Bolone dewe

Bolone dewe Pokok tetep rukun yo bolo

Badannya kecil Tapi proyeknya BESARSampai aku kewalahan membereskannya setiap hari😩🫠
14/11/2025

Badannya kecil Tapi proyeknya BESAR
Sampai aku kewalahan membereskannya setiap hari😩🫠

Top 3 negara fatherless di dunia :1. Amerika2. Brazil3. Indonesia Kalau lomba balapan paling jelek, Indonesia pasti masu...
14/11/2025

Top 3 negara fatherless di dunia :
1. Amerika
2. Brazil
3. Indonesia

Kalau lomba balapan paling jelek, Indonesia pasti masuk jadi nomininasi juara. Heran saya. Wkwkwkw

Menurut Unicef, tingkat fatherless di Indonesia sekitar 20,9%.

Data ini di dukung oleh Sensus Nasional tahun 2021 yang menyebut bahwa 2,67% anak Indonesia tidak tinggal bersama ayah dan Ibu, dan 7,06% hanya tinggal bersama Ibu kandung.

Sebenarnya saya agak shock Amerika ada di urutan pertama, karena kalau lihat mayoritas konten tentang masyarakat Amerika, ayah itu hadir dalam pengasuhan.

Kalau Brazil, saya maklum. Karena tingginya angka mafia di sana, bikin mayoritas laki2 gabung ke geng, meninggalkan anak dan istri mereka,

Tapi Indonesia??

Apa sebabnya jadi negara fatherless?
Karena budaya patriarki kah?

Anyway, kalau lihat persentasenya "hanya" 20%, itu ga buruk2 amat. Artinya 80% anak lainnya sudah dapat sosok ayah yang baik.

Mungkin karena anak2 yang hidup di tahun segini, ortunya mayoritas dari golongan milenial yang punya awarness pada isu fatherless.

Buktinya?

Pemandangan ayah gendong anak di mall sudah jadi hal umum. Banyak yang melakukannya.

Pemandangan ayah antar jemput anak sekolah sudah jamak dilihat

Bandingkan dengan zaman dulu
Nyaris tidak ada ayah yg menggendong anak di muka publik

Makanya, generasi X, milenial dan Gen Z mungkin masih tinggi angka fatherless nya, dibanding gen Alpha...

InsyaAllah, we're getting better..

Melihatmu tumbuh itu indah... dan sedikit memilukan. 💛Rasanya baru kemarin aku mengajarkan mu cara melangkah pertama...d...
14/11/2025

Melihatmu tumbuh itu indah... dan sedikit memilukan. 💛

Rasanya baru kemarin aku mengajarkan mu cara melangkah pertama...
dan sekarang, Anda berjalan dengan percaya diri ke ruang kelas Anda tanpa melihat ke belakang. 🥹

Sakit semacam itu yang hanya dipahami para ibu — melihat si kecil tumbuh, menjadi lebih mandiri, dan mulai menjelajahi dunia sendiri.
Aku rindu tangan-tangan mungil yang dulu berpegangan pada tanganku... tapi aku sangat bangga dengan dirimu yang akan menjadi. 💛

Tidak ada jam pulang bagi seorang ibu.Tidak ada tepuk tangan. Tidak ada bonus.Tapi dia tetap hadir — setiap hari.Dia tid...
14/11/2025

Tidak ada jam pulang bagi seorang ibu.
Tidak ada tepuk tangan. Tidak ada bonus.
Tapi dia tetap hadir — setiap hari.

Dia tidak punya jam kerja.
Tidak ada jam 5 sore untuk “clock out.”
Tidak ada ruang istirahat, tidak ada waktu makan siang yang tenang.
Tidak ada rekan kerja yang berkata, “Kerja bagus hari ini.”

Dia bekerja saat semua orang tertidur.
Dia bangun saat dunia masih gelap.
Tidak ada gaji, tidak ada libur, tidak ada penghargaan —
hanya tugas baru yang menunggu di pagi hari.

Tidak ada yang menanyakan, “Bagaimana harimu?”
Tidak ada yang melihat betapa lelahnya dia menahan air mata di kamar mandi, atau bagaimana dia terus berjalan walau tubuhnya ingin menyerah.

