

Saat suami mengabaikan kewajiban nafkah, namun sibuk membenarkan diri dengan dalih "istri harus sabar"...

Disitulah perlahan harga dirinya runtuh. Bukan di mata orang lain saja, tapi di mata istri dan anak-anak

yang diam-diam kecewa.

Karena harga diri suami bukan diukur dari seberapa keras dia berbicara, tapi dari seberapa besar ia bisa jadi pelindung, pemimpin, dan peneduh.

Seorang pria yang mulia...

itulah yang membuat istri merasa aman, bukan tertekan.

Dialah yang menegakkan harga dirinya, **dengan menjaga kehormatan dan perannya dalam rumah tangga.**

Separah itu bencana di Sumatera, tapi yang viral malah tumbler.Betapa mudah publik terdistraksi isu receh, sementara bum...
01/12/2025

Separah itu bencana di Sumatera, tapi yang viral malah tumbler.
Betapa mudah publik terdistraksi isu receh, sementara bumi sedang menjerit.

Banjir di Pasar Baru—dekat almamater saya, kampus UNAND—itu bukan kejadian biasa.
Itu daerah tinggi.
Kalau daerah tinggi ikut tenggelam, artinya ada yang jauh lebih parah di bawah.

Kabarnya ekspedisi mulai terhambat, jalanan putus di mana-mana.
Ummi bahkan bilang "terkurung" karena semua akses di sekeliling sudah banjir.
Harga sembako mulai mahal.
Siklus bencana selalu begitu. Air naik dulu, harga menyusul.

Yang menyedihkan, kita sebenarnya sudah tahu akarnya.
Sumbar itu secara geografis dilindungi banyak hutan.
Gunung-gunungnya kokoh, tanahnya kuat, air bisa diserap dengan baik.
Tapi sekarang?
Sudah banyak yang digunduli demi perumahan, industri, proyek-proyek "pembangunan" yang tidak mempedulikan keseimbangan alam.

Dan ini bukan hanya kisah Sumbar.

Kalimantan, paru-paru Nusantara, sekarang hujan sebentar saja sudah banjir.
Kenapa?
Karena hampir seluruh hutannya ditanami sawit.
Monokultur menggantikan ekosistem.
Akar sawit tidak menyerap air sebaik hutan asli.
Tanah kehilangan pegangan.
Air meluap.

Riau pun begitu.
Musim hujan berarti musim banjir.
Hutan diubah jadi kebun sawit, kebun sawit diubah jadi ladang profit.
Lalu masyarakat diminta "siaga banjir" seolah penyebabnya hujan, bukan kebijakan jangka panjang yang keliru.

Dan yang lebih ironis, katanya dalam rencana strategis pemerintah, pembukaan lahan mau ditambah.
Luar biasa.
Kita haus solusi, yang datang malah penambahan sumber masalah.

Kadang saya benar-benar ingin bertanya, ini siapa yang sebenarnya mengatur hidup kita?
Pemerintahkah?
Atau para korporasi besar yang tak terlihat wajahnya, tapi menentukan arah kebijakan?

Inilah wajah telanjang kapitalisme.
Merusak bumi, lalu menjual obat untuk menyembuhkan bumi yang ia rusak sendiri.

Hutan dibabat → bumi memanas → sinar UV meningkat → orang panik → industri sunscreen cuan.
Udara kotor → masyarakat sakit pernapasan → industri obat laris.
Lingkungan rusak → banjir → proyek penanggulangan bencana bermunculan.

Dia yang ngerusak bumi,
dia juga yang jual solusinya.
Hebat betul jahatnya🙂
Sampai-sampai kita dibuat merasa "kitalah" yang bersalah karena tak pakai sunscreen cukup banyak.
Padahal yang membakar hutan bukan kita.

Di sini lah mengapa Islamic Worldview itu penting.
Dalam Islam, bumi adalah amanah (QS. Al-Baqarah: 30).
Kerusakan yang dibuat tangan manusia adalah konsekuensi moral, bukan sekadar "bencana alam" (QS. Ar-Rum: 41).
Bencana bukan sekadar fenomena geologi, namun peringatan etis bahwa manusia telah melampaui batas.

Islam tidak anti pembangunan.
Namun Islam anti kerakusan.
Anti merusak keseimbangan.
Anti mengambil untung di atas penderitaan orang lain.

Dan ketika kita mengabaikan prinsip-prinsip itu, bencana tidak lagi "takdir" tetapi akibat.
Akibat dari pilihan yang salah, dari nafsu yang lebih besar dari amanah.

Makanya, ketika satu wilayah tenggelam, jangan salahkan hujan.
Salahkan keserakahan.
Salahkan mereka yang menganggap bumi ini sekadar komoditas, bukan titipan Allah.

