Tasya Pacul365

Tasya Pacul365 Selalu ada alasan untuk memulai hari mu :)

19/10/2024
Tiga Remaja, Satu Ranjang: Persahabatan yang Abadi 💋Pengalaman terjadi ketika saya baru saja lulus SMA dan sedang persia...
25/08/2024

Tiga Remaja, Satu Ranjang: Persahabatan yang Abadi 💋

Pengalaman terjadi ketika saya baru saja lulus SMA dan sedang persiapan mendaftarkan diri ke perguruan tinggi. Saya termasuk pria yang bertampang lumayan, cukup pintar, dan berperawakan sedang. Panggil saja saya, Budi. Selama di SMA, saya mempunyai kelompok teman yang selalu bermain bersama. 4 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.

Sebagian besar teman-teman saya melanjutkan ke perguruan tinggi di luar negeri karena memang sekolah saya termasuk sekolah elite di kota J yang menghasilkan siswa-siswi dengan hasil lulusan yang cukup baik. Karena saya berasal dari keluarga ekonomi menengah, pilihan sekolah ke LN menjadi tidak mungkin.

Dari kelompok kami hanya tersisa 3 teman perempuan dan saya. Kami bingung mau melanjutkan ke mana, tetapi akhirnya kami memutuskan untuk ke kota B yang mempunyai beberapa universitas swasta dan negeri yang cukup terkenal. Saya, Rika, Nova, dan Jenni memutuskan untuk mendaftar bersama ke kota B.

Di sinilah petualangan kami dimulai. Kami berkumpul bersama di rumah Jenni dan orang tuanya meminjamkan mobil mereka untuk kami pakai. Kami memang sering pergi berkelompok dengan meminjam mobil orang tua dan kadang sampai menginap beberapa hari di luar kota. Jadi pada saat kami pergi, orang tua teman-temanku tanpa curiga mengijinkan putri-putri mereka berangkat ke kota B dan menginap tiga malam di sana. Sekalian liburan kata kami.

Perjalanan ke kota B berjalan lancar dan kami menghadapi ujian masuk dengan kepercayaan tinggi. Maklum, kami semua termasuk berotak encer. Sore hari kami setelah selesai ujian masuk, kami segera mencari penginapan yang terkenal dengan daerah sejuknya di sekitar kota B. Kami menyelesaikan administrasi dan segera masuk ke kamar. “Wah! Ternyata kamarnya besar juga yah! Ada ruang tamunya lagi,” kataku. “Budi, kamu tidur di sofa aja yah!

Kita berdua ambil ranjangnya!” sahut Nova. “Yah… Curang… kan baru kali ini saya menginap bareng perempuan dalam satu kamar! Siapa tahu….” komplainku. “Maunya..” kata Jenni sambil mendorong diriku ke arah sofa. Kami semua menjatuhkan pant*t di sofa sambil melepas lelah. Setelah berbincang selama setengah jam mengenai soal-soal Ujian masuk tadi siang, kami pun bergantian mandi menyegarkan badan.

Kami pun memesan makan malam dari room service karena kami terlalu lelah untuk keluar mencari makan. Rika akan menyusul besok pagi dan ketemuan di kota B. Dia sudah menghadapi ujian masuk seminggu lalu. Pilihan universitasnya berbeda. Oh iya, saya belum menjelaskan penampilan teman-teman saya.

Rika : Gadis ini pemalu dengan badan kecil yang sangat indah. Saya tahu ini karena Rika sangat s**a memakai baju yang menunjukkan lekuk badannya. Dad*nya berukuran sedang saja, 34B (saya tahu setelah melihat **- nya dan ** yang lain nanti). Kecil-kecil imut merupakan kesan yang diberikannya. Senyumnya manis sekali.

Nova: Gadis ini juga berbadan kecil tetapi dengan dad* yang terlihat jauh lebih besar daripada milik Rika. 34C ukuran **nya. Mulutnya kecil dengan bibir tipis yang memberikan senyum menggoda. Hampir semua anak laki-laki di sekolahku mengejar dia. Manis dengan dad* besar. Siapa yang tidak tertarik?

Jenni: Gadis bertubuh jangkung yang senang memakai kaos longgar dan berjiwa bebas. Asyik diajak bertukar pikiran, pintar, dan sedikit tomboi. Senang sekali olahraga dan sangat jago bermain volley. Paling enak jadi lawan mainnya di lapangan. Posisiku sebagai tosser sering membuatku berada di depan net dan berhadapan muka dengan Jenni. Posisi siap menerima bola dan kaos longgarnya sering mengganggu konsentrasiku di lapangan.

Jenni : “Mau ngapain nih? Baru jam 6 sore kita dah selesai makan malam.”
Nova : “Kita main kartu aja yuk”
Budi : “Memangnya bawa?”
Nova : “Bbawa kok. Rika, ayo dikeluarin. Kita main poker aja.

Pakai uang bohongan aja. Biar seru ada taruhannya.” Kami pun bermain selama satu jam ketika Nova menyeletuk. Nova : “Tidak seru nih.. bosan.. gimana kalau dibuat lebih seru?”
Budi : “Maksud kamu, Nov?”
Nova : “Strip poker !!”

“Gila kamu, Nov!”
Nova : “Kaga berani?” Saya lagi terpatung dengan keberanian ide Nova.
Jenni : “Siapa takut? Berani kok walau ada Budi!”
P**i saya jadi memerah dan berasa panas. Ada rasa malu juga. Glek.. saya menelan ludah.. Ada kemungkinan dua gadis muda cantik akan tel*nj*ng di depanku.

Nova : “Berani tidak, Bud? Diam aja. Malu yah tel*nj*ng di depan cewek-cewek?’
Wah, otakku langsung berputar cepat. Harus memikirkan semua kemungkinan. Jangan sampai saya kalah dan tidak melihat gadis-gadis tel*nj*ng.

Budi : “Berani d**g! Tapi nanti kalian curang, kaga berani buka beneran!”
Nova : “Kalo ada yang kaga berani buka, kita semua yang paksa buka! Setuju tidak?”
Kita semua menganggukkan kepala menandakan persetujuan.

