BANG JON JAYA

BANG JON JAYA jangan lupa buat suport terus
✅salam interaksi
✅salam SKSD
✅VIDEO RANDOM
✅VIDEO VIRAL

Part 2"Please, diam dulu Al," lirih dia berbisik.Aku mematung, air mata ku mulai membanjir. Detak jan tungnya jelas ku r...
16/09/2025

Part 2

"Please, diam dulu Al," lirih dia berbisik.

Aku mematung, air mata ku mulai membanjir. Detak jan tungnya jelas ku rasakan, ba hunya mulai bergetar, apa dia juga menangis?

"Maaf, maafkan Kakak, Al. Maaf ..."

Dia terus mengucapkan maaf, entah maaf untuk kesalahannya yang mana. Mungkin, dia hanya ingin jadi kakak yang baik untuk ku, tanpa embel-embel cinta yang selalu ku pak sakan.

Tapi hati ku begitu ke ras, aku belum bisa menerima penolakannya.

"Apa yang Kakak lakukan?" Tanya ku di sela isak tangis. Da da ku se sak, kenapa dia meme luk ku? Padahal sejak aku bicara dengan Papa waktu itu, aku tak pernah lagi merasakan pelu kan kasih sayangnya.

Jangan kan pelu kan, dia bahkan tak pernah menatap ku. Selalu menghindar saat aku mengajaknya bicara. Ini pelu kan pertama sejak bertahun-tahun lamanya.

Dan pe lukan ini semakin membuat perasaan ku padanya meng ge bu. Perasaan yang sebelumnya berusaha ku pa damkan kini berko bar lagi.

Tidak, aku tak boleh seperti ini. Apa aku bisa berdamai dengan takdir? Menerimanya sebagai Kakak lalu melupakan perasaan ku.

Aku mena rik diri, buru-buru menghapus air mata. Tak ingin terlihat le mah di matanya.

"Kakak gak seharusnya pe luk aku," ucap ku.

Dia diam, aku lekas berbalik hendak pergi. Tapi dia menahan le ngan ku, membuat air mata ku kembali menetes.

"Al, gak bisa yah kita kaya dulu lagi?" Tanyanya.

Aku tak menjawab, sibuk menahan tangis yang kian menye sakkan da da. Dia sendiri yang lebih dulu menjauh, lalu kenapa sekarang bertanya seperti itu?

"Kenapa tanya aku, Kak? Bukannya yang awalnya menjauh itu Kakak?"

Dia kembali diam, mungkin membenarkan ucapan ku. Ku lepas tangannya dari le nganku, lalu pergi ke kmar. Aku bahkan belum menunjukan dimana kmarnya agar dia bisa beristirahat. Lebih lama dekat dengannya membuat ku mulai tak wa ras.

Keesokan harinya, Kak Aksa memintaku untuk menemaninya jalan-jalan. Aku sempat menolak, ku minta Kak Ria menemaninya, tapi Kak Ria menolak dengan alasan tak enak ba dan. Padahal aku tahu dia baik-baik saja.

"Kakak gak enak ba dan, Al. Kamu saja yang temani, biar Zaki menemani Kakak di apartemen. Kakak mau minta dia antar Kakak ke Dokter," begitu katanya.

Aku menghela nafas panjang, Kak Ria pasti ingin membuat hubungan ku dan Kak Aksa kembali seperti dulu. Akhirnya aku mengangguk. Setelah sarapan kami bersiap.

"Kamu gak keberatan kan menemani Kakak?" Tanya Kak Aksa saat kami di dalam lift.

Aku menggeleng, menatapnya sekilas lalu pura-pura sibuk dengan ponsel ku. Aku terkejut saat tiba-tiba dia mengambil ponsel ku, memas**an benda pipih itu ke saku mantelnya.

"Kakak simpan dulu ponsel kamu, kita nikmatin jalan-jalan dulu," katanya.

Aku mence bik, kejadian ini seperti dejavu. Dulu, saat kami liburan keluarga ke Swiss, dia melakukan hal yang sama saat aku terlalu fokus ke ponsel dan mengabaikannya.