Karena bumi tidak pernah berhianat.
Yang berkhianat manusianya.
Ironisnya, rakyat kecil yang selalu merasakan dampaknya.

Ketika Anda memperbaiki hidup Anda, Anda tidak hanya melakukannya untuk diri sendiri — Anda melakukannya untuk anak-anak...
01/12/2025

Ketika Anda memperbaiki hidup Anda, Anda tidak hanya melakukannya untuk diri sendiri — Anda melakukannya untuk anak-anak Anda.
Keputusan, kebiasaan, dan pola pikir Anda membentuk masa depan yang akan mereka kembangkan.

Kehidupan yang stabil dan damai hari ini berarti hari esok yang lebih baik dan aman bagi mereka.
Memperbaiki hidup Anda adalah salah satu hadiah terbesar yang dapat Anda berikan kepada anak-anak Anda.

Apakah kata “jangan” benar-benar membuat anak berhenti melakukan kesalahan? Faktanya, tidak. Dalam banyak kasus, laranga...
01/12/2025

Apakah kata “jangan” benar-benar membuat anak berhenti melakukan kesalahan? Faktanya, tidak. Dalam banyak kasus, larangan justru memperkuat keinginan anak untuk melakukan hal yang sama. Semakin sering dilarang, semakin besar rasa ingin tahu mereka. Ironisnya, banyak orang tua merasa sedang mendidik padahal tanpa sadar sedang menanamkan perlawanan halus di kepala anak.

Menurut riset dari University of Washington, otak anak usia dini merespons kata negatif secara berbeda dari orang dewasa. Saat mendengar kata “jangan”, otak mereka belum mampu memproses makna larangan, melainkan fokus pada kata kerja yang menyertainya. Jadi ketika orang tua berkata “jangan lari”, yang terekam di otak anak justru kata “lari”. Maka tak heran jika anak malah berlari semakin cepat, bukan berhenti.

1. Kata “Jangan” Tidak Mengajarkan Apa yang Harus Dilakukan

Ketika orang tua berkata “jangan berisik”, “jangan rebutan”, atau “jangan nangis”, sebenarnya anak tidak mendapat informasi tentang apa yang seharusnya dilakukan. Ia hanya tahu bahwa tindakannya salah, tapi tidak tahu apa pengganti yang benar. Dalam kondisi itu, anak merasa disalahkan tanpa bimbingan, dan ini membuat mereka lebih mudah frustrasi.

Kalimat positif jauh lebih efektif untuk mengarahkan perilaku. Alih-alih berkata “jangan rebutan”, orang tua bisa mengatakan “ayo bergiliran”. Dengan begitu, anak memahami arah tindakannya, bukan sekadar larangan. Disiplin bukan soal membatasi, tapi mengarahkan. Bahasa yang digunakan menentukan seberapa sehat hubungan anak dengan aturan.

2. Larangan Tanpa Penjelasan Menumbuhkan Ketakutan, Bukan Kesadaran

Banyak anak patuh bukan karena mengerti, tapi karena takut dimarahi. Ketakutan itu memang menghasilkan kepatuhan cepat, tapi dangkal. Begitu tidak ada pengawasan, anak akan kembali melakukan hal yang sama. Ini bukan disiplin sejati, tapi kontrol sementara.

Disiplin sejati tumbuh dari pemahaman. Anak yang tahu alasan di balik aturan akan lebih mudah mengendalikannya sendiri tanpa harus diingatkan terus-menerus. Ketika orang tua mau meluangkan waktu menjelaskan “kenapa sesuatu tidak boleh dilakukan”, anak belajar berpikir, bukan hanya patuh.

3. Semakin Dilarang, Semakin Penasaran

Setiap kali anak dilarang melakukan sesuatu, sistem dopamin di otaknya terpicu. Dopamin ini yang menimbulkan rasa penasaran dan keinginan untuk mencoba lagi. Maka ketika orang tua berkata “jangan pencet tombol itu”, justru bagian otak yang terkait dengan eksplorasi menjadi aktif. Akibatnya, anak terdorong untuk melakukannya.

Cara yang lebih efektif adalah memberi konteks dan pilihan. Misalnya ketika anak ingin menyentuh sesuatu yang berbahaya, arahkan dengan kalimat “tombol ini belum boleh dipencet, tapi kamu boleh lihat bagaimana cara kerjanya”. Dengan begitu, rasa ingin tahunya tetap hidup, tapi terkelola. Larangan yang cerdas bukan menutup ruang eksplorasi, melainkan mengarahkannya dengan aman.

4. Disiplin Tidak Akan Tumbuh Tanpa Keterlibatan Emosional

Anak tidak belajar disiplin dari ancaman, tapi dari hubungan emosional yang aman. Saat orang tua marah dan hanya mengucapkan “jangan”, anak kehilangan koneksi emosional dan lebih fokus pada nada suara, bukan makna kata. Dalam kondisi tegang, otak anak tidak bekerja secara rasional.

