Kini Bulan September sampai Febuari tidak lagi dikenal sebagai musim penghujan, melainkan semua bulan menjadi musim hujan. Belum lagi cuaca ekstrim yang melanda Indonesia. Sesaat setelah turun hujan besar disertai petir, tiba-tiba berubah menjadi panas. Sampah dengan daya rusak tinggi yang tidak bisa diolah semakin merusak kualitas tanah tempat berdirinya pepohonan sebagai payung mahluk hidup di b
awahnya. Belum lagi ditambah dengan penggundulan hutan secara massive. Paru-paru Indonesia di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Irian kini terancam hancur. Jika hutan sebagai rumah para hewan hancur, maka fauna-fauna langka seperti harimau Sumatera dan lain sebagainya akan ikut punah. Bukan hanya hewan, tapi juga manusia akan terkena imbasnya. Dari permasalahan di atas, Majalah Atmosphere Indonesia di bawah lindungan CV. Geo Indonesia Sejahtera hadir sebagai media massa cetak berupa majalah informatif dan edukasi yang mengangkat isu-isu lingkungan di Indonesia. Bagian ini akan tertuang dalam sebuah rubrik khusus. Selain itu, karena Majalah Atmosphere Indonesia memiliki segmen kepada usia produktif dan kalangan muda, maka Majalah Atmosphere Indonesia tetap mengangkat rubrik yang berhubungan dengan event-event musik internasional yang diselenggarakan di Indonesia. Berbagai rubrik menarik dan unik akan dituangkan dalam sebuah majalah yang didistribusikan secara gratis ke seluruh penjuru Indonesia. Saat ini Majalah Atmosphere Indonesia dibuat dengan ukuran 18 x 14.7 cm, berisi 24 halaman, menggunakan kertas map paper, didistribusikan secara gratis di tempat-tempat keramaian seperti, saat car free day, dan pasar mingguan. Selain itu majalah ini didistribusikan kepada LSM, kampus, sekolah, perusahaan-perusahan, serta pemerintahan.