"Kakak disini, bukan di dalam hp kamu," katanya waktu itu. Dia menegaskan bahwa saat dengannya, dia harus menjadi fokus ku, bukan yang lain.

Ku berikan kunci mobil ku saat kami sampai di basement, dia tersenyum, mengu sap puncak kepala ku dengan lmbut. Aneh, dia tak pernah seperti ini sejak beberapa tahun lalu.

"Jadi, mau kemana kita?" Tanyanya saat duduk di balik kemudi.

"Terserah," jawabku.

Aku tahu, sebenarnya dia tak butuh aku sebagai pemandunya jalan-jalan. Toh, bukan hanya sekali ini dia ke LA, dulu dia sering kesini untuk mewakili Papa kunjungan kerja. Entah apa maksudnya mengajakku, dengan alasan ingin di temani karena tak tahu tempat mana saja yang bagus untuk di kunjungi.

***

Hampir tengah malam aku dan Kak Aksa p**ang. Rasa lelah membuat ku mengantuk, hingg beberapa kali aku menguap.

"Tidur saja, nanti Kakak bangunkan kalau sudah sampai di Apartemen," ucapnya sembari mengu sap puncak kepalaku.

Aku mengangguk, menyandarkan tbuhku ke sandaran, mencari posisi nyaman untuk memejamkan mata.

Bayangan kebersamaan kami tadi kembali berputar, Kak Aksa sangat berusaha kembali berbaikan dengan ku. Dia bahkan sangat perhatian, hal yang menurut ku sedikit berlebihan ketika aku sudah terbiasa dengan sikap dinginnya.

Dulu pernah aku pernah melakukan berbagai cara untuk mena rik simpati dan perhatiannya, tapi nihil, dia tetap dingin bahkan tak meli rik ku. Sekarang dia bersikap seperti tak pernah terjadi apapun di antara kami. Kak Aksa kembali ke setelan awal saat aku masih remaja dulu.

Tapi perhatiannya itu justru membuat ku tkut, sempat terpikir ingin berdamai dengan keadaan, tapi aku tkut rasa cinta untuknya malah semakin besar. Karena setiap kali dekat dengannya, deba ran di hati ku kian nyata.

Perlahan mata ku terpejam, lelah tbuh tak selelah hati dan pikiran ku. Akhirnya aku terpejam.

Entah berapa lama aku tertidur, aku terbangun saat aku bermimpi aneh. Aku bermimpi Kak Aksa me nge cup bbr ku. Hangatnya bahkan terasa nyata. Ya Tuhan, mimpi macam apa itu? Memalukan!

Ku edarkan pandangan, ini di basement apartemen?

"Kamu sudah bangun? Kakak baru akan membangunkan mu," ucapnya.

Aku menoleh, Kak Aksa tengah mengutak-atik ponselnya.

"Kita sudah sampai? Sudah berapa lama kita sampai?" Aku bertanya, dda ku berde bar, jntngku berdetak tak karuan mengingat mimpi barusan.

Bisa-bisanya aku bermimpi seperti itu, apa karena aku begitu mengharapkan Kak Aksa? Bahkan tanpa sadar aku menyen tuh bbrku sendiri, mimpi yang benar-benar serasa nyata.

"Baru saja, ayo turun. Atau mau Kakak gen d**g seperti biasa?" Tawarnya sembari tersenyum. Dia tampak biasa saja, berarti yang barusan memang benar-benar mimpi. Ya ampun Alinea, bisa-bisanya ngarep!

Aku kikuk, dulu saat aku tertidur, aku pasti minta di gen d**g Kak Aksa dengan alasan pu sing baru bangun. Padahal aku ingin man ja-man jaan padanya.

"A-aku bisa jalan sendiri," ucapku, buru-buru membuka set belt lalu turun lebih dulu. Aku bisa mendengar suara kekehan dari Kak Aksa.