Sebaliknya, ketika anak merasa diterima bahkan saat salah, ia lebih terbuka menerima arahan. Kalimat lembut seperti “aku tahu kamu ingin bermain, tapi sekarang waktunya membereskan mainan” memberi pesan disiplin tanpa merusak kedekatan. Disiplin sejati lahir dari rasa percaya, bukan ketakutan.

5. Anak Belajar dari Contoh, Bukan Perintah

Anak yang tumbuh di lingkungan penuh larangan akan belajar dua hal: bagaimana menghindari kesalahan dan bagaimana menyembunyikan kesalahan. Mereka tidak belajar bertanggung jawab, hanya belajar aman dari teguran. Sebaliknya, anak yang melihat orang tuanya disiplin dalam tindakan akan menirunya tanpa banyak perintah.

Ketika orang tua menepati janji, mengatur waktu, dan berbicara dengan tenang, anak menyerap pola itu sebagai bagian dari dirinya. Disiplin bukan hasil nasihat, tapi pantulan perilaku. Orang tua yang ingin anaknya konsisten harus menunjukkan konsistensi terlebih dahulu, bahkan dalam hal-hal kecil seperti menepati ucapan.

6. Kalimat Positif Lebih Efektif Membangun Pola Disiplin Jangka Panjang

Kata “jangan” bersifat reaktif, sedangkan kalimat positif bersifat edukatif. Dengan kalimat positif, anak memahami konteks dan tujuan dari perilakunya. Misalnya mengganti “jangan berlari di rumah” menjadi “tolong jalan pelan supaya tidak jatuh”. Anak mendapat arah yang jelas tanpa merasa dimarahi.

Selain itu, kalimat positif menumbuhkan suasana komunikasi yang lebih sehat di rumah. Anak merasa dihargai, bukan dikontrol. Semakin sering orang tua berlatih menggunakan kalimat afirmatif, semakin kuat kebiasaan disiplin yang tumbuh dari kesadaran, bukan dari rasa takut.

7. Tujuan Akhir Disiplin Adalah Kemandirian, Bukan Kepatuhan

Jika anak hanya patuh karena takut, ia akan kehilangan arah ketika tidak ada pengawasan. Tapi jika ia disiplin karena memahami makna dari tindakannya, maka kendali diri akan tumbuh dari dalam. Orang tua yang terlalu sering memakai kata “jangan” sebenarnya sedang membangun dinding, bukan fondasi.

Kemandirian berawal dari ruang untuk memilih. Anak perlu diberi kepercayaan untuk mengambil keputusan kecil dan belajar dari konsekuensinya. Di sanalah disiplin tumbuh alami sebagai bagian dari tanggung jawab, bukan tekanan.

Tulisan ini bukan sekadar ajakan mengganti kata, tapi mengubah cara pandang. Jika kamu setuju bahwa disiplin seharusnya lahir dari kesadaran, bukan dari larangan, bagikan pandanganmu di kolom komentar. Siapa tahu, satu kalimat positif dari kita bisa mengubah cara orang tua lain mendidik anak mereka hari ini.

Mereka adalah representasi dari jutaan jiwa yang diuji alam. Bukan lagi tentang harta benda, ini adalah tentang napas, t...
01/12/2025

Mereka adalah representasi dari jutaan jiwa yang diuji alam. Bukan lagi tentang harta benda, ini adalah tentang napas, tentang ikatan darah, tentang janji tak tertulis untuk melindungi. Nenek itu adalah tiang yang menopang masa depan di tengah kehancuran. Dalam pelukan itu, terdapat pesan yang lebih lantang dari deru banjir: bahwa kemanusiaan dan kasih sayang akan selalu menjadi tempat berlindung terakhir kita.

Saat dunia di bawah mereka luluh lantak, mereka adalah sebuah p**au kecil harapan—sebuah pengingat bahwa di ujung keputusasaan, masih ada kekuatan untuk bertahan, dan di dalam hati yang paling rapuh, bersemayam keberanian yang tak terbatas.

SIAPA MAU BELAJAR BERHENTI MARAH PADA ANAK..?Alkisah ada sepasang orang tua pemarah yang mendatangi seorang bijak agar i...
01/12/2025

SIAPA MAU BELAJAR BERHENTI MARAH PADA ANAK..?

Alkisah ada sepasang orang tua pemarah yang mendatangi seorang bijak agar ia bisa menjadi orang tua yang lebih sabar dalam mendidik anaknya.

Singkat cerita untuk mengurangi kebiasaan marah mereka, orang bijak memberikan sekantong paku dan mengatakan pada kedua orang itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah pada anaknya...

Hari pertama kedua lelaki tua itu memakukan 30 paku ke pagar belakang rumahnya.