Tapi dia tetap muncul.
Untuk anak-anaknya. Untuk rumahnya.
Dia mencintai, merawat, mengatur, dan menjaga —
bukan karena dia harus, tapi karena dia tidak punya pilihan untuk menyerah.

Dia bukan “hanya seorang ibu.”
Dia fondasi seluruh rumah.
Dan mungkin sudah waktunya dunia berhenti menganggap itu biasa, dan mulai berkata satu hal sederhana tapi berarti:
Terima kasih.

Menjadi ibu itu indah, melelahkan, menantang, menyakitkan, namun itu hal terindah yang pernah terjadi dalam hidupku.
14/11/2025

Menjadi ibu itu indah, melelahkan, menantang, menyakitkan, namun itu hal terindah yang pernah terjadi dalam hidupku.

“Anak keras kepala bukan bawaan lahir, tapi hasil dari cara orang tua berbicara padanya.”Fakta menarik dari penelitian U...
14/11/2025

“Anak keras kepala bukan bawaan lahir, tapi hasil dari cara orang tua berbicara padanya.”

Fakta menarik dari penelitian University of Virginia menunjukkan bahwa 70% anak yang disebut “keras kepala” sebenarnya bukan menolak aturan, tapi menolak cara aturan itu disampaikan. Mereka tidak melawan logika, mereka melawan cara pendekatan yang meniadakan rasa dihargai. Artinya, keras kepala bukan masalah watak, melainkan cara komunikasi yang menciptakan benturan terus-menerus antara kehendak anak dan kehendak orang tua.

Anak yang tumbuh dalam lingkungan otoriter akan belajar satu hal: untuk didengar, ia harus melawan. Sebaliknya, anak yang tumbuh dalam suasana dialog, akan merasa bahwa suaranya berarti. Ia belajar mendengarkan bukan karena takut, tapi karena merasa dihormati. Maka tugas kita bukan mematahkan keras kepalanya, tapi mengubah energi keras itu menjadi keteguhan yang bijak.

1. Ubah cara memerintah menjadi cara mengajak

Ketika anak menolak perintah, bukan berarti ia tidak mau melakukan hal itu. Bisa jadi, ia hanya tidak s**a cara perintah itu disampaikan. Misalnya, saat orang tua berkata, “Cepat bereskan mainanmu!”, anak merasa diserang dan bereaksi defensif. Namun ketika diganti dengan, “Kita rapikan bareng yuk, supaya ruangannya enak dilihat,” hasilnya bisa jauh berbeda.

Perbedaan kecil dalam cara bicara mengubah arah komunikasi. Anak merasa dilibatkan, bukan dikendalikan. Ia belajar bahwa kerja sama lahir dari rasa saling menghargai. Inilah dasar disiplin yang rasional, bukan yang penuh teriakan. Jika kamu tertarik mempelajari cara komunikasi yang membangun kerja sama dengan anak, kamu bisa berlangganan konten eksklusif Logika Filsuf yang membahas psikologi percakapan dalam mendidik anak.

2. Ajarkan anak mengekspresikan keinginan dengan kata, bukan sikap

Keras kepala sering muncul karena anak tidak tahu cara menyalurkan keinginannya. Saat ingin diakui tapi tak bisa menjelaskannya, ia menolak dengan diam, menangis, atau marah. Di titik ini, anak tidak sedang melawan orang tua, tapi sedang berjuang agar dipahami.

Ajak anak menamai perasaannya. Tanyakan, “Kamu kesal karena merasa tidak didengar, ya?” Kalimat sederhana ini bisa meluluhkan dinding yang keras. Anak belajar bahwa mengungkapkan isi hati dengan kata jauh lebih efektif daripada dengan perlawanan. Ia pun tumbuh memahami bahwa komunikasi yang baik adalah kekuatan, bukan kelemahan.

3. Bedakan antara keteguhan dan keras kepala

Banyak orang tua keliru menyamakan anak yang berpendirian dengan anak keras kepala. Padahal, anak yang memiliki keyakinan bisa jadi sedang belajar mempertahankan pendapatnya. Tugas orang tua bukan membungkam, tapi mengarahkan agar ia tahu kapan berpegang dan kapan membuka diri.