Aku berjalan beberapa langkah di depannya, teringat tentang ponsel ku yang belum dia kembalikan, aku pun berbalik.

"Jalan-jalannya sudah selesai, boleh Kakak kembalikan ponsel ku?" Ku ulurkan tangan, menunggu dia yang justru merespon dengan senyuman saja.

"Memangnya ada apa sih di hp kamu? Takut pa car kamu ma rah yah gara-gara gak ngasih kabar seharian?" Katanya.

"Mana ada pa car," ujar ku sembari mendelik. Boro-boro bisa punya pa car, selain tak mau pa tah hati lagi, nama Aksara masih menjadi penghuni tetap di hati ku. Sulit menggantinya dengan nama yang lain.

"Bagus deh."

"Eh, maksud Kakak?"

Baca lengkapnya di KBMAPP
Judul KAKAK, AKU MENCINTAIMU!
Penulis SAVANA ALIFA

Part 1"Kamu gi la? Aku kakakmu! Buang jauh-jauh pikiran ko nyol mu itu! Kalau Papa sampai tahu, Papa bisa mrah besar!"La...
16/09/2025

Part 1

"Kamu gi la? Aku kakakmu! Buang jauh-jauh pikiran ko nyol mu itu! Kalau Papa sampai tahu, Papa bisa mrah besar!"

Lagi-lagi aku di tolak. Aku juga tak tahu, kenapa aku bisa sangat menyukai kakak ku itu. Bahkan cita-cita ku dari dulu adalah menjadi kekasihnya, lalu kita menikah dan hidup bahagia bersama ank-ank buah cinta kami.

"Memangnya kenapa? Lagian kan Kakak bukan Kakak kndung ku, apa salahnya kalau kita paca ran?" Aku masih keukeuh. Tak ingin menyerah begitu saja.

Sejak kecil aku sangat dekat dengan Kak Aksa, dia selalu menjadi pelindungku dalam situasi apapun, garda terdepan yang siap membela ku saat aku dalam masalah.

Menginjak usia remaja, kedekatan itu membuat ku mempunyai pandangan berbeda padanya. Normalnya remaja yang memasuki usia pu ber, aku mulai mengenal cinta. Dan itu pada kakak ku sendiri.

Aneh memang, banyak sekali yang mendekati ku, tapi aku tak pernah terta rik. Lagi p**a, Kak Aksa selalu melarang ku dekat dengan sembarang pria kecuali dengannya dan dengan orang-orang yang dia kenal baik.

"Al, sudahlah. Jangan punya pikiran kesana lagi, kamu tetap akan menjadi adik ku selamanya. Jangan jadikan aku manusia yang gak tahu diri, gak tahu terima kasih pada Mama dan Papa yang sudah mera wat ku sejak kecil."

Dia mengatakan itu sembari meme gang kedua pun dak ku, berusaha membuat ku mengerti dengan penolakannya.

"Papa akan mengerti, Kak. Kakak tenang saja, aku yang akan bicara pada Papa. Mau yah jadi pa car aku?" Aku tersenyum riang, me nye ntuh le ngannya dengan mnja.

"Ya Tuhan, Alinea! Harus dengan cara apa aku membuat mu mengerti? Jangan knyol!"

Bbr ku manyun, tetap tak menerima penolakannya. Bagi ku, Kak Aksa adalah laki-laki yang tepat untuk ku. Memangnya apa salahnya? Dia kakak angkat ku, tak ada hubungan drh di antara kami, bukankah kami bisa menikah?

Dulu, saat pernikahan Papa dan Mama menginjak Lima Tahun, Papa sengaja mengangkat Kak Aksa sebagai ank. Katanya sebagai pancingan agar Papa dan Mama segera di karuniai a nk.

Mama sulit hmil, sudah berbagai cara di upayakan, tetapi tak membuahkan hasil. Lalu Kak Aksa datang sebagai penolong. Saat itu Mama keco pe tan, Kak Aksa yang tengah me nga men menolong Mama mengejar pen co pet, sampai warga pun ikut mengejar dan pen co pet itu berhasil di tangkp.