Jantungku makin berdebar kencang dan kel*minku mulai mengeras karena kemungkinan kejadian di depan mata.
Budi : “Ya dah.. Aturannya gimana nih Nov?”
Nova : “Kita semua punya modal 1000. Taruhannya setiap kelipatan 10 dan paling besar 100. Kalau modal 1000 habis, gadaikan pakaian dengan harga 500. Setuju?”
Kami semua setuju.

Budi : “Kita main sampai kapan? Sampai satu orang b*gil atau sampai semua b*gil?”
Nova : “Sampai semua b*gil d**g! Biar adil!!”
Jenni: “Ok deh. Tapi kasihan Budi d**g. Dia kan paling cuma punya 3 potong baju. maksudnya cuma kaos, celana dan cel*na dal*m. Kita cewek-cewek kan kelebihan **.”
Nova : “Iya yah… ya udah biar adil, kita semua lepas ** deh.”

Nova langsung dengan cekatan melepas ** merah mudanya tanpa melepaskan kaos dan melemparkan **nya ke mukaku. Harumnya ** langsung memenuhi hidungku. Tanpa kusadari ** kedua pun mendarat di mukaku. Ini milik Jenni. ** dengan warna cream kulit. Hahahahaha… kamipun tertawa bersama.

Nova : “Ayo mulai! Sudah adil kan, Bud?,,, Kita masing-masing cuma punya 3 modal.”
Budi : “Sebentar.. pakaian yang sudah ditanggalkan bisa dipakai lagi ga?”
Nova : “Hmm… TIDAK BOLEH! Yang sudah lepas, tidak boleh dipakai lagi!”
Budi : “Kalau yang sudah b*gil kalah lagi gimana? Kan modalnya habis!!”

Nova : “Banyak nanya yah kamu, Bud! Gimana Jen?”
Jenni : “Boleh dipegang-pegang deh sama yang menang. Dipegang-pegang selama 1 menit!”
Wah asyik nih peraturannya… tetapi otakku sudah mulai pindah ke kel*min nih.. “Pegang doang kaga seru ah, gimana kalo dad*nya dih*sap-h*sap!”

Nova : “Ih kamu, Bud…. Mau d**g!!”
Dengan suara manisnya sambil melirik nakal ke arahku!” Jenni dan Nova tertawa terbahak-bahak.
Nova : “Tapi kalau kamu yang sudah b*gil dan kalah gimana, Bud? Saya his*p tit*tnya yah!!”
Jenni : “Wah saya juga mau his*p tit*t Budi!”

Benar-benar tidak disangka! 3 tahun bersama di SMA, saya tidak menyangka teman-temanku ini nakal juga. Permainan pun dimulai. Keahlianku bermain strip poker di komputer ternyata sangat bermanfaat. Jenni segera kehilangan modal awal sehingga harus menggadaikan modal berikutnya.

Jenni hendak membuka celananya, tetapi dicegah oleh Nova.
Nova :”Wah kaga boleh sendiri yang nentuin buka celana. Budi, mau suruh Jenni buka apa?”
Wow, thanks Nova! Aku teringat kalau mereka sudah lepas **, tentunya dengan melepas kaos, dad* Jenni akan terbuka.
Budi : “Tentu saja kaos d**g. Kapan lagi bisa lihat pay*dara dari dekat!”

Jenni dengan malu-malu mulai melepas kaosnya dan dengan segera menutupi put*ng pay*daranya dengan satu tangan. Saya terkesima dengan pandangan indah di depan mata. Animasi strip poker di permainan komputer tidak seindah pemandangan di depan mata.

Nova : “Jen.. mana boleh ditutupin dad*nya. Buka d**g!” Nova menggaet tangan penutup pay*dara dengan segera.
Jenni sedikit memberontak sambil memerah wajahnya. Jenni tertarik tangannya, memperlihatkan pay*dara terbuka dan menggantung indah di depan wajahku. Glek.. saya menelan ludah.

Jenni : “Bud, tutup mulut d**g.. Masa sampai menganga terbuka gitu melihat dad* gue.”
Jenni dan Nova tertawa. Ini membuat Jenni jadi relaks dan pasrah dad*nya terpampang jelas. Wah kalo mereka serius kayak gini, mendingan saya kalah saja. Mengingat kalau kalah terus, tit*tku akan dih*sap selama 1 menit setiap kekalahan. Hahahaha.. otakku kotor juga. Maka dilanjutkanlah permainan.

Dengan segera saya menjadikan diri tel*nj*ng. Cel*na dal*m saya buka perlahan-lahan memperlihatkan tit*t yang sudah mengeras sejak tadi. Saat itu, Nova, dengan pay*dara montoknya pun tinggal cel*na dal*m saja. Kedua gadis ini memperhatikan cel*na dal*mku dengan seksama sambil menahan napas menunggu tit*tku seluruhnya terlihat.

Nova : “Wah sudah keras yah, Bud! Bagus lho bentuknya!”
Budi : “Gimana tidak keras… ngelihat dua pasang pay*dara yang bagus-bagus!”
Rupa-rupanya Nova sudah tidak tahan lagi. Aku langsung ditabraknya dan tit*tku langsung dipegangnya. Dengan gemas Nova mulai meng*c*k tit*tku sambil sesekali dij*latnya.

Tentu saja saya tidak tinggal diam. Tanganku mulai mer*mas-r*mas pay*dara Nova yang cukup besar. Tidak cukup dengan r*masan, akhirnya aku meraup pay*dara kiri dan mulai mengh*sapnya.
“Ahh.. Enak banget, Bud! Terus his*p..” Sambil mengh*sap pay*dara Nova, tanganku mulai melepaskan cel*na dal*mnya.