Misalnya, ketika anak yakin jawabannya benar dalam pelajaran, jangan langsung memaksa ia mengaku salah. Ajak ia menelusuri prosesnya: “Boleh tunjukkan bagaimana kamu berpikir sampai ke situ?” Dari situ, anak belajar berpikir kritis dan terbuka terhadap koreksi. Ia tidak merasa kalah ketika salah, karena kesalahan menjadi bagian dari belajar.

4. Hindari adu kuasa, fokus pada nilai yang ingin ditanam

Setiap kali orang tua berkata “karena aku bilang begitu”, percakapan berhenti di tembok ego. Anak belajar bahwa hubungan kekuasaan lebih penting daripada kebenaran. Sebaliknya, jika orang tua mau menjelaskan alasan di balik aturan, anak akan memahami logika di baliknya.

Contohnya, ketika anak menolak tidur lebih awal, jelaskan bahwa tubuh butuh istirahat agar besok bisa bermain dengan semangat. Dengan penjelasan itu, aturan tak lagi terasa seperti tekanan, tapi kesadaran. Anak yang paham alasan akan lebih mudah menerima batasan. Ia belajar tunduk pada nilai, bukan pada suara yang lebih keras.

5. Gunakan empati sebelum logika

Saat anak sedang emosional, logika tidak akan bekerja. Beri ia waktu untuk menenangkan diri dulu sebelum diajak bicara. Misalnya, ketika anak marah karena mainannya rusak, jangan langsung berkata “itu cuma mainan”. Duduk di sampingnya, akui perasaannya, lalu perlahan arahkan pembicaraan.

Ketika anak merasa dipahami, ia akan lebih terbuka terhadap nasihat. Ia belajar bahwa memahami orang lain lebih penting daripada menang sendiri. Dari sini, sikap kerasnya berubah menjadi kemampuan mengelola emosi, sebuah langkah awal menuju kedewasaan berpikir.

6. Konsisten dalam aturan tanpa menjadi kaku

Konsistensi memberi rasa aman bagi anak, tapi kekakuan justru membuatnya tertekan. Misalnya, jika anak tahu jam makan malam pukul tujuh, sesekali beri kelonggaran saat ada acara keluarga. Ia akan belajar bahwa aturan itu bukan rantai, melainkan pedoman yang bisa disesuaikan dengan keadaan.

Ketika anak melihat fleksibilitas yang logis, ia tidak akan merasa perlu melawan. Ia belajar bahwa dunia tak hitam putih, dan bahwa kompromi bukan tanda lemah, melainkan bukti kedewasaan. Sikap ini menumbuhkan keseimbangan antara disiplin dan kebebasan berpikir.

7. Hargai proses berpikirnya, bukan hanya hasil akhirnya

Anak keras kepala sering kali ingin diakui karena usahanya, bukan semata-mata hasilnya. Ketika ia merasa usahanya tak dihargai, ia menolak mengikuti arahan selanjutnya. Misalnya, saat ia mencoba mengikat tali sepatu sendiri tapi belum berhasil, puji dulu usahanya sebelum memperbaiki caranya.

Dengan begitu, ia belajar bahwa setiap proses berpikir layak dihormati. Ia akan lebih terbuka terhadap bimbingan karena tahu dirinya tidak diremehkan. Anak yang dihargai usahanya, pelan-pelan melepaskan keras kepalanya karena ia tak perlu lagi membuktikan harga dirinya lewat perlawanan.

Mengasuh anak agar tidak keras kepala bukan soal mematahkan tekadnya, tapi mengarahkan energinya menjadi keberanian yang cerdas. Anak yang keras bisa tumbuh jadi pribadi tangguh, asalkan dibimbing dengan logika dan kasih yang seimbang. Jika kamu setuju bahwa anak tidak perlu ditundukkan tapi dipahami, tulis pendapatmu di kolom komentar dan bagikan tulisan ini agar lebih banyak orang tua belajar mendidik dengan nalar, bukan dengan suara tinggi.