Dari sanalah Mama dan Kak Aksa dekat, Mama juga yang membujuk Papa agar mengangkat Kak Aksa ank.

Kak Aksa sebtng kara, hidup di jalanan sebagai pe nga men. Dia putus sekolah sejak kelas Dua SD. Orang tuanya berpisah lalu meninggalkannya bersama neneknya. Tapi nenek mening gal, membuat Kak Aksa hidup sendirian. Menghadapi ke rasnya hidup di Jakarta, Kak Aksa me nga men untuk bertahan hidup.

Mama dan Papa terkesan pada Kak Aksa yang jujur. Meski hidup susah tanpa kasih sayang dan didikan orang tua, Kak Aksa tak pernah makan dari hasil men cu ri. Dia menga men atau sesekali menjadi pe mu lung.

Kak Aksa di ado psi Mama dan Papa saat usia Kak Aksa menginjak 10 Tahun. Kak Aksa mendapat kasih sayang Mama dan Papa, juga mendapat pendidikan yang bagus di sekolah terbaik.

"Kakak yang harusnya mengerti, apa salahnya kalau kita paca ran? Kita bukan saudara kndng, Kak."

"Alinea cukup, kakak harap ini terakhir kalinya kamu membahas hal ini. Jangan sampai Kakak menjauhi kamu karena ini," ucapnya. Ini memang bukan pertama kalinya aku menyatakan cinta, sejak aku kelas 1 SMP sampai sekarang lulus SMA. Aku menyukainya sudah selama itu.

"Kakak lihat saja, aku akan bilang ke Papa. Papa juga pasti setuju kok," tekad ku bulat, mengatakan semuanya pada Papa dan Mama. Aku yakin mereka akan setuju, mereka sangat menyayangi ku, tak pernah menolak keinginan ku.

Tapi sepertinya aku salah, Papa terdiam sangat lama saat aku jujur tentang perasaan ku pada Kakak angkat ku itu. Begitu pun dengan Mama, tak ada reaksi apapun dari Mama.

"Pa, Ma. Papa sama Mama pasti setuju kan? Dari pada aku punya pcar laki-laki gak jelas, mending aku sama Kak Aksa. Papa sama Mama sudah tahu Kak Aksa seperti apa, dia bisa menjaga ku," ucap ku lagi. Meski respon mereka membuat ku ragu, aku terus bicara untuk meyakinkan mereka.

"Al, sebaiknya kamu kembali ke kmar," Papa justru meminta ku ke kmar.

"Tapi Papa setuju kan aku pa caran sama Kak Aksa?"

"Alinea, ke kamar Nak," kali ini Mama yang bicara. Ku hembuskan nafas gu sar, mulai semakin ragu dengan restu yang akan ku dapat.

Tak lama berselang, Kak Aksa di panggil Papa ke ruang kerjanya. Jntng ku dag dig dug, mereka pasti membicarakan keinginan ku tadi.

"Ya Tuhan, semoga Papa setuju," gumam ku dalam hati. Merasa tak tenang hanya berdiam diri di kmar saja, aku memutuskan keluar. Mencari tahu apa yang terjadi di ruang kerja Papa.

Bertepatan dengan aku keluar kmar, Kak Aksa muncul dari arah tangga. Sejenak tatapan kami bertemu, aku mencoba tersenyum tapi dia tidak.

Perasaan ini mulai tak nyaman, apa Papa mrah? Lekas ku hampir dia, tapi dia justru berjalan cepat memasuki kmarnya.

"Kakak tunggu," Aku mengejar, tapi dia buru-buru menutup pintu kmar lalu menguncinya. Tak ingin putus asa, aku mencoba mengge dor pintu.

"Kak, apa yang Papa bicarakan? Kak Aksa buka, kita harus bicara!"

Sejak saat itu, sikap Kak Aksa berubah. Dia begitu dingin padaku, tak pernah lagi tersenyum apalagi bercanda seperti dulu. Tapi sikapnya pada Mama dan Papa tak berubah, tetap hangat dan penurut.