Karena saya tidak mau melepaskan his*pan, tentu saja melepaskan cel*na dal*m jadi lebih sulit. Nova membantu dengan melepaskan cel*na dal*mnya sendiri. Tit*tku yang menjadi lepas dari pegangan Nova, langsung disambut Jenni dengan kul*mannya. Mimpi apa semalam. Dua gadis sudah meng*lum tit*tku.

Kami pun pindah ke ranjang. Saya berbaring di ranjang dengan tit*t menjulang langit. Nova melanjutkan memberikan pay*daranya untuk saya his*p dan Jenni kembali meng*lum tit*tku. Tangan saya mulai berg*rilya ke vag*na Nova. Basah. Licin. Saya pun mulai menggesekkan jari ke clit*risnya. Licin sekali.

Nova pun mend*sah dengan kenikmatan yang dialaminya di bawah. Jenni yang melihat Nova mengalami kenikmatan, mengubah posisi pant*tnya ke sebelah mukaku. Badan jenjangnya memang membuat posisi hampir ** tersebut sangat mudah terjadi. Tanganku pun menggosok vag*na Jenni yang juga sudah sangat basah.

Tangan kiri di vag*na Jenni, tangan kanan di vag*na Nova. Kuk*c*k keduanya dengan kelembutan yang lama-lama bertambah cepat. Jenni dan Nova blings*tan dibuatnya. Jenni berguncang hebat sampai melepaskan his*pan di tit*tku dan mengeluarkan lenguhan panjang yang sangat s*ksi.

Nova menyusul dengan teriakan yang tidak kalah s*ksinya. Keduanya terjatuh di kiri kananku dengan lemasnya. Aku yang sudah tegangan tinggi tidak mau tinggal diam. Aku menghampiri Nova dan membuka lebar-lebar sel*ngk*ngannya. Terlihat vag*na bersih yang sangat indah. Bulu- bulu halusnya sangat s*ksi.

Aku mulai menggesekkan kepala tit*tku ke vag*na Nova. Ah….. licin dan enak. Belum pernah aku merasakan kenikmatan seperti ini. Nova yang mulai merasakan kenikmatan, mulai bereaksi dengan menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti irama gesekan.

Nova semakin meracau…”Oohhh… aahhh… ohh..my… God…..Enak banget Bud” “Terus Bud… Enak… ahhh… aahhHHH….AAAHHHHHH…Gila.. enak banget Tit*t lu Bud!! Gue dah sampe nih” “Baru digesek aja dah enak gini yah, Bud… gimana kalo dimasukin yah? Masukin deh Bud..”

“Serius lu, Nov? Lu mau gue per*wanin? Gue sih dah n*fsu banget nih.”
“Iya, Bud… Gue pengen ngerasain tit*t lu di dalam gue… di luar aja dah enak, apalagi di dalam.”
Aku tidak pikir panjang lagi.. langsung berusaha merangsek ke dalam vag*na Nova.

“Oww.. pelan-pelan Bud.. Sakit tahu!!”
“Ok, Nov.. gue pelan-pelan nih” Pelan-pelan kepala tit*t gue mulai terbenam di vag*na Nova. Terasa mentok. Aku yang tidak pengalaman berpikir kok tidak dalam yah?

“Nov, udah masuk belom sih?” Nova yang mulai meringis menahan sakit,
“Kayaknya sih belom deh… tapi terusin aja.”
“Lu yakin, Nov? Kayaknya lu kesakitan gitu.”

“Terus aja, Bud. Gue pokoknya mau tit*t lu di dalam gue.”
“Ya udah kalo gitu.. Gue terusin nih..”
Dengan tiga sodokan keras yang disertai rint*han Nova, akhirnya tit*tku masuk juga sepenuhnya.

“Wah.. Nova… kayaknya tit*t gue dah masuk semua nih”
“Iya.. Bud…” sambil menahan sakit “diam dulu, Bud.. jangan digerakin dulu..gue masih rada sakit..”
Ahh.. nikmatnya vag*na per*wan.. tit*tku berasa banget dir*mas-r*mas oleh vag*na sempit Nova.

Tanpa kusadari, aku mulai menggerakkan pelan- pelan pant*tku. Keluar masuk secara perlahan. Nova pun mulai bernafas secara teratur dan mulai menikmati koc*kan lembut di vag*nanya.
“Pelan-pelan yah Bud… masih sakit tapi dah mulai enak nih… vag*na gue berasa penuh banget diisi tit*t lu”

Jenni yang dari tadi menonton menunjukkan ekspresi tidak percaya.
“Gila lu berdua.. beneran ng*nt*t yah?”
Jenni pun mendekati TKP dan memperhatikan dengan seksama. “Gila.. gila.. tit*t lu beneran masuk ke vag*nanya Nova, Bud!”

“Iya Jen.. Enak banget vag*na Nova.. gue bisa ketagihan ng*nt*t nih.”
Tiba-tiba ada keinginan yang luar biasa untuk segera sampai.. kupercepat goyanganku. Nova pun semakin mend*sah mengg*la.

“Ahhh… Ohhh…Ahhh…Ohhh…Bud.. gue mau sampe lagi nih”
“Barengan Nov.. gue juga mau sampe..”
Di kepalaku tidak teringat lagi pelajaran Biologi, kalau sp*rma ketemu s*l telur akan menghasilkan zyg*t yang akan berkembang menjadi bayi.

“Ayo.. Bud… kita bbaaareeennggg….” Croootttt…croottt.. croottt…Tiga kali aku menyemprotkan m*ni ke r*him Nova.
Ahh… ini perasaan yang luar biasa… ken*kmatan berh*bungan b*dan dengan seorang gadis muda yang cantik. Beda banget sama mast*rbasi. Hubungan langsung lebih nikmat. Aku langsung terjatuh lemas di sebelah Nova. Jenni yang melihat pertunjukkan langsung bagaimana berreproduksi mulai mendekati tit*tku lagi dan mengh*sapnya dengan lembut.