Foto ini menunjukkan pengorbanan cinta seorang ibu.Bahkan saat dia tenggelam dalam pertempurannya sendiri, dia menjaga a...
14/11/2025

Foto ini menunjukkan pengorbanan cinta seorang ibu.

Bahkan saat dia tenggelam dalam pertempurannya sendiri, dia menjaga anaknya di atas air. Ibu akan menyerahkan kenyamanan dan ketenangannya sendiri hanya untuk melindungi anak-anaknya. Ini adalah pengingat kuat dari ketahanan dan cinta tanpa syarat yang mendefinisikan keibuan. ❤️

Dalam setiap percakapan, seringkali muncul dorongan untuk memenangkan argumen. Namun, kebijaksanaan sejati justru terlet...
13/11/2025

Dalam setiap percakapan, seringkali muncul dorongan untuk memenangkan argumen. Namun, kebijaksanaan sejati justru terletak pada keinginan untuk memahami, bukan sekadar menundukkan lawan bicara. Orang bodoh berbicara dengan niat untuk keluar sebagai pemenang, sementara orang bijak berbicara dengan tujuan untuk memperluas perspektifnya dan perspektif orang lain. Fokus pada pemahaman akan membangun jembatan komunikasi yang lebih kokoh.

Pergeseran pola pikir dari "ingin menang" menjadi "ingin paham" akan membuka ruang dialog yang lebih produktif. Ketika kita berhenti melihat percakapan sebagai medan pertempuran, kita mulai menghargai sudut pandang yang berbeda. Pendekatan ini tidak hanya menyelesaikan konflik dengan lebih elegan, tetapi juga memperkaya wawasan kita. Pada akhirnya, tujuan berbicara bukanlah kemenangan sesaat, melainkan pertumbuhan bersama menuju pemahaman yang lebih dalam.

1. Dengarkan untuk memahami, bukan untuk membalas.

Banyak orang mendengarkan dengan sibuk menyusun jawaban atau sanggahan di dalam pikiran mereka. Cara ini membuat inti pesan lawan bicara terlewat. Sebaliknya, fokuslah sepenuhnya pada apa yang diucapkan. Biarkan mereka menyelesaikan pikiran mereka sebelum Anda merespons. Dengan begitu, respons yang Anda berikan akan lebih relevan dan menunjukkan bahwa Anda menghargai perkataan mereka.

2. Ajukan pertanyaan klarifikasi.

Jangan berasumsi Anda langsung paham maksudnya. Jika ada hal yang kurang jelas, tanyakan dengan santun. Pertanyaan seperti, "Apakah maksud Anda..." atau "Bisakah Anda menjelaskan lebih lanjut tentang..." sangat membantu. Ini menunjukkan ketertarikan genuin Anda untuk menggali lebih dalam dan mencegah kesalahpahaman yang tidak perlu sejak awal.

3. Akui titik kesepakatan terlebih dahulu.

Sebelum menyampaikan pendapat yang berbeda, mulailah dengan mengakui bagian dari pernyataan lawan bicara yang Anda setujui. Hal ini menciptakan suasana kolaboratif, bukan konfrontatif. Lawan bicara akan merasa dihargai dan lebih terbuka untuk mendengar perspektif Anda karena mereka tidak merasa diserang secara keseluruhan.

4. Gunakan kata "Saya pahami" bukan "Saya setuju".

Anda bisa menunjukkan empati tanpa harus setuju. Katakan, "Saya pahami sudut pandang Anda" atau "Saya mengerti perasaan Anda sekarang". Kalimat ini mengakui validitas perasaan mereka tanpa berarti Anda mengorbankan keyakinan sendiri. Ini adalah cara elegan untuk menjaga percakapan tetap berjalan dengan baik meski terdapat perbedaan.

5. Fokus pada masalah, bukan pada pribadi orangnya.

Selalu jaga agar diskusi tetap pada topik atau masalah yang dibahas. Hindari segala bentuk komentar yang menyerang karakter, latar belakang, atau kecerdasan lawan bicara. Menyerang pribadi hanya akan memicu reaksi emosional dan membunuh setiap peluang untuk mencapai saling pengertian yang sesungguhnya.