Lalu hari demi hari jumlahnya berangsur-angsur berkurang....

Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada menancapkan paku ke pagar...

Akhirnya tibalah hari dimana kedua orang tua tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya... hingga tak ada lagi paku yang harus ditancapkan ke pagar belakang rumahnya.

Dia menceritakan hal ini kepada orang bijak, yang kemudian memintanya p**ang dan menyarankan agar dia mencabut paku setiap hari agar dia tidak marah....

Hari-hari berlalu dan kedua orang tua itu akhirnya memberitahu sang guru bijak bahwa semua paku telah tercabut dari pagar rumahnya...

Lalu sang Bijak datang kerumahnya dan menuntun kedua orang tua itu ke pagar tempat dulu ia menancapkan kukunya......... "Hmm....? Kamu melakukannya dengan baik anakku...

tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini,

pagar ini,tidak akan pernah bisa sama

seperti sebelumnya, ketika kamu mengatakan sesuatu dengan marah kepada anakmu......

Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini...di hatinya".

"Kamu dapat menancapkan paku pada pagar ini, lalu mencabut paku itu satu demi satu... tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf....

Luka itu akan tetap ada di sana.......dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik bahkan lebih sakit lagi dan tidak pernah bisa benar2 hilang dari memori ingatan anak-anak kita...."

Mari ambilah semenit saja dari waktu kita hari ini untuk merenungkan hal ini ..

semoga kita bisa menjadi lebih sabar, karena sabar itu jauh lebih Indah....

PESAN ORANGTUA KEPADA ANAKNYAAnakku.. suatu hari nanti, kamu akan melihatku tua renta, dengan polah yang tidak logis.Jik...
01/12/2025

PESAN ORANGTUA KEPADA ANAKNYA

Anakku.. suatu hari nanti, kamu akan melihatku tua renta, dengan polah yang tidak logis.

Jika hari itu datang, aku mohon berikan sebagian waktumu untuk memperhatikanku.. berikan p**a sebagian kesabaranmu untuk memahamiku.

Saat tanganku mulai bergetar-getar, sehingga seringkali makananku jatuh ke dadaku.. saat aku tidak kuat lagi memakai bajuku sendiri.. maka hiasilah sikapmu dengan kesabaran mengurusku.

Ingatlah dulu ketika aku bertahun-tahun lamanya mengajarimu hal-hal yang tidak bisa kulakukan di hari ini.

Jika aku tidak lagi rapi dan wangi; jangan salahkan aku... Tapi ingatlah di masa kecilmu, bagaimana aku selalu berusaha menjadikanmu rapi dan wangi.

Jangan menertawakanku, bila kamu melihat aku tidak tahu atau tidak paham tentang perkembangan zamanmu.. tapi jadilah kamu mata dan pikiranku, agar aku bisa menutupi ketertinggalanku.

Aku dahulu yang mendidikmu, aku dulu yang mengajarimu bagaimana menghadapi hidup ini... Akulah yang dulu mengajarimu apa yang harus aku lakukan hari ini, dan apa harusnya tidak aku lakukan hari ini.

Janganlah kamu bosan dengan lemahnya ingatanku, lambatnya kata-kata dan pikiranku saat berbicara denganmu.. karena yang membahagiaanku saat ngobrol denganmu sekarang ini; adalah kebersamaanku denganmu saja.. Bantulah aku untuk mendapatkan keinginanku, karena aku masih tahu apa yang kuinginkan.

Saat kedua kakiku tidak patuh lagi untuk membawaku ke tempat yang kuinginkan, jadilah kamu seorang yang penyayang.. ingatlah bahwa aku dahulu menuntunmu berkali-kali agar engkau mampu berjalan.. maka jangan kau malu menuntunku saat ini, karena nanti juga kamu akan mencari orang yang menuntunmu.

Ingatlah, di umurku ini aku tidaklah menginginkan kehidupan sepertimu.. tapi simpelnya, aku hanya menunggu kematian.. maka, temanilah aku.. jangan kau campakkan aku.

Saat kamu ingat kesalahan-kesalahanku; ingatlah bahwa tidak ada yang kuinginkan darinya kecuali kebaikan untukmu.. maka, sesuatu yang paling baik kau lakukan untukku saat ini adalah memaaafku, menutupi aibku.. semoga Allah memaafkanmu dan menutupi aibmu.

Sungguh tawa dan senyumanmu masih terus membuatku bahagia seperti dulu.. oleh karena itu, jangan halangi aku untuk menemanimu.

Aku dahulu bersamamu saat kamu dilahirkan.. maka, hendaklah kamu bersamaku saat aku mendekati kematian!!

Address

Blitar

Telephone

+6285790268775

Website

https://www.facebook.com/profile.php?id=100085936117193&mibextid=ZbWKwL

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Alvan syahreza posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Alvan syahreza:

Share