Nafasku yang tersengal-sengal perlahan-lahan menjadi teratur seraya menikmati his*pan- his*pan Jenni. Dik*c*knya perlahan tapi pasti membuat tit*tku menjadi tegang kembali.
“Bud, jangan dimasukin yah. Ini pengen gue gesek-gesek ke vag*na.”
“Iya, Jen.” Jenni pun mengambil posisi *** dan mulai menggesek-gesek vag*nanya di atas tit*tku.
“Enak banget, Jen”

Goyangan lembut Jenni membuat pay*daranya bergoyang-goyang secara anggun. Pemandangan yang sangat indah. Jenni merupakan salah satu wanita impianku. Tinggi, berd*da m*ntok, atletis, senang bercanda, dan baik hati. Sekarang dia sedang menggesekkan kel*minnya dengan kel*minku. Ah.. kepengen masukin d.

Segera kubalikkan posisi sehingga aku sekarang di atas. Kakinya kubuka lebar-lebar. Terlihat vag*na yang sangat indah. Bahkan lebih indah daripada punya Nova. Mulus, hampir tanpa bulu. Warnanya pink dan telah basah mengkilap. Tit*tku langsung berkedut-kedut melihatnya.

Kuarahkan tit*tku ke vag*nanya.
“Bud, jangan dimasukkin yah!”
“Kenapa Jen? Sudah tidak tahan nih”
“Jangan Bud… jangan sekarang.” suaranya lembut meluluhkan hati.

Entah kenapa aku berhenti memaksakan kepala tit*tku. Akhirnya aku hanya menggesek-gesekkan kepala tit*tku di muka vag*na Jenni.
“Ah… iya Bud.. Begitu saja… gesek saja terus… Ahh… Ahhh” Jenni mulai lebih relaks dan lebih melebarkan posisi kakinya.

Melihat itu, aku semakin cepat menggesekkan tit*t. Semakin cepat gesekan, semakin keras desahan Jenni.
“OOhhhh… AHhhhh..enak Bud… Teruss.. Terusss.. Lebih cepat lagi… Tee..teeeruussss…. AHHHHHH.” Jenni mendapatkan org*smenya dan cukup banyak cairan O-nya yang keluar. Kasur menjadi basah sekali.

Aku melihat Jenni mengalami org*sme yang sangat s*ksi sampai aku terdiam terkesima. Jenni cantik sekali…Aku benar-benar terpesona.. Sepertinya aku jatuh cinta dengan Jenni. Nova yang telah cukup beristirahat dan melihat Jenni telah lemas mengambil alih situasi. Dipegangnya tit*tku dan dik*c*knya perlahan.

Tit*tku yang masih belum puas dengan Jenni membuat otakku segera beralih ke Nova dan menyuruhku untuk melampiaskannya ke Nova. Lagi p**a tit*tku bisa coblos ke dalam Nova. Dengan segera kubalikkan Nova dan kucoba D*gg* st*le di sebelah Jenni yang masih terbaring lemas. Ternyata D*ggy st*le memberikan sensasi yang berbeda. Rasanya tidak bisa dituliskan dengan kata-kata.. Hanya nikmat..

Walaupun Nova yang sedang aku s*dok, tatapanku tidak lepas dari Jenni. Jenni membuka matanya dan menatapku dengan penuh kemesraan. Senyumnya yang manis membuat hatiku bingung. Di sini aku sedang jatuh cinta dengan Jenni, tetapi tit*tku sedang menikmati pelayanan Nova, dan Jenni tersenyum kepadaku. Ah bingung….. Aku pun tersenyum balik ke Jenni sambil semakin keras meny*dok Nova.

Sod*kan kerasku yang terus bertubi-tubi dari belakang membuat Nova tidak dapat menahan diri lagi dan dia mendapatkan org*sme lagi. Aku memperlambat sod*kanku agar Nova bisa menikmati org*smenya. Jenni bangun dan memberikan pay*daranya ke mukaku. “H*sap Bud! Biar lu tambah seru!”

Ah.. nikmatnya t*t*k Jenni.. Kenyal tetapi kencang. Tentu saja akibat t*t*k Jenni yang nikmat, goyanganku ke Nova semakin bertambah cepat.
“Gila lu Bud, enak banget sih di*nt*t dari belakang sama lu… gue.. mauuuuu… Ahhhhh…” Nova pun org*sme lagi. Aku pun tidak tahan nikmatnya mengh*sap t*t*k Jenni sambil d*ggy ke Nova dan akhirnya.. croott…croott… dua kali aku semburkan sp*rmaku.

“Bud enak banget disemprot elu… Rasanya nikmat.. kayak mandi air hangat.. tapi ini rasanya di dalam.’ Posisi kami belum berubah.. aku masih menancapkan tit*t ke dalam vag*na Nova sambil terus menyemprotkan sisa-sisa sp*rma dan mulutku terus meng*lum, mengh*sap dan mengg*git-g*git pay*dara Jenni.

“Enak yah Bud, isap t*t*k gue dan ng*nt*t-in Nova”
“Iya Jen! Cuma impian bisa thr**some kayak gini tapi gue bisa ngerasain kejadian benernya.”
“Udah d**g Bud, cabut t*t*t lu. Pegel nih nungg*ng melulu” timpal Nova.

Kucabut tit*tku tetapi pandanganku terus menatap mata Jenni. Kelihatannya aku benar-benar jatuh cinta. Malam itu kami tidur bertiga dalam keadaan b*gil. Jenni di kananku, Nova di kiriku.