6. Bersedia mengakui ketika Anda keliru.

Kebijaksanaan ditunjukkan oleh kerendahan hati untuk mengakui kesalahan. Jika Anda menyadari bahwa pendapat Anda salah atau kurang tepat, utarakanlah. Mengakui kesalahan bukanlah kekalahan, melainkan sebuah kemenangan atas ego diri sendiri. Tindakan ini justru membangun kredibilitas dan kepercayaan yang besar dari lawan bicara Anda.

7. Tujuan akhirnya adalah pembelajaran, bukan kemenangan.

Ingatlah selalu tujuan Anda berbicara. Apakah untuk merasa superior, atau untuk belajar sesuatu yang baru? Dengan menjadikan pembelajaran sebagai tujuan, setiap percakapan menjadi sebuah petualangan yang berharga. Anda akan menemukan bahwa dengan tidak berusaha menang, Anda justru mendapatkan hal yang lebih berharga, yaitu kebijaksanaan.

Ukuran kemajuan sejati bukanlah perbandingan dengan orang lain, melainkan dengan diri kita sendiri. Di era media sosial ...
13/11/2025

Ukuran kemajuan sejati bukanlah perbandingan dengan orang lain, melainkan dengan diri kita sendiri. Di era media sosial saat ini, godaan untuk membandingkan hidup sangatlah besar—melihat keberhasilan orang lain, pencapaian, atau bahkan kebahagiaan mereka sering kali membuat kita merasa kecil. Padahal, setiap orang memiliki garis waktu dan jalan hidup yang berbeda. Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan melahirkan rasa iri, rendah diri, atau bahkan kehilangan arah. Yang lebih penting adalah menilai: apakah hari ini kita lebih baik, lebih sabar, atau lebih bijak dibanding kemarin?

Perbandingan dengan diri di masa lalu membuat fokus kita berpindah dari pencitraan ke pertumbuhan. Kita belajar melihat proses, bukan hanya hasil. Saat kita menilai diri sendiri dari perjalanan waktu, kita akan lebih menghargai setiap langkah kecil yang kita ambil. Mungkin kemajuan itu tidak spektakuler, tapi setiap upaya memperbaiki diri adalah kemenangan tersendiri. Dengan perspektif ini, hidup terasa lebih ringan karena kita tidak lagi hidup dalam kompetisi yang melelahkan, melainkan dalam perjalanan menuju versi terbaik dari diri kita sendiri.

Pada akhirnya, kehidupan bukan tentang siapa yang paling cepat mencapai tujuan, melainkan siapa yang paling konsisten memperbaiki diri. Saat kita berhenti membandingkan diri dengan orang lain, kita mulai melihat potensi kita dengan lebih jernih. Keberhasilan sejati bukanlah tentang melampaui orang lain, tetapi tentang melampaui batas-batas diri sendiri yang dulu. Dengan cara itu, kita bisa menjalani hidup dengan damai, fokus, dan penuh rasa syukur atas pertumbuhan yang nyata dari waktu ke waktu.

Anak-anakmu belajar mencintai dengan melihatmu...Cara Anda berbicara dengan pasangan Anda adalah bagaimana mereka akan b...
13/11/2025

Anak-anakmu belajar mencintai dengan melihatmu...

Cara Anda berbicara dengan pasangan Anda adalah bagaimana mereka akan belajar berbicara dengan mereka.

Bagaimana Anda membuat pasangan Anda merasa istimewa, adalah bagaimana mereka akan belajar untuk membuat pasangan mereka merasa istimewa.

Bagaimana Anda berbicara tentang pasangan Anda di depan anak-anak Anda akan menunjukkan kepada mereka bagaimana mereka harus berbicara tentang pasangan mereka.

Semuanya penting. Tetapi bagaimana Anda bertindak dengan pasangan Anda meninggalkan dampak terbesar.

Mereka belajar mencintai, bagaimana mencintai, dengan melihatmu.

