30/10/2025
Inilah detik detik saat melda mau pulang kampung
Siang itu, matahari terasa lebih terik dari biasanya. Di depan sebuah rumah yang dulu penuh tawa, kini hanya tersisa suara barang-barang yang diangkat untuk di tata dan isak yang tertahan. Seorang sopir mobil minibus L300 warna merah maron berdiri di samping kendaraannya, menunggu dengan sabar. Wajahnya tenang, meski ia tahu perempuan yang akan diantarnya sedang menanggung beban yang tak terlihat oleh mata. Itulah Melda Safitri, perempuan yang dulu begitu tegar, kini menunduk lesu sambil menyapu dadanya. Di belakangnya, beberapa kardus dan beberapa karung berisi sisa-sisa kehidupannya diangkat naik ke dalam bagasi L300 dan sebagian ditaruh diatas bak mobil tersebut. Rumah yang ia tinggalkan bukan sekadar bangunan tempat tinggal walaupun statusnya cuman kontrakan tapi tempat di mana ia pernah mencintai, berjuang, dan bertahan, kini hanya tinggal kenangan pahit.
Sang sopir tak banyak bicara. Dengan hati-hati ia menata barang-barang itu, seolah memahami betapa setiap benda punya cerita dan air mata di dalamnya. Ia tahu, perjalanan kali ini bukan sekadar antar barang, tapi mengantar hati yang retak kembali ke pangkuan orang tua.
Ketika mobil mulai melaju, Melda menatap kaca spion — melihat bayangan rumah dan tetangganya yang semakin kecil, lalu menghilang. Air matanya jatuh, membasahi jilbabnya yang lusuh. Suara mesin L300 bergemuruh lembut, seakan ikut menyimpan duka yang memenuhi kabin.
Sepanjang jalan, sang sopir hanya sesekali berkata pelan, “Sabar ya, Bu… kadang Tuhan menjauhkan kita dari tempat yang salah supaya kita bisa menemukan kebahagiaan yang sebenarnya.”
Mobil L300 merah maron itu terus melaju, menjadi saksi diam atas luka seorang istri yang diusir dari rumah perjuangannya sendiri. Namun di balik tangis itu, ada secercah harapan — bahwa setiap kepergian, sekacau apa pun, selalu menjadi awal dari sesuatu yang baru.
Dan di kursi mobil sederhana itulah, Melda Safitri perlahan belajar… bahwa pulang bukan berarti kalah, tapi cara Tuhan memulangkan hati yang pernah tersesat.