Dibalik Wajah Lugu Sepupuku dan Nafsu Liarnya terhadap Penjaga Vila( PART 3💋)Menanggapinya aku hanya tersenyum seraya me...
23/08/2024

Dibalik Wajah Lugu Sepupuku dan Nafsu Liarnya terhadap Penjaga Vila
( PART 3💋)
Menanggapinya aku hanya tersenyum seraya mendekatkan kemaluanku sejengkal dan sejajar dari wajahnya, seperti yang sudah kuduga, dia langsung melahapnya dengan rakus.
“Eemmhh.. Yess!” desahku begitu lidahnya menyentuh va**naku.
Kurenggangkan kedua pahaku agar lidahnya bisa menjelajah lebih luas. Sapuan lidahnya begitu mantap menyusuri celah-celah kenikmatan pada kemaluanku. Aku mendesah lebih panjang saat lidahnya bertemu klitorisku yang sensitif. Mulutnya kadang mengisap dan kadang meniupkan angin sehingga menimbulkan sensasi luar biasa. Sementara tangannya terus meremas pantatku dan sesekali mencucuk-cucuk duburku.
Aku mengerang sambil meremas rambutnya sebagai respon permainan lidahnya yang liar. Puas menjilati va**naku, dia menyuruhku duduk menyamping di pangkuannya. Dengan liarnya dia langsung mencaplok payudaraku, putingnya dikulum dan dijilat, tangannya menyusup diantara pahaku mengarah ke va**na. Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya mengorek-ngorek lubang va**naku.
Selain payudaraku, ketiakku yang bersih pun tak luput dari jilatannya sehingga menimbulkan sensasi geli, terkadang dihirupnya ketiakku yang beraroma parfum bercampur keringatku. Tanganku merambat ke bawah mencari p***snya, benda itu kini telah kembali mengeras seperti batu. Kuelusi sambil menikmati rangsangan-rangsangan yang diberikan padaku. Jari-jarinya berlumuran cairan bening dari va**naku begitu dia keluarkan. Disodorkannya jarinya ke mulutku yang langsung kujilati dan kukulum, terasa sekali aroma dan rasa cairan yang sudah akrab denganku.
Tubuhku ditelentangkan di meja ruang tamu dari batu granit hitam itu setelah sebelumnya dia singkirkan benda-benda diatasnya. Nafasku makin memburu ketika p***s Taryo menyetuh bibir va**naku.
“Cepet Tar, masukin yang lu d**g, nggak tahan lagi nih!” pintaku sambil membuka pahaku lebih lebar seolah menantangnya.
Karena mejanya pendek, Taryo harus menekuk lututnya setengah berjinjit untuk menusukkan p***snya. Aku menjerit kecil merasa perih akibat cara memasukkannya yang sedikit kasar. Selanjutnya kami larut dalam birahi, aku mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala atau menggigit jariku. Kini dia berdiri tegak memegangi kedua pergelangan kakiku, sehingga pantatku terangkat dari meja. Payudaraku terguncang-guncang mengikuti irama goyangannya yang kasar.
Dalam waktu duapuluh menit saja aku sudah dibuatnya orgasme panjang sementara dia sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar.
Sekarang dia merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhku dari meja, dibuatnya aku nungging dengan kedua lututku bertumpu di lantai, tetapi badan atasku masih di atas meja sehingga kedua payudaraku tertekan di sana. Dia kembali menusukku, tapi kali ini dari belakang, posisi seperti ini membuat sodokannya terasa makin deras saja.
Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami beradu yaitu bunyi plok.. plok.. tak beraturan yang bercampur baur dengan erangan kami. Tak lama kemudian aku kembali orgasme, tubuhku lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatku sudah menetes-netes di meja.
Namun sepertinya Taryo masih belum selesai, nampak dari p***snya yang masih tegang. Aku cuma diangkat dan dibaringkan di sofa, lumayan aku bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya kecapekan tapi masih belum keluar. Kami menghimpun kembali tenaga yang tercerai-berai.
“Yessica sama Pak Joko mana Tar? Kok nggak masuk-masuk?” tanyaku pelan.
“Nggak tahu juga Neng, mungkin sudah mulai ngentot lagi di luar, kita lihat aja yuk!”
“Oo… kalo gitu ntar aja deh, masih lemas”
Namun sebagai jawabannya Taryo malah menggend**g tubuhku dan membawaku ke kebun. Di sana Yessica maupun Pak Joko sudah tidak ada lagi yang ada hanya baju mereka yang berceceran di atas tikar. Sayup-sayup terdengar suara desahan tak jauh dari sini, tepatnya dari kolam renang.
Dengan menggend**gku, Taryo berbelok ke kanan menuju ke kolam. Di sana kami melihat di kolam daerah dangkal Pak Joko sedang asyik menggenjot sepupuku dari belakang dengan doggy style. Yessica mendesah-desah dan sesekali menjerit kecil menerima sodokan Pak Joko, rambut panjangnya kini basah oleh air dan terurai karena ikat rambutnya sudah dilepas.