Aku tersik sa dengan perubahannya, dia selalu menghindari ku. Apa yang sebenarnya Papa katakan padanya? Saat aku menanyakan pada Papa, Papa tak pernah menjawab. Papa selalu bilang, 'Gak ada apa-apa, kamu fokus saja belajar. Sebentar lagi kamu kuliah.'

Sampai akhirnya, aku memilih kuliah di Luar Negeri. Aku tak sanggup menghadapi sikap dingin Kak Aksa. Dia memang tak pernah mengatakan membnci ku, tapi aku merasa dia membe nci ku karena aku bicara pada Papa.

Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi aku yakin pembicaraan mereka tentang pengakuan ku mencintai Kak Aksa.

Tahun pertama aku mengenyam pendidikan di LA tak mudah. Nyaris setiap hari ku habiskan dengan menangis, menahan rindu pada laki-laki yang saat aku pergi pun tak menemui ku sama sekali. Alasannya karena sedang sibuk di skripsi.

Tak pernah sekali pun aku menghubunginya, begitu pun dia. Aku hanya bisa mencari tahu tentangnya dari sahabatku, Cita. Dia jarang main sosmed, kecuali ada hal yang sangat spesial menurutnya, baru dia akan upload moment.

Fotonya di IG pun hanya dua, foto keluarga kita dan foto ku saat aku lulus SMP dengan caption yang ku protes saat itu. 'Selamat menuju dewasa ya, Dek.' Aku tak s**a dia memanggilku DEK, seolah mengingatkan bahwa aku tak mungkin bisa bersamanya sebagai pasangan.

"Kamu tuh masih kecil, jangan cinta-cintaan terus. Apalagi sama Kakak," katanya saat aku mengutarakan perasaanku di malam perpisahan sekolah.

Aku cembrt, berge layut mnja di le ngannya, "Tapi aku serius, aku s**a sama Kakak," ucapku.

"Hanya cinta mo nyet, nanti juga hilang," sangkalnya sembari menga cak rambutku. Kenyataannya sampai sekarang cinta itu justru semakin besar.

Salah Papa juga, kenapa selalu membanggakan dan memuji Kak Aksa di depan ku. Aku jadi kagum, semua yang ada pada dirinya aku s**a. Perlahan rasa kagum itu berubah jadi cinta.

"Lihat Kakak mu, dia pintar, tampan, dan calon ank Papa yang sukses. Kamu juga harus sukses, belajar yang benar. Ikuti jejak Kakak mu, dia selalu menjadi juara di sekolah," kata Papa suatu waktu.

Aku mengangguk semangat, menatap Kak Aksa yang malu-malu penuh kekaguman.

"Non, makan siang sudah siap," Aku tersentak. Suara Ria, asisten pribadi ku menyapa telinga.

"Jangan panggil, Non! Kamu ban del," protesku. Usia Ria tak jauh beda dari ku, hanya Dua tahun lebih tua. Aku tak s**a dia memanggil ku Non.

"Iya Alinea sayang, yuk makan siang. Aku masak makanan kes**aan kamu, di jamin lahap," ucapnya sembari merangkul ku. Kami sudah seperti sahabat, bahkan Ria seperti kakak bagi ku. Dia yang selaku menyemangati ku untuk move on dari Kak Aksa.

"Al, kamu sudah mau skripsi. Gimana rencana kamu selanjutnya? Mana mungkin kamu terus tinggal disini," Tanya Ria di sela acara makan kami.

Aku terdiam, tatapan ku menerawang, "Aku gak tahu. Mungkin aku akan terus disini dan mengambil S2. Menurut Kak Ria gimana?"

Dia tersenyum, mengusap lenganku sekilas, "Mengambil S2 juga bagus. Tapi mau sampai kapan kamu lari terus? Kasian Tante Mia, dia pasti sedih kalau kamu terus disini. Aku yakin kamu bisa move on, hanya saja hati kamu belum sepenuhnya ingin move on. Percaya deh sama Kakak, kamu pasti bisa kalau kamu mau."