Nenek Mereka Sadar (Tentang Perhatian yang Tidak Adil)"Mereka sadar.""Ketika Anda menghabiskan lebih banyak waktu dengan...
13/11/2025

Nenek Mereka Sadar (Tentang Perhatian yang Tidak Adil)

"Mereka sadar."
"Ketika Anda menghabiskan lebih banyak waktu dengan salah satu anak. Ketika Anda langsung memercayai yang satu tanpa mendengar yang lain. Ketika Anda memeluk yang satu lebih lama, lebih sering hadir untuk yang satu, lebih banyak membelikan barang untuk yang satu, atau berbicara lebih lembut kepada yang satu."
"Mereka sadar."
"Bahkan jika mereka tidak pernah mengatakan sepatah kata pun. Bahkan jika mereka tersenyum melewati momen itu. Mereka tetap merasakannya jauh di lubuk hati, rasa sakit yang sunyi karena merasa menjadi yang terabaikan."
"Tidak seorang pun seharusnya perlu 'mendapatkan' cinta atau perhatian dari keluarga mereka sendiri. Tidak seorang pun seharusnya merasa bahwa mereka bukanlah anak kesayangan, hanya karena ada orang lain yang menjadi kesayangan."

"Karena mereka sadar, dan perasaan itu akan tinggal bersama mereka jauh setelah momen itu berlalu."

Pesan Utama: Anak-anak sangat peka terhadap ketidakseimbangan perhatian. Perlakuan yang tidak adil (favoritisme) akan meninggalkan luka emosional yang mendalam dan bertahan lama, meskipun mereka tidak pernah mengungkapkannya. Semua anak berhak mendapatkan cinta dan perhatian yang setara tanpa syarat.

Pilihanmu Menentukan Masa Depan Mereka"Sebelum Anda membiarkan godaan mengambil alih diri Anda, luangkan waktu sejenak u...
13/11/2025

Pilihanmu Menentukan Masa Depan Mereka

"Sebelum Anda membiarkan godaan mengambil alih diri Anda, luangkan waktu sejenak untuk memikirkan anak-anak Anda. Mereka tidak bersalah, dan mereka tidak pantas menanggung beban dari pilihan yang tidak pernah mereka buat. Bukan hanya keluarga Anda yang akan hancur; tetapi juga hati mereka, impian mereka, dan rasa aman mereka. Rasa sakit perpisahan akan sangat memukul mereka, dengan cara yang mungkin belum mereka pahami saat ini."

"Sebelum Anda mengambil langkah yang bisa menghancurkan kehidupan yang telah Anda bangun bersama, berhentilah sejenak. Berpikir mendalam. Renungkanlah. Jangan biarkan keinginan sesaat atau momen kelemahan menghancurkan kepercayaan dan cinta yang menjadi sandaran keluarga Anda. Jangan menukar masa depan mereka demi keegoisan sesaat."

"Pilih mereka. Pilih anak-anak Anda, yang memandang Anda dengan cinta dan kepercayaan. Pilih pasangan Anda, yang percaya pada janji 'selamanya' bersama Anda. Pilih keluarga Anda, rumah yang Anda sumpahi untuk lindungi. Pilih jenis cinta yang rela berkorban demi orang-orang yang paling berharga."

"Pilihan Anda tidak hanya memengaruhi hari ini; pilihan itu membentuk hari esok anak-anak Anda. Tunjukkan pada mereka apa arti cinta, komitmen, dan kesetiaan. Biarkan mereka tumbuh di rumah di mana mereka merasa aman dan dicintai, di mana mereka dapat bermimpi dengan bebas, dan di mana orang tua mereka adalah contoh integritas terbaik."

"Karena ketika Anda memilih untuk melakukan apa yang benar, bukan hanya keluarga Anda yang akan merasakan s**acita. Bahkan Tuhan akan tersenyum, mengetahui Anda telah memilih cinta di atas keegoisan, dan kesetiaan di atas keinginan yang sesaat. Biarkan cinta menang; demi keluarga Anda, demi anak-anak Anda, dan demi diri Anda sendiri."

Pesan Utama: Narasi ini adalah seruan untuk prioritas dan kesetiaan, mengingatkan bahwa dampak pengkhianatan melampaui pasangan, tetapi secara mendalam menghancurkan rasa aman, kepercayaan, dan masa depan emosional anak-anak. Pilihan yang benar adalah memilih keluarga dan komitmen di atas godaan sesaat.

Address

Jalan Gatot Koco
Blitar
66153

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Bolone dewe posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share