“Neng, kita nyebur juga yuk, biar seger” ajak Taryo.
Aku menganggukkan kepala menyetujuinya, diapun melangkah turun ke air, di sana tubuhku dia turunkan hingga terendam air. Hmm.. Rasanya dingin dan menyegarkan, sepertinya keletihanku agak terobati oleh air.
“Masih kuat juga Pak Joko, sejak kapan mulai lagi nih?” sapa Taryo.
“Kuat d**g, buat neng-neng cantik ini kapan lagi,” sahut Pak Joko di tengah aktivitasnya.
Air kolam merendamku hingga dada ke atas, aku sandaran pada dinding kolam mengendurkan otot-ototku. Taryo kembali menghampiri dan menghimpit tubuhku. Diciumnya aku dibibir sejenak lalu ciumannya merambat ke telinga dan leher sehingga aku menggeliat geli. P***snya kugenggam lalu kukocok di dalam air. Dia angkat satu kakiku dan mendekatkan p***snya ke va**naku. Dengan dibantu tanganku dan dorongan badannya, masuklah p***s itu ke va**naku.
Air semakin beriak ketika dia memulai genjotannya yang berangsur-angsur tambah kencang. Kakiku yang satunya dia angkat sehingga tubuhku melayang di air dengan bersandar pada tepi kolam. Aku menengadahkan wajah menatap langit yang sudah mulai senja dan mengeluarkan desahan nikmat dari mulutku. Mulutnya melumat payudaraku dan mengisapnya dengan gemas membuatku semakin tak karuan.
Aku menoleh ke sebelah untuk melihat Yessica yang berada sekitar lima meter dari kami, sekarang mereka sudah berganti posisi, Yessica duduk di atas pangkuan Pak Joko menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas p***s Pak Joko yang disaat bersamaan sedang mengenyot payudaranya. Tangan kiri Pak Joko bergerilya mengelusi punggung dan pantatnya. Taryo memang sungguh perkasa, padahal kan sebelumnya dia sudah menggarap Yessica sampai orgasme berkali-kali.
Aku sendiri sudah mulai kecapekan dan setengah sadar karena sodokan-sodokan brutalnya. Gesekan-gesekan p***snya dengan dinding va**naku seperti menimbulkan getaran-getaran listrik yang membuatku gila. Mataku mebeliak-beliak keenakan hingga akhirnya aku klimaks lagi bersamaan dengan Taryo. Spermanya yang hangat mengalir mengisi rahimku.
“Neng.. Neng keluar nih saya!” erangnya panjang sambil meringis.
Rasanya sungguh lemas, badan seperti mati rasa, mataku juga makin berat. Mungkin karena kecapaian di perjalanan atau Taryo yang terlalu bersemangat, akupun tak sadarkan diri, padahal jarang sekali aku pingsan setelah bersenggama.
Aku masih sempat merasakan diriku digend**g Taryo lalu dibaringkan di pinggir kolam, juga menyaksikan Yessica sedang mengoral Pak Joko yang berdiri berkacak pinggang, nampaknya mereka juga sudah mau selesai, tapi entahlah karena aku keburu tidak sadar.
Aku terbangun ketika langit sudah gelap di kamarku, masih telanjang dan terbaring di ranjang. Yessica lah yang membangunkanku dengan mengguncangkan tubuhku. Dia juga masih telanjang, cuma ada kami berdua di kamar ini. Aku mengucek-ngucek mataku sambil menggeliat.
“Jam berapa Yes?” tanyaku dengan pelan.
“Setengah tujuh, mandi yuk, gua juga baru bangun!” ajaknya.
“Entar ah, masih lemes sepuluh menit lagi deh!” jawabku dengan malas dan menarik selimut menutup tubuh bugilku.
“Ci, handycamnya mana? Lihat d**g hasilnya, bagus nggak?”
“Mm.. Di ruang tengah kali, terakhir gua taro sana, coba lihat aja”
“O iya, Yes.. Sekalian buatin air hangat yah, tinggal buka krannya aja kok, itu otomatis!” pintaku sebelum dia keluar dari kamar.
Dia kembali tak lama kemudian dengan membawa handycam dan segelas air putih. Kugeser tubuhku duduk bersandar ke ujung ranjang. Dia minta aku menyalakan alat itu karena tidak mengerti. Kami menyaksikan hasil rekamanku tadi melalui layar kecil pada alat itu.
“Hot juga lu Yes mainnya, bakat jadi bintang bokep nih!” godaku melihat keliarannya, “By the way, gimana perasaan lu sesudah ngeliat ini?”
“Lega Ci, gua akhirnya bisa juga ngebales cowok brengsek itu, biar tahu rasa dia ceweknya main sama orang-orang kaya gini, putus ya putus, gua dah nggak peduli lagi kok” katanya berapi-api.
“Sudah d**g jangan nafsu gitu Yes, serem ah liatnya!” kataku sambil mengelus-elus punggungnya menenangkan.
“Eh.. Gimana airnya, bisa tumpah nih!” kataku mendadak baru ingat limabelas menit kemudian gara-gara asyik ngobrol sambil menonton rekaman itu.