Apa iya aku yang tak mau move on? Padahal aku selalu bilang aku mau melupakan Kak Aksa, tapi hati kecil ku memang belum bisa.

Suara dering ponsel milik Ria memutus percakapan kami. Ada telpon masuk.

"Ya Zak? Ada apa?" Itu telpon dari Zaki, asisten pribadi Kak Aksa. Entah mengapa jantung ku berdegup kencang.

"Di perjalanan? Ok, aku sampaikan ke Non Al."

"Ada apa?" Tanya ku saat telpon sudah terputus.

"Al, Pak Aksa menuju ke apartemen ini. Katanya dia sedang kunjungan kerja, jadi sekalian nengok kamu. Dia ..."

"Apa?"

Baca lengkapnya di KBMAPP
Judul KAKAK, AKU MENCINTAIMU!

Penulis SAVANA ALIFA

30/07/2025

info pergerakan bollo

Persiapan acara pengajian umum, santunan anak yatim&lansia lur
22/07/2025

Persiapan acara pengajian umum, santunan anak yatim&lansia lur

Hokky caraka sudah bermain bagus tapi memang belum beruntung sajaTetap semangat hokky ! Ayo semifinal lebih spartan lagi...
22/07/2025

Hokky caraka sudah bermain bagus tapi memang belum beruntung saja

Tetap semangat hokky ! Ayo semifinal lebih spartan lagi dan lolos semifinal

📍 ADB TIMNAS INDONESIA PELATIH Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, komentari hasil drawing babak 4 Kualifikasi Piala Dun...
22/07/2025

📍 ADB TIMNAS INDONESIA

PELATIH Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, komentari hasil drawing babak 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Dia menegaskan skuad Garuda tak takut melawan Arab Saudi dan Irak.

"Saya merasa baik-baik saja. Grup ini sulit, kita semua tahu itu, tetapi kami akan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi tim-tim ini di lapangan," ujar Kluivert, dilansir dari situs resmi Konfederasi Sepakbola Asia (AFC), Sabtu (19/7/2025).

"Mereka tim-tim yang sudah dikenal. Kami pernah bertemu Arab Saudi di grup sebelumnya, tapi ini wilayah yang sama sekali berbeda. Ini babak keempat, terbuka untuk siapa pun," sambungnya.

"Motivasi tim sangat tinggi. Kami belum pernah mencapai sejauh ini, jadi sekarang kami sangat ingin pergi ke Piala Dunia," kata Kluivert.

"Kami mungkin tim dengan peringkat terendah, tetapi kami sangat yakin bisa melakukan hal-hal besar. Hal terpenting sekarang adalah melakukannya di lapangan," tambahnya menegaskan.

SC; OKEZONE

Bismillah tetap senangan kawan
21/07/2025

Bismillah tetap senangan kawan

Salah satu persyaratan utama menjadi penggemar sound horeg adalah... isi sendiri
20/07/2025

Salah satu persyaratan utama menjadi penggemar sound horeg adalah... isi sendiri

Acara grebek suro dk genengan kec todanan
20/07/2025

Acara grebek suro dk genengan kec todanan

Coach Gerald Vanenburg pastikan tidak akan memainkan Jens Raven lagi, jika Raven melakukan selebrasi seperti di laga men...
16/07/2025

Coach Gerald Vanenburg pastikan tidak akan memainkan Jens Raven lagi, jika Raven melakukan selebrasi seperti di laga menghadapi Brunei lagi.

Hal ini tentunya untuk mengajarkan pemain-pemain muda timnas agar menjaga respect kepada lawan.

Jens juga mengatakan kalau hal tersebut tidak akan terulang.

Nilai seseorang bukan diukur dari pekerjaannya.
01/05/2025

Nilai seseorang bukan diukur dari pekerjaannya.

13/04/2025

Address

Jalan Japah Todanan
Blora
58527

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when BANG JON JAYA posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to BANG JON JAYA:

Share