Dibalik Wajah Lugu Sepupuku dan Nafsu Liarnya terhadap Penjaga Vila ( PART 2 💋) Pak Joko langsung mencaplok susu kirinya...
22/08/2024

Dibalik Wajah Lugu Sepupuku dan Nafsu Liarnya terhadap Penjaga Vila
( PART 2 💋)
Pak Joko langsung mencaplok susu kirinya dengan liar dan ganas, pipinya sampai kempot menyedot benda itu, aku mendekatkan handycam untuk lebih fokus ke momen itu.
“Gimana Pak? Manis nggak susunya?” tanyaku sambil mensyuting.
“Mantap neng, ini baru pas susunya!” dia melepas sebentar emutannya untuk berkomentar lalu kembali menyusu dan mengorek-ngorek kemaluannya, tangan lainnya mengelusi punggung Yessica.
Taryo masih terus menciuminya, lidahnya terus menyapu rongga mulutnya, begitu p**a Yessica juga dengan liar beradu lidah dengannya. Jempol Taryo menggesek-gesek putingnya diselingi pencetan dan pelintiran. Yessica sendiri makin intens mengocoki p***s Pak Joko sehingga penjaga villaku ini terpaksa menghentikannya karena tidak mau buru-buru keluar.
Kini dia suruh sepupuku merunduk (sehingga posisinya setengah berbaring ke samping) dan mengoral p***snya. Dengan bernafsu, Yessica melayani p***s Pak Joko dengan mulut dan lidahnya, mula-mula dia jilati buah pelir dan batangannya dengan pola naik-turun, sampai di kepalanya sengaja dia gelitik dengan lidahnya dan dikulum sejenak. Pemiliknya sampai mengerang-ngerang keenakan sambil meremasi payudaranya yang menggantung.
Taryo menarik gaun itu ke bawah hingga lepas, menyusul celana dalamnya. Setelah menelanjangi Yessica, dia melepaskan bajunya sendiri. Diobok-oboknya va**na Yessica dengan jari-jarinya, liang itu pun semakin becek akibat perbuatannya, cairannya nampak meleleh keluar dan membasahi jarinya.
“Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!” desah Yessica disela-sela aktivitas menyepongnya.
Kemudian Pak Joko rebahan di tikar dan dia suruh Yessica naik ke wajahnya, rupanya dia mau menjilati va**nanya. Gantian sekarang Taryo yang dikaraoke, p***snya yang hitam berurat dan lebih besar dari Pak Joko dikocok-kocok oleh Yessica yang sedang mengemut pelirnya. Dia menyentil-nyetilkan lidahnya pada lubang kencingnya sehingga Taryo mengerang nikmat.
“Ayo d**g Neng, masukin aja, jangan cuma bikin geli gitu” kata Taryo sambil menekan p***s itu masuk ke mulutnya, lalu wajahnya pun dia tekan dalam-dalam saking tidak sabarnya sehingga mata Yessica membelakak karena sesak. Dia meronta ingin melepaskan benda itu dari mulutnya, tapi tangan Taryo yang kokoh menahan kepalanya.
“Sudah d**g Tar, jangan sadis gitu ah, bisa mati tercekik dia, kontol lu kan gede” bujukku agar Taryo memberinya sedikit kelegaan.
“Non Yessicanya seneng kok Neng, tuh buktinya!” tangkis Taryo memperlihatkan Yessica yang kini malah memaju-mundurkan kepalanya mengoral p***snya, tapi kepalanya tetap dipegangi sehingga tidak bisa lepas.
Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang tengah asyik mengulum p***s Taryo, mulutnya penuh terisi oleh batang besar itu sehingga hanya terdengar desahan tertahan. Kemudian kuarahkan ke bawah mengambil adegan Pak Joko sedang melumat va**nanya, dia menjulurkan lidahnya menyapu bibir va**nanya. Tangan kanannya mengelus-elus pantat dan pahanya yang mulus, tangan kirinya dijulurkan ke atas memijati payudaranya.
Ekspresi keenakan Yessica terlihat dari gerak pinggulnya yang meliuk-liuk. Lidah Pak Joko menjilat lebih dalam lagi, dipakainya dua jari untuk membuka bibir va**nanya dan disapunya daerah itu dengan lidahnya. Kemaluannya jadi tambah basah baik oleh ludah maupun cairan va**nanya sendiri. Walaupun terangsang berat aku masih tetap mensyuting mereka sambil sesekali meremas payudaraku sendiri, kemaluanku juga sudah mulai lembab.
“Emmh.. Emmhh.. Angghh!” Yessica mendesah tertahan dengan mata merem-melek, tangannya meremasi rambut Pak Joko di bawahnya.
Cairan bening meleleh membasahi va**nanya dan mulut Pak Joko. Pak Joko makin mendekatkan wajahnya ke selangkangannya dan menyedot va**nanya selama kurang lebih lima menit, selama itu tubuh Yessica menggelinjang hebat dan sepongannya terhadap p***s Taryo makin bersemangat.
Puas menikmati va**na, Pak Joko menarik keluar kepalanya dari kolong Yessica. Dia mengambil posisi duduk dan menaikkan Yessica ke pangkuannya. Tangannya yang satu membuka lebar bibir va**nanya sedangkan yang lain membimbing p***snya memasuki liang itu.
Taryo cukup mengerti keadaannya dengan membiarkan Yessica melepas p***snya yang sedang dioral untuk mengatur posisi dulu. Yessica menurunkan tubuhnya menduduki p***s Pak Joko hingga p***s itu melesak ke dalamnya diiringi erangan panjang. Pak Joko juga melenguh nikmat akibat jepitan va**na Yessica yang kencang itu.
Aku mendekatkan kamera ke selangkangan mereka agar bisa meng-close-up adegan itu. Yessica mulai naik-turun di pangkuannya, payudaranya diremasi dari belakang oleh Pak Joko.
Kembali Taryo memasukkan p***snya ke mulut Yessica yang langsung disambut dengan jilatan dan kuluman. Kurang dari lima belas menit, Taryo sudah mengerang tak karuan sambil menekan kepala Yessica.
“Hhmmpphh.. Oohh.. Keluar Neng!” demikian erangnya panjang.
P**i Yessica sampai kempot mengisapi sperma Taryo, namun hebatnya belum nampak setetespun cairan itu meleleh keluar dari mulutnya, padahal di saat yang sama Pak Joko juga sedang menggenjotnya dari bawah. Hingga erangan Taryo berangsur-angsur mereda, dia pun mulai melepas p***s itu dan menjilati sisa-sisa sperma di batangnya. P***s Taryo kelihatan sedikit menyusut setelah menumpahkan isinya.
“Wuihh.. Gile bener sepongan Neng Yessica nggak kalah dari Neng Citra” komentarnya.
Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang sedang menjilati sisa-sisa sperma di p***s Taryo dengan rakus. Sambil men-charge p***snya, Taryo bermain-main dengan payudara Yessica, kedua bongkahan kenyal itu dia caplok dengan telapak tangannya dan dihisapi bergantian. Kulit payudara yang putih itu sudah memerah akibat cupangan Taryo. Suara erangan sahut-menyahut memanaskan suasana.
Yessica terus menaik-turunkan tubuhnya dengan bersemangat, semakin lama makin cepat dan mulutnya menceracau tak karuan.
“Oohh.. Aauuhh.. Aahh!” lolongnya dengan kepala mend**gak ke langit bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang, didekapnya kepala Taryo erat-erat sehingga wajahnya terbenam di belahan payudaranya. Momen indah ini terabadikan melalui handycamku dan terus terang aku sendiri sudah terangsang berat dan ingin segera bergabung, tapi sepertinya belum saatnya, nampaknya mereka berdua sedang getol-getolnya menggarap Yessica sebagai barang baru daripada aku yang sudah sering mereka kerjai.
Yessica ambruk di atas tubuh Pak Joko dengan p***s masih tertancap. Pak Joko mendekapnya dan mencumbunya mesra, lidah mereka berpaut dan saling menghisap. Kini Taryo yang senjatanya sudah di reload meminta gilirannya. Pak Joko pun menurunkan Yessica dari tubuhnya dan ke dalam mengambil minum. Kedua pergelangan kaki Yessica dipegangi Taryo lalu dia bentangkan pahanya lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betisnya ke bahu, Taryo menyentuhkan kepala p***snya ke bibir va**nanya.
Walaupun va**na itu sudah basah, tapi karena p***s Taryo termasuk besar, lebih besar dari Pak Joko, Yessica meringis dan mengerang kesakitan saat liang senggamanya yang masih rapat diterobos benda hitam itu, tubuhnya tegang sambil meremasi tikar di bawahnya, mungkin dia belum terbiasa dengan p***s seperti itu. Taryo sendiri juga mengerang nikmat akibat himpitan dinding va**nanya
“Uuuhh.. Uhh.. Sempit banget sih, asoy!” erangnya ketika melakukan penetrasi.
Aku sebagai juru kamera sudah terlalu menghayati sampai tak sadar kalau tangan kiriku menyelinap lewat bawah bajuku dan memijiti payudaraku sendiri, kuputar-putar putingku yang sudah mengeras dari tadi. Taryo mulai menggerakkan p***snya perlahan yang direspon Yessica dengan rintihannya. Pak Joko kembali dari dalam, dia bersimpuh di samping mereka lalu meletakkan tangan Yessica pada p***snya. Dia menikmati p***snya dipijat Yessica sambil meremas payudaranya.
Taryo menaikkan tempo permainannya, disodoknya Yessica sesekali digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan tangannya meremasi pantatnya yang montok. Yessica semakin menggeliat keenakan, desahannya pun semakin mengekspresikan rasa nikmat bukan sakit. Pak Joko merundukkan badannya agar bisa menyusu dari payudaranya, diemut-emut dan ditariknya puting itu dengan mulutnya.
Sekitar limabelas menit kemudian mereka berganti posisi karena Pak Joko juga sudah mau mencoblos lagi. Kali ini tanpa melepas p***snya Taryo mengangkat tubuh Yessica, dia sendiri membaringkan diri di tikar sehingga Yessica kini diatasnya. Kemudian Pak Joko menyuruhnya agar mengangkat pinggulnya, Yessica lalu mencond**gkan badannya ke depan sehingga pantatnya menungging dan payudaranya tepat di atas wajah Taryo.
“Bapak tusuk di pantat yah Neng, tahan yah kalo agak sakit” kata Pak Joko meminta ijin.
“Jangan terlalu kasar yah Pak, saya takut nggak tahan” kata Yessica dengan suara lemas.
“Engghh.. Pak!” erangnya saat Pak Joko memasukkan telunjuknya ke anusnya, lalu dia masukkan juga jari tengahnya sambil diludahi dan digerak-gerakkan untuk melicinkan jalan bagi p***snya.
Setelah merasa cukup, Pak Joko mulai memasukkan barangnya ke sana, kelihatannya cukup susah sehingga dia harus pakai cara tarik ulur, keluarin satu senti masukkan tiga senti sampai menancap cukup dalam dan setelah setengahnya lebih dengan sedikit tenaga dia hujamkan hingga mentok.
“Akkhh.. Sakit..!!” erangannya berubah jadi jeritan ketika pantatnya dihujam seperti itu.
Kedua penjaga villa ini bagaikan kuda liar menggarap kedua liang senggama sepupuku, kedua tubuh hitam yang menghimpit tubuh putih mulus itu seperti sebuah daging ham diantara dua roti hangus, mereka sudah bermandikan keringat dan nampak sebentar lagi akan mencapai puncak. Aku sejak tadi sibuk berpindah sana-sini untuk mencari sudut yang bagus.
Yessica mulai mengejang dan mengerang panjang menandai klimaksnya. Tapi kedua penjaga villa itu tanpa peduli terus menggenjotnya hingga beberapa menit kemudian. Mereka mencabut p***snya dan menelentangkan Yessica di tikar. Mereka cukup mengerti permintaan Yessica agar tidak membuang di dalam karena sedang masa subur, Pak Joko menumpahkan ke wajah dan mulutnya, sedangkan Taryo ke perut dan dadanya. Meskipun masih lemas, Yessica tetap menggosokkan sperma itu ke badannya. Ketiganya rebahan dan mengatur kembali nafasnya.
“Gimana Yes, puas nggak?” tanyaku.
“Aduh Ci.. Lemes banget, kayak nggak bisa bangun lagi rasanya deh!” jawabnya lemas dengan sisa tenaganya.
“Gimana Bapak-Bapak, masih kuat nggak? Gua belum dapat nih!” kataku pada kedua orang itu.
“Iya ntar Neng, harus isi tenaga dulu nih!” jawab Pak Joko.
“Ya sudah istirahat aja dulu, gua mau minum nih haus!” kataku meninggalkan mereka dan menuju ke dalam.
Aku menuangkan air dingin dari kulkas dan meminumnya. Setelah menutup pintu kulkas dan membalik badan tiba-tiba Taryo sudah di belakangku, kaget aku sampai gelas di tanganku hampir jatuh.
“Duh.. Ngagetin aja lu Tar, dateng nggak kedengeran gitu kaya setan aja!” omelku, “Ngapain? Mo minum?”
Tanpa berkata-kata dia mengambil gelas yang kusodorkan dan meminumnya. Aku melihat tubuhnya yang telanjang, p***snya dalam posisi setengah tegang, pelirnya menggantung di pangkal pahanya seperti kantung air. Setelah berbasa-basi sejenak aku mendekati dan memeluknya, berpelukan mulut kami mulai saling memagut, lidah bertemu lidah, saling jilat dan saling belit, kugenggam p***snya dan kupijati. Elusannya mulai turun dari punggungku ke bongkahan pantatku yang lalu dia remasi.
Kemudian kuajak dia ke ruang tengah lalu kupersilakan dia duduk di sofa. Aku berdiri di hadapannya dan melepas pakaianku satu persatu hingga tak menyisakan apapun di badanku dengan gerakan erotis. Aku berhenti tepat di depannya yang sedang duduk, nampak dia terbengong-bengong menyaksikan keindahan tubuhku, tangannya merabai paha dan pantatku.
“Neng cukur jembut yah, jadi rapih deh hehehe..” komentarnya terhadap bulu kemaluanku yang beberapa hari lalu kurapihkan pinggir-pinggirnya hingga bentuknya memanjang.

Address

Bogor

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Tasya Pacul